Minuman keras merupakan minuman yang mengandung alkohol, dibuat menggunakan bahan bahan alami juga kimia. Bahan bahan alami tersebut sebagai contoh: buah buahan, beras, rempah rempah & lain lain.
Minuman keras dibagi menurut kadar alkohol yg terkandung dalam minuman tersebut, jika didalam minuman  terdapat kadar alkohol yang rendah maka minuman itu tidak terlalu memabukkan, semakin tinggi kadar alkohol yang terkandung dalam minuman keras maka minuman tersebut semakin memabukkan.
Sejarah awal munculnya minuman keras di indonesia
Kemungkinan produksi alkohol dimulai saat para petani awal mencatat fermentasi yang terjadi dalam butir buah yang jatuh.
Mereka mungkin menduga rasa bersoda & aroma tajam menyenangkan. Percobaan & kesalahan memakai aneka macam buah & biji-bijian akhirnya membuat formula yang bisa disempurnakan & diulangi untuk dibuat minuman memabukkan yang menyenangkan.
Pembuatan alkohol dimulai menggunakan cara yang terorganisir lebih kurang 10.000 tahun yang lalu, saat minuman fermentasi diproduksi berdasarkan madu & ragi liar.
Minuman beralkohol sebenarnya bukan hal baru pada Indonesia. Indonesia mempunyai sejarah panjang meminum minuman fermentasi tadi. Beberapa wilayah misalnya Bali, Lombok, Sulawesi, Semarang, Banyumas, & lainnya jua menghasilkan kearifan lokal minuman tadi.
Budaya minum timbul seiring menggunakan hadirnya ragam minuman fermentasi pada Nusantara yang diyakini menjadi keliru satu warisan budaya nenek moyang.
Tidak sanggup dipungkiri, Sejumlah wilayah pada indonesia punya minuman keras tradisional. Hal ini terjadi berdasarkan tata cara & tradisi yang telah turun temurun.
Berikut 5 minuman keras lokal legendaris yang memiliki cita rasa yang menyatukan kita apabila kita meneguknya bersama teman atau keluarga kita.
1. Ciu
Ciu adalah minuman memabukkan yang tersebar luas di jawa tengah. Ada 2 jenis yaitu ciu Bekonang yang berasal dari sukoharjo & ciu banyumas yang berasal dari banyumas.Â
Sejarah ciu dapat ditelusuri lagi semenjak zaman kolonial Belanda ketika terdapat miras menggunakan label Batavia Arrack van Oosten. Kala itu Batavia Arrack van Oosten menghasilkan miras menggunakan bahan standar yang mudah ditemui pada daerah Nusantara misalnya beras yang difermentasi, tetes tebu & kelapa.
Masyarakat tradisional Banyumas mampu menciptakan racikan miras memakai bahan standar ketela pohon. Bahkan hingga kini pembuatan ciu pada wilayah Banyumasan masih tergolong sangat tradisional & sebenarnya tidak mengandung campuran yang mempunyai kandungan bahan kimia protesis lainnya.
Sedangkan ciu Bekonang berkembang semenjak 1950-an di daerah Mojolaban, Sukoharjo. Ciu Bekonang merupakan minuman keras tradisional yang dibentuk berdasarkan tetes tebu menggunakan cara disuling. Ciu adalah produk berdasarkan proses pertama pada pembuatan alkohol. Saking melegendanya ciu pada wilayah ini terdapat jalan yang diberi nama Jalan Ciu.
2. Sopi
Sopi adalah minuman tradisional berdari Maluku & Flores. Bahan utamanya merupakan enau atau aren yang disuling & dibiarkan berfermentasi pada sebuah batang bambu. Secara keseluruhan, proses ini bakal memakan waktu lebih kurang 10 hari. Sopi biasanya mempunyai rasa manis, namun kadang juga ada yang sengaja menambahkan bahan lain misalnya rempah & akar-akaran.
Minuman yg namanya diambil berdasarkan istilah Belanda, zoopje ini sudah sejak lama menjadi salah satu favorit masyarakat setempat semenjak zaman kolonial.
Bagi warga  setempat, minuman yang mempunyai cita rasa cenderung manis ini melambangkan kebersamaan yg biasa tersaji pada sejumlah program khusus, misalnya ritual atau upacara adat setempat. Dalam kultur mereka, sopi dipercaya minuman yang prestisius.
Pada awal 2019, miras lokal ini dilegalkan peredarannya. Gubernur NTT pada waktu itu menyampaikan minuman memabukan tradisonal yang dilegalkan penjualannya hanya boleh dikonsumsi warga pada daerah tertentu jika usianya sudah di atas 21 tahun.
3. Cong Yang
Selain ciu, di daerah Jawa Tengah juga populer minuman keras spesial bernama Cong Yang. Jenis miras lokal ini berasal dari daerah semarang, jawa tengah. Cong Yang merupakan hasil dari akulturasi budaya jawa dan china. pada awalnya cong yang diracik oleh koh tiong, seorang kakek peracik obat yang sudah lama menetap di semarang.
Miras lokal ini sebenarnya mempunyai merek "Cap Tiga Orang" menggunakan alkohol golongan B atau kadar alkohol 19.5%. Cong yang adalah minuman fermentasi berbahan beras & gula pasir, sepirit, perasa kopi moka, pewarna makanan, yang dilengkapi menggunakan beberapa kandungan & dikemas pada botol.
4. Tuak
Tuak merupakan jenis minuman memabukan Nusantara yang dibuat oleh fermentasi bahan dari nira, beras, atau bahan minuman/buah yang mengandung gula. Tuak merupakan produk minuman yang mengandung alkohol.
Meski sanggup memabukkan bila dikonsumsi pada jumlah yang besar, tuak termasuk minuman ringan lantaran kandungan alkohol pada dalamnya hanya lebih kurang delapan persen. Maka tidak perlu heran apabila sebagian besar penduduk di berbagai sudut di indonesia meneguk minuman ini setiap hari yang berguna sebagai pengahangat suhu badan.
Tuak merupakan minuman tradisional yg relatif populer. Dibuat menggunakan bahan dasar gula aren, sejumlah varian sanggup ditemui di berbagai daerah di Indonesia. Tuak pada Sumatra Utara misalnya, dicampur menggunakan buah kering. Sementara warga  Lombok justru sering mengombinasikannya dengan menggunakan akar-akaran & rempah.
5. Arak Bali
Kalau tuak mempunyai kadar alkohol tidak melebihi belasan persen, bir Bali atau arak Bali punya kadar lebih tinggi, yakni mencapai 30-50 persen. Dalam dosis yg tidak pas, bir bakal memabukkan. Namun, fungsi utama bir bali bukan digunakan untuk membuat orang mabuk.
Minuman ini digunakan sebagai pelengkap keperluan upacara adat menggunakan ritual tertentu. Sama halnya dengan wilayah lain, tujuannya buat keakraban.
Arak dibentuk berdasarkan fermentasi berdasarkan sari kelapa & buah buahan. Umumnya, bir bali diminum dengan cara mencampurkannya ke dalam berbagai macam minuman lain, misalnya jus buah atau sirup agar cita rasanya lebih nikmat.
Jelas bahwa minuman memabukkan buruk bagi kesehatan kita. Tubuh & pikiran insan sudah berperang melawan alkohol semenjak lama. Namun kebudayaan & kearifan lokal minuman keras wajib terus kita jaga. Jangan lupa kita perlu mengikuti peraturan yang terdapat pada wilayah yang kita tempati mencakup siapa, kapan & dimana yang wajib dipatuhinya.
Terima kasih telah membaca artikel saya, see you next time and stay humble.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H