Jamaluddin Al-Afghani merupakan intelektual muslim yang hadir untuk menegakkan nasionalisme dan patriotisme Islam. Berangkat dari keprihatinannya terhadap kemunduran Islam, ia kemudian mengembangkan pemikiran mengenai ilmu pengetahuan secara lebih rasional dan meninggalkan segala aspek kekakuan. Upaya lain yang dilakukan adalah melawan segala bentuk dominasi dan imperialisme Barat. Demi melawan segala bentuk dominasi dan imperialisme Barat, Al-Afghani menggunakan media dakwah maupun tulisan yang disebar ke berbagai belahan negara. Selain itu di setiap negara yang disinggahi, Al-Afghani konsisten dengan seruannya untuk  mewujudkan negara yang tumbuh berdasarkan semangat nasionalisme. Adapun nasionalisme yang dimaksud adalah nasionalisme yang berdasarkan kesamaan budaya dan bahasa.
Ketika berada di India, Al-Afghani menghembuskaan semangat nasionalisme kepada kaum muda yang saat itu negaranya  sedang mengalami krisis karena kolonialisasi Inggris. Di Mesir ia membuka kelas diskusi yang diikuti berbagai kalangan akademis, bisa dibilang Mesir adalah negara yang mendapat pengaruh yang cukup besar dari pemikiran Al-Afghani. Ketika berada di Paris, ia mengumpulkan pemuda muslim dan membentuk kelompok Urwatul Wustqa. Kelompok ini banyak menerbitkan majalah-majalah seruan kepada setiap muslim untuk meninggalkan fanatik kelompok dan bersama-sama menumpas penjajahan Barat.
Selama memperjuangkan semangat persatuan Islam, Al-Afghani banyak menerbitkan karya tulis dan beberapa di antaranya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, seperti:
- Hakikati Madhhabi Naychari wa Bayani Hali Naychariyan (kritik dan penolakan terhadap Materialisme)
- Refutation of the Materialists (pembelaan terhadap agama)
- al-Mu'assasah al-Arabiyyah li ad-Dirasah wa an-Nasyr
- al-'Urwah al-Wusqa (ikatan yang kuat)
- Makidah asy-Syar'iyah (tipu muslihat orientalis)
- Diya al-Khafiqain (hilangnya timur dan barat)
- Ma Ya'ulu laihi Amr al-Muslimin (hal-hal yang melemahkan orang-orang Islam)
- Â Pan-Islamisme
Salah satu sumbangsih Al-Afghani dalam upayanya untuk memajukan Islam yaitu idenya mengenai Pan-Islamisme. Al-Afghani sejatinya ingin mempersatukan umat Islam dari segala penjuru dunia, baik di negara yang merdeka maupun di sebuah negara jajahan. Ikatan ini didasarkan pada solidaritas akidah Islam, yang mana berupaya untuk membina kerukunan, kesetiakawanan, dan persatuan umat Islam dalam berjuang menentang segala bentuk penjajahan. Mereka akan bermusyawarah untuk merumuskan sistem pemerintahan yang baru sesuai tuntunan Islam.
Perlu digarisbawahi bahwa Pan-Islamisme tidak bermaksud mempersatukan umat Islam dalam satu kesatuan pemerintahan. Akan tetapi diharapkan agar setiap muslim memiliki rasa tanggungjawab dan solidaritas dalam mengupayakan tercapainya kesejahteraan, kemajuan, dan kemakmuran bersama. Al-Afghani yakin bahwa kebangkitan umat Islam perlu untuk segera dilakukan dengan menyatukan presepsi yakni kembali kepada ajaran Islam yang berasal dari Al-Qur'an dam Sunnah.
Secara garis besar Pan-Islamisme memiliki dua tujuan utama, yaitu membebaskan umat Islam dari kolonialisme Barat serta menentang bentuk pemerintahan yang dzhalim. Dilihat dari perjalanan politiknya, Al-Afghani memang sangat anti terhadap bentuk kolonialisme Barat, walaupun tetap mengakui keunggulan mereka dalam bidang teknologi. Bisa dibilang bahwa Al-Afghani adalah pembaharu muslim pertama yang menggunakan term Islam dan Barat sebagai dua fenomena yang selalu bertentangan, yang mana harus dijadikan patokan berfikir kaum muslimin agar bisa terbebas dari eksploitasi Barat.
Pemikiran Pan-Islamisme Al-Afghani kemudian diteruskan oleh dua orang muridnya yang bernama Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha. Hasilnya, buah pemikiran ini mampu ditransformasikan oleh kedua tokoh tersebut menjadi sebuah gerakan nyata. Terbukti bahwa beberapa gerakan ini memantik munculnya tokoh pembaharu Islam modern masa ini misalnya Hasan al-Bana dengan gerakan Ikhwanul Muslimin, Abul A'la dengan Jam'atul Islam, dan juga di Indonesia yakni Muhammad Natsir dengan Masyumi.
Tokoh-tokoh Muslim sepakat bahwa Al-Afghanilah yang mulai menghembuskan pembaharuan di kalangan umat Muslim yang hidup di tengah-tengah modernism dan kekangan Barat. Dia pula yang melahirkan upaya-upaya pembebasan dan konstitusional yang dilakukan di negara-negara Islam setelah zamannya. Pendidikan yang ia dapat di Eropa kemudian Al-Afghani gabungkan dengan ilmu-ilmu tradisional. Semua hasil pemikirannya disebarkan melalui makalah-makalah politik yang membangkitkan semangat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H