Indonesia adalah salah satu negara yang menjadikan paham demokrasi sebagai suatu yang dianggap penting dalam kehidupan bernegara. Demokrasi adalah suatu yang diperlukan karena merupakan gagasan politik yang mengandung nilai- nilai yang diperlukan sebagai acuan untuk menata kehidupan berbangsa dan bernegara yang baik. Dengan kata lain, demokrasi dipandang sangat penting karena merupakan alat yang dapat digunakan untuk mewujudkan kebaikan bersama masyarakat atau pemerintah yang baik.Â
Partisipasi politik adalah suatu aspek penting dalam negara demokrasi. Secara harfiah partisipasi berarti keikutsertaan yang mengacu kepada keikutsertaan warga negara dalam proses politik. Partisipasi politik adalah salah satu ciri utama dalam modernisasi politik dikarenakan pada masyarakat tradisional sifat kepemimpinan politiknya masih didominasi oleh elit-elit penguasa, dan keterlibatan warga negara dalam konteks politik telah menunjukkan adanya modernisasi politik.Â
Di negara demokrasi, semakin banyak masyarakat yang berpartisipasi akan semakin dianggap baik, namun sebaliknya jika suatu masyarakat kurang berpartisipasi maka akan dianggap buruk. Dikarenakan masyarakat tersebut tidak peka terhadap masalah-masalah kenegaraan. Suatu negara yang proses modernisasi politiknya berjalan dengan baik biasanya tingkat partisipasi warga negaranya meningkat.
Pemberian suara dalam pemilihan umum merupakan bentuk partisipasi politik yang terbiasa, yang sering kali lebih luas dibandingkan dengan partisipasi politik lain.Â
Penulis melakukan survei di Kab. Padang Pariaman dengan mewawancari salah satu pengurus pemilihan umum disana. Penulis bertemu dengan bapak Novirman Yunanda yang juga merupakan salah satu guru Sekolah Dasar di Padang Pariaman. Survei yang dilakukan penulis mengenai pemilu Pilkada terhadap masyarakat di Padang Pariaman  tahun 2020 kemarin menghasilkan beberapa temuan penting. Terkait dengan pengaruh nilai-nilai dan norma terhadap demokrasi, bapak Novirman mengatakan bahwa "agama memiliki pengaruh cukup penting terhadap politik".
"Karakter religius masyarakat memiliki konsekuensi penting secara politis, agama juga bagian dari sosialisasi dan mendorong partisipasi sosial politik. Dan juga agama merupakan landasan mental spiritual yang sangat kuat, bagi umatnya berguna untuk menilai mana yang baik dan tidak, mana pemimpin yang baik dan tidak, pemimpin merupakan panutan mereka, maka mereka akan memilih orang yang beragama sama." mengutip dari yang dikatakan bapak Novirman Yunanda.
Dari sini kita dapat mengetahui, bahwa keterkaitan agama dan politik menjadi problematik manakala berkaitan dengan partikularitas politik lokal, misalnya munculnya isu identitas, seperti sentimen agama, etnisitas, putra daerah dan mayoritas-minoritas.Â
Dalam tradisi komunitas agama, masyarakat juga tertarik mengikuti isu-isu politik, lebih banyak membahas politik, tertarik pada partai atau figur politik. Dalam konteks tersebut, warga terdorong berpartisipasi aktif dalam kegiatan politik, termasuk pemilu. Hal tersebut akan membentuk cara pandang, berpikir dan bertindak secara sosial dan politik, yang menjadikan agama sebagai salah satu cara menilai agama politik secara ideal.
Hal tersebut dapat diamati pada keterlibatan masyarakat dalam tarekhat keagamaan seperti misalnya Tarekhat Syattariyah di Padang Pariman. Baik dalam komunitas maupun dalam kelompok yang lebih terlembaga tersebut. Dengan demikian, tidak mengherankan jika agama terus memainkan peran penting dalam politik di Padang Pariaman.
Dikarekan di Padang Pariaman mayoritas masyarakat menganut Tarekhat Syatariyah yang merupakan Tarekhat paling awal masuk ke daerah minangkabau. Hal ini yang paling menonjol adalah bahwa Tarekhat Syattariyah di Minangkabau berkembang melalui lembaga pendidikan tradisional yang disebut dengan surau. Hal ini merupakan sesuatu yang khas terjadi di minangkabau, karena surau menjadi basis pengembangan tarekat, bukan hanya Tarekhat Syattariyah, tapi juga Tarekhat Naqsyabandiyah, Sammaniyah dan Rifaiyah.
Surau Tarekhat Syattariyah pertama di minangkabau adalah di Ulakan, yaitu Surau Syekh Burhanudin. Pengaruh Ulakan bagi perkembangan Islam di Minangkabau cukup besar. Dalam sejarah para ulama Tarekhat Syattariyah sering dikatakan bahwa Ulakan ini adalah pusat penyebaran Islam. Sampai sekarang pun, keberadaan pengikut Tarekhat Syathariyah masih dapat disaksikan dalam berbagai aspek kehidupan di Padang Pariaman.
 Maka dari itu banyak elit politik, partai politik, dan figur politik yang melibatkan agama sebagai strategi politik di Padang Pariaman. Contohnya adalah Pada kasus dukungan ulama syatariyah kepada Suharti Bur dalam Pemilihan Kepala Daerah tahun 2020 kemarin di Padang Pariaman.Â
Fenomena ini juga dibenarkan oleh pernyataan Suhaili Tuanku Mudo yang mengatakan bahwa akan menghimbau para jamaah untuk mendukung Suharti BurRahmang dalam pemilukada Padang Pariaman 2020. Dari hal tersebut terlihat suara Suhatri bur dan Rahmang unggul di daripada calon calon lain, daerah Padang Pariaman menjadi pusat atau kantong-kantong jamaah Tarekhat Syatariyah. Menjadikan pasangan ini menang dalam kontestasi pemilukada Padang Pariaman tahun 2020 kemarin.Â
Syathariyah yang dianggap memiliki jaringan sosial murid dan jumlah massa yang banyak, yang berpotensi menjelma menjadi mesin politik untuk memenangkan kandidat dalam Pilkada.Â
Dalam Pemilukada Bupati Padang Pariaman tahun 2020 yang kelompok ulama aliran syatariyah telah sepakat untuk mendukung pasangan Suhatri Bur dan Rahmang untuk maju menjadi Bupati Padang Pariaman periode selanjutnya. Tarekhat Sathariyyah sangat berperan besar dalam kekuatan politik lokal di Padang Pariaman, seperti bisa dikatakan penduduk Padang Pariaman mayoritas menganut Tarekhat ini, penganut Tarekhat Syathariyah di Padang Pariaman dapat dimaklumi, karena nagari 5 (negeri) Ulakan di Kabupaten Padang Pariaman merupakan bekas "pusat pengembangan Islam dan Tarekhat Syathariyah pertama di Minangkabau (Sumatera Barat), yang dikembangkan oleh Syekh Burhanuddin Ulakan, murid dari Syekh Abdurrauf al-Sinkili.
Tuanku Tarekhat Syathariyah yang memilih kiprah politik model akar pohon biasanya juga akan memainkan peran penting sebagai "aktor di balik layar" (the man behind the gun) yang sangat menentukan dalam proses dan percaturan politik lokal. Mereka ini lazimnya adalah para Tuanku senior, yang memiliki pengaruh kuat dalam kalangan Tarekhat Syathariyah.Â
Dukungan politik Tuanku Tuanku di Tarekhat Syathariyah di Padang Pariaman terhadap Suhatri bur-Rahmang merupakan wujud nyata dari politik identitas dan agama ditengah besarnya dominasi penganut syatariyah di Padang Pariaman sebagai kekuatan politik lokal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H