Mohon tunggu...
Zainal Abidin
Zainal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Generasi Perubahan Bangsa

Ikuti saya di Instagram @zainalabidin1453 (Mari merangkai hubungan pertemanan yang positif, membangun banyak relasi, dan saling mendukung antara sesama).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Di Tempat yang Terpencil Jauh dari Keramaian, Pasangan Suami Istri Ini Rela Jauh dari Anak-Anaknya untuk Menyambung Hidup

28 Mei 2022   14:31 Diperbarui: 28 Mei 2022   14:40 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama dengan Ibu Sofinar dan Bapak Masandri/dokpri

Tidak semua orang terlahir dengan kondisi berkecukupan. Ada orang yang lahir dengan harta berlimpah, namun sebagian di antaranya justru lahir di tengah keluarga sederhana. Namun itu semua sudah menjadi suratan takdir, manusia tidak bisa meminta dari mana ia dilahirkan.

Bahkan karena kurang dalam ekonominya, seseorang sampai berjuang mati-matian untuk menyambung hidup. Ada pula karena saking kurangnya, mereka rela jauh dari anak-anaknya untuk berjuang agar dapat menyambung hidup walaupun di daerah terpencil sekalipun. Seperti yang dialami oleh salah satu pasangan suami istri ini di Asam Pulau, Kec. Lubuk Alung, Kab. Padang Pariaman.

Suatu hal yang ingin saya ceritakan sebelum saya memulai menguak cerita pasangan suami istri ini. Sebelum saya bertemu dengan pasangan ini, awalnya saya banyak berkeliling didaerah lubuk alung untuk melihat kondisi masyarakat disana, masih banyak saya temukan masyarakat yang kurang mampu atau kondisi yang kurang berkecukupan.

Tapi, saya memilih semua dari mereka cuman satu rumah yang mungkin saya kunjungi untuk melakukan wawancara kepada mereka, karena waktu itu kebetulan saya cuman membawa 1 bingkisan untuk satu rumah saja karena itu saya mampir hanya di satu rumah, andaikan waktu itu saya membawa lebih dari 1 bingkisan mungkin saya akan berkunjung kebanyak tempat, jika saya berkunjung ke banyak tempat dengan membawa 1 bingkisan tentu itu tidak enak rasanya bagi saya, nanti dikira mereka saya tidak adil.

Di hari itu saya bersama teman dekat saya berdua melakukan survei di daerah Asam Pulau. Dengan sepeda motor jauh dari pauh kambar ke lubuk alung, masih baaaaaanyakkkk yang saya temukan masyarakat yang kurang berkecukupan di daerah terpencil tersebut. Suatu hal yang sangat dipilukan apalagi ditambah pula masih kondisi pemulihan covid-19 tentu ekonomi masyarakat belum se stabil sebelumnya karena banyak yang di PHK, dagangannya tidak laku terjual, bahkan ada yang lebih dari itu.

Tepat di hari Minggu, 17 April 2022 di waktu 15:23 WIB saya berjumpa dengan pasangan suami istri ini, suatu hal yang membuat saya ingin ke tempat pasangan ini adalah waktu itu saya melihat mereka berdua duduk di rumah kayu nya, bercerita di sebuah rumah yang terbuat dari kayu dan mereka berdua tinggal disana jaaaauh dari anak-anak nya dan keramaian. Udara yang sejuk masih sangat amat terasa di daerah ini.

Ia adalah Bapak Masandri dan Ibu Sofinar yang menyambung hidupnya dengan mencari nafkah, mulai dari berladang. Ladangnya ini bertempat di samping rumah kayu nya. Ia berladang jagung dengan luas tanah kurang lebih setengah hektar. Tanah nya ini bukanlah milik dari ibu sofinar dan bapak masandri melainkan milik orang lain yang ia manfaatkan untuk berladang dengan ketentuan bagi hasil.

Ia tinggal di daerah yang jauh dari akses keramaian, sangat diperlukan transportasi untuk belanja kepasar, dll. Lebih dari 1 Km dari akses ke ramaian, tempatnya yang sunyi, adem, dan ga ramai sudah jelas ini sedikit terpencil yang masih ditemani dengan hawa sejuk dan rimbun pepohanan yang mengelilingi rumah kayu bapak dan ibu ini.

Bapak dan ibu ini sudah tinggal di rumah kayunya selama 4 bulan, dan mereka sibuk mengurus ladangnya agar supaya suatu ketika nanti panen dapat membuahkan hasil yang banyak dan bagus. Hanya itulah satu-satunya mata pencarian pasangan suami istri ini untuk menyambung hidup nya. Rela untuk jauh-jauh dari anak-anak nya.

Cerita tentang anak-anaknya, Ibu sofinar memiliki 3 anak, anak pertamanya perempuan ia sekarang merantau untuk bekerja, seorang lulusan SMA/MA. Dan anaknya yang paling kecil laki-laki yang masih menempuh jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD). Ia sekarang harus mencari uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan anak-anaknya untuk biaya sekolahnya. Anak-anaknya tinggal bersama neneknya di Toboh Apa. Kadang-kadang anaknya menyempatkan diri untuk mengunjungi ibu bapaknya disaat waktu luang.

Perlu kita sadari bahwa tidak semua apapun yang kita lakukan itu berjalan mulus, seperti yang yang dialami ibu sofinar sebelumnya dalam berladang, Terkadang ladangnya ini tidak membuahkan hasil yang dinginkan, ditambah pula kondisi cuaca yang terkadang tidak memungkinkan, itulah salah satu faktor gagalnya panen. Walaupun demikian Ibu Sofinar dan Bapak Masandri terus bersemangat dan bekerja keras agar ladang jagungnya membuahkan hasil yang diinginkan.

Sebenarnya masih banyak yang ingin saya ceritakan, tapi ini mungkin karena keterbatasan publik atau privasi bapak dan ibu ini tentu saya batasi untuk diberitahukan kepada teman-teman semuanya. Dari sini kita bisa mengambil hikmah dari cerita hidup ibu sofinar dan bapak masandri bahwa semangat dan rasa syukur kepada tuhan YME itu adalah suatu hal yang paling penting dalam menjalani hidup. Tanpa adanya semangat tidak akan ada muncul niat untuk bekerja keras. Seperti  bapak dan ibu ini mereka yang bekerja keras untuk menyambung hidup dalam kondisi apapun.

Yang perlu kita bersana ketahui bahwa Tuhan memberikan cobaan kepada kita semua itu berbeda-beda sesuai dengan kesanggupan kita menghadapi cobaan itu, hal itu semua tentu bukan berarti tuhan membenci kita atau melupakan kita, tapi Tuhan tidak ingin kita melupakan sebuah rasa syukur atas kenikmatan yang diberikan Nya.

Terimakasih teman-teman sudah mau mampir dicerita saya kali ini, sebuah kebanggaan bagi saya jika teman-teman memberikan dukungan maupun tanggapan yang dapat teman-teman tulis di kolom komentar dibawah ini.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun