"Menulis adalah sebuah keberanian."
Menulis mengajak kita berani untuk mengungkapkan pendapat, ide dan pikiran kita untuk diketahui orang lain.Â
Tulisan kali ini sangat sederhana, sehingga hanya tepat dibaca oleh orang yang berkeinginan menulis artikel, buku, atau lainnya, tetapi masih merasa belum bisa. Orang yang memiliki perasaan tidak mampu menulis itu, ternyata tidak sedikit. Bahkan, hal itu tidak saja dialami oleh orang yag belum menjadi mahasiswa, tetapi juga oleh orang yang sudah lulus sarjana. Ada saja orang sudah pernah membuat skripsi atau bahkan thesis, tetapi masih saja merasa belum bisa menulis. Aneh sekali.
Setiap orang punya kemampuan menulis. Muncul pertanyaan. Kapan bisa menulis dengan baik di internet atau buku? Memang dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk dapat menulis tulisan yang relatif baik. Â Mungkin perlu beberapa bulan bahkan bisa setahun. Itu tergantung dari seberapa serius kita mau menulis dan memperbaiki tulisan kita. Bagi yang diberi karunia-alami menulis mungkin membutuhkan waktu relatif lebih singkat dari pada orang yang tidak.
Menulis bisa dilakukan siapapun. Menulis bukanlah keahlian yang hanya dimiliki segelintir orang. Setiap orang bisa menulis sebuah kalimat. Tidak sulit menuliskan kata subjek, prediket, objek, kata keterangan waktu, keterangan tempat dan yang lain.
Memang agak ganjil, seseorang ingin bisa menulis tetapi selalu meyakinkan dirinya sendiri bahwasanya ia tidak bisa menulis. Padahal seseorang bersemangat menulis dan akan menulis, ketika mereka yakin bahwa dirinya pandai menulis. Meyakinkan diri sendiri, bahwa dirinya bisa menulis, itulah sebenarnya hal yang harus dipunyai bagi siapa saja yang berkeinginan menjadi penulis.
Pengalaman Menulis Artikel Pertama Kali
Saya memulai debut dalam dunia tulis menulis saat saya masuk kedunia mahasiswa. Waktu itu saya sedang belajar mata kuliah Kewarganegaraan, yang setiap tugas diberikan dosen adalah menulis artikel di blog seperti kompasiana ini. Waktu pertama kali saya merasa malas dengan dunia tulis menulis, bukan saya tidak memiliki ide untuk di ungkapkan, tapi waktu itu karena saya tidak minat untuk menulis di artikel lalu di publikasikan dan bukan karena takut dikira copy paste milik orang lain. Kelas saya berbeda dengan kelas yang lain, kelas yang lain dosen memberikan tugas hanya dalam bentuk makalah lalu dipresentasikan, sedangkan kelas saya harus membuat artikel lalu di publikasikan di blog dan juga di presentasikan. Suatu hal yang belum pernah dicoba dimasa SMA.Â
Awalnya bingung mau nulis apa, mau mulai dari mana. Pikiran mulai bercabang-cabang. Saya coba menulis artikel pendek. Butuh waktu beberapa jam untuk dapat menulis sepertiga halaman itu. Saya baca, baca kembali, dan perbaiki artikel itu. Saya baca lagi, perbaiki sampai akhirnya artikel itu disebarkan ke publik.Â
Apakah tulisan saya dibaca orang atau tidak- saya tidak tahu. Seperti orang yang bicara di podium, ia tidak tahu apakah orang mendengar, menyimak atau melakukan apa yang ia sampaikan.
Belajar dan menulis selama satu semester di mata kuliah kewarganegaraan bersama dosen  Pak Edi Purwanto yang humble, asik, dan ga banyak cincong. Dibagian ini saya akan bercerita keluh kesah dan pengalaman yang saya dapatkan selama satu semester yang beliau ajar kepada saya dan teman-teman.
Menulis artikel di blog dengan tema yang diberikan dosen setiap minggunya. Tidak tahu kenapa seiring berjalan waktu dalam menulis itu menjadi sebuah kebiasaan, betapa kangennya nanti jika tidak ajari beliau lagi tentu pasti kita jarang sekali mengupload tugas artikel setiap minggunya.
Banyak pengalaman dan pelajaran yang saya dapatkan selama satu semester ini, mulai dari beliau mengajari saya bersama teman-teman berani untuk menulis, berani untuk mengungkapkan ide, pikiran, dan isi hati. Jangan takut untuk dikritik. Jangan pernah malu dengan hasil karyamu, seburuk apapun itu. Beliau yang selalu memberikan saya motivasi jika saya merasa bosan dalam menulis, motivasinya mengingatkan saya kembali untuk bangkit dan bergerak.Â
Bercerita keluh kesah, saya tidak tahu mau bilang apa kepada beliau  atas selama satu semester ini, selain kata terimakasih atas ilmu, saran, dan motivasi yang beliau berikan kepada saya. Menulis bukan kebutuhan saya tapi kebutuhan kamu, berikan proses belajar yang terbaik, percayalah pada proses. Itu kata-kata yang sering saya denger dari sosok beliau.Â
Tidak ada keluh kesah yang saya dapatkan, mungkin sedikit evaluasi atas pembelajaran selama satu semester ini, andaikan saja kita ketemu offline jadinya bisa melakukan wawancara dengan teman-teman, nah sekarang online wawancara sendiri-sendiri terkadang merasa takut, hal tersebutlah yang harus membuat kita berani melewati sebuah tantangan. Dan Alhamdulillah saya mampu dan bisa melewati itu semua.
Pada awalnya, saya memang demikian. Berkeinginan bisa menulis, tetapi merasa tidak bisa menulis. Namun setelah saya mencobanya, ternyata saya bisa. Saya tidak pernah merasa hasil tulisan saya buruk. Perasaan negatif itu selalu saya hilangkan. Bersikap negatif terhadap diri sendiri, menurut pengalaman saya selama ini, hanya akan merugikan diri sendiri. Maka, kita perlu khusnudhan terhadap diri sendiri, bahwa sebenarnya, menulis itu mudah dan bisa melakukannya. Inilah pengalaman memulai menulis saya, sederhana.
Tulisan tersebut merupakan kenangan yang sangat berharga bagi saya ketika tulisan saya bisa di muat dan dibaca banyak orang. Tulisan tersebut saya bagikan di semua sosial media, dan grup lainnya. Ternyata teman-teman pada memberikan apresiasi terhadap tulisan saya, bahkan ada yang jalur pribadi (japri) secara langsung ke saya tulisan kamu bagus, enak banget dibaca. Saya pun merasa senang hati atas apresiasi tersebut. Â
Jangan takut untuk menulis, jangan takut untuk di kritik, dan kita harus siap apabila kita dikritik oleh pembaca. Beranilah untuk mulai menulis. Seperti kata Pramoedya Ananta Tour, menulis adalah sebuah keberanian.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H