Sementara itu, gedung utama Eks TBSU yang dulu merupakan ruangan terpenting belum direvitalisasi. Ruangan tersebut masih dalam proses renovasi yang tidak kunjung siap hingga sekarang.  Maka, pengelola Eks TBSU sekarang ini dapat dikatakan mempunyai kelusuhan emosi yang ditandai dengan kinerja yang lambat.
- Hilangnya Kesejarahan
           Karena Eks TBSU diambil alih oleh Pemko Medan dan pihak Pemko Medan ingin merevitalisasi gedung kesenian tersebut, maka banyak ruangan-ruangan yang akan diubah demi memperbaiki dan memperindah pandangan. Salah satunya adalah ruangan bekas sanggar-sanggar yang berada di sudut Eks TBSU tersebut.
           Mereka (Pemko Medan) mengubah ruangan itu menjadi stan SD dan stan SMP, bahkan akan mengubah ruangan lain di sisi stan-stan tersebut (dalam progess). Dengan begitu, maka sudah dipastikan sejarah sanggar yang sudah lama menduduki ruangan itu menjadi hilang.
           Selain ruangan itu, halaman di Eks TBSU juga diubah seperti di depan ruang pameran. Yang dulunya di depan ruangan itu berupa rumput hijau beserta ornamen khas salah satu etnis di Sumut, sekarang berubah menjadi bangku dan meja yang terbuat dari semen seperti tempat-tempat hit zaman sekarang.
           Ada juga halaman yang dulunya menggunakan bangku yang sudah dari dulu ada sekarang diganti dengan jenis bangku dan meja yang sama (terbuat dari semen). Ini menandakan post-modern sudah terjadi di Eks TBSU tersebut. Sehingga unsur sejarah menjadi hilang di Eks TBSU itu.
- Penggunaan Teknologi yang Datar
           Menurut Jameson, penggunaan teknologi di post-modern mengakibatkan masyarakat pada umumnya mempunyai sikap yang datar (image datar). Di Eks TBSU tersebut biasanya diadakan pertunjukan oleh Disdikbud atau lebih tepatnya para pelajar di Kota Medan yang menggaungkanb tema Beranda Kreatif Pelajar. Pertunjukannya itu seperti bernyanyi, melukis, senam kreasi, fashion show, dan baris berbaris.
           Kalau dahulu di Eks TBSU menampilkan sesuatu kreasi seperti menyanyi menggunakan alat musik tradisional seperti gamelan dan sebagainya atau bahkan menggunakan alat musik seperti gitar, sekarang para masyarakat/khususnya pelajar menggunakan musik berupa audio rekaman saja yang berasal dari internet.
           Bahkan, Pelaksana Harian (Plh) Kepala Dinas Pariwisata Kota Medan, Yudha Pratiwi Setiawan mengatakan bahwa di Eks TBSU tersebut akan dijadikan Convention Hall bertaraf internasional.
           Convention Hall merupakan suatu ruang/wadah yang digunakan masyarakat untuk kegiatan konvensi seperti pertemuan, pameran, dan hiburan. Penggunaan convention hall ini bisa membuat para seniman atau khususnya penggiat teater/drama akan lebih terasa terasingkan. Sebab, faktanya convention hall di Indonesia lebih sering banyak digunakan dalam acara pameran yang lebih mengutamakan keuntungan uang, acara pernikahan, dan acara lainnya yang tidak berhubungan dengan nilai-nilai seni dan budaya.
           Tentu hal itu akan membuat masyarakat khususnya para seniman mempunyai sikap yang datar terhadap perkembangan Eks TBSU yang kini menjadi Taman Budaya Medan tersebut karena rasa ketidakpuasan sebagaimana fungsi Taman Budaya semestinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H