Mohon tunggu...
Zainal Abidin
Zainal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi main game

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gerakan Membangun Negara Islam

4 Oktober 2024   13:00 Diperbarui: 4 Oktober 2024   13:05 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti Darul Islam (DI) yang merupakan gerakan separatisme yang dipelopori oleh S.M. Kartosoewirjo yang kemudian menjelma menjadi Negara Islam Indonesia (NII). Tujuan didirikannya DI/ NII adalah upaya S.M Kartosoewirjo dalam mengisi ruang kosong interregnum pemerintahan diawal kemerdekaan dengan konsep Negara Islam (Islamic State). Menurut sebagian besar tulisan tentang S.M. Katosoewiryo, pergerakan ini dianggap sebagai sebuah pemberontakan/ makar terhadap NKRI. 

Latar belakang inilah yang kemudian menggerakan penulis untuk menyibak sisi lain dari pergerakan separatisme yang pernah terjadi di Jawa Barat ini sebagai bagian dari sejarah kemerdekaan Indonesia. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan objek kajian sejarah berupa gerakan sosial, yaitu sejarah nasionalisme gerakan Islam dengan menggunakan pendekatan ideologis dan sosiologis. Sebagai kajian sejarah gerakan sosial, maka penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah. 

Metode tersebut terdiri dari empat langkah kegiatan, yaitu heuristik (pengumpulan sumber), verifikasi (kritik sumber), interpretasi (penafsiran), dan historiografi (penulisan sejarah). Lebih lanjut penelitian ini menggunakan pisau analisis dengan kerangka teori kolektif behavior Neil Smelser. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motif S.M Kartosoewirjo mendirikan Darul Islam/ Negara Islam Indonesia terbagi menjadi 2 motif fundamental yakni ideologis dan politis. Secara ideologis, S.M. Kartosoewiryo menginginkan Indonesia berlandaskan pada syari'at Islam demi tercapainya keselamatan dunia akhirat. 

Secara politis, adanya semangat S.M. Kartosowiryo dalam membela rakyat Jawa Barat yang masih dalam kungkungan Belanda pasca proklamasi kemerdekaan. Kolaborasi keduanya menyebabkan DI/NII tidak hanya menjadi musuh Belanda namun juga menjelma menjadi gerakan pemberontakan terhadap pemerintahan sah Indonesia. Meskipun dalam beberapa pandangan S.M. Kartosoewiryo dicap sebagai pemberontak, dilain sisi S.M. Kartosoewirjo menjadi tokoh Nation State dalam upayanya melindungi rakyat Jawa Barat pada khususnya dan Indonesia pada umumnya, dengan menghadirkan Negara Islam sebagai alternatif fondasi kebangsaan Negara.

Gerakan Darul Islam (DI) atau Tentara Islam Indonesia (TII) bertujuan untuk menjadikan Republik Indonesia sebagai sebuah negara yang menerapkan dasar Agama Islam sebagai dasar negara. Proklamasi Negara Islam Indonesia (NII) menyatakan bahwa hukum yang berlaku di Negara Islam Indonesia adalah Hukum Islam, dengan hukum tertinggi Al-Qur'an dan Hadist.

Gerakan ini didirikan pada 7 Agustus 1949 oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo di sebuah desa di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Setelah Sekarmadji ditangkap oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan dieksekusi pada tahun 1962, gerakan Darul Islam menjadi terpecah.

Tujuan Pemberontakan DII/TII

Pemberontakan DI/TII dimaksudkan untuk mengganggu kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) melalui pengambilan kekuasaan dari pemerintah sah. Alasan pemberontakan berasal dari ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah.

Di Jawa Barat, Kartosuwiryo membentuk DI/TII sebagai bentuk protes dan ketidakpuasannya atas persetujuan Renville dengan Belanda yang membuat Indonesia belum mampu sepenuhnya lepas dari penjajahan Belanda. Di Jawa Tengah, alasan identik dengan Jawa Barat, yaitu ketidakpuasan daerah akan persetujuan Renville yang dianggap merugikan bangsa Indonesia.

Di Sulawesi Selatan, pemberontakan terjadi karena ditolaknya bergabung dengan Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS). Di Kalimantan Selatan, pemberontakan dilatarbelakangi oleh ketidakpuasan terhadap pemerintahan pusat dan keinginan untuk bergabung dengan Negara Islam Indonesia.

Di Aceh, pemberontakan disebabkan kekecewaan terhadap Soekarno yang ingkar bahwa Aceh akan dijadikan daerah istimewa dengan hak untuk menjalankan syariat Islam tersendiri .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun