Mohon tunggu...
A Zaidan An Naafi
A Zaidan An Naafi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka Menulis

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Ketidakseimbangan pada Asupan Makanan

6 Juni 2024   21:10 Diperbarui: 6 Juni 2024   21:24 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Diagram Alir Glukoneogenesis | Sumber: Karmakar 2017

Penulis: A Zaidan An Naafi (F2501231049), Khansa Fitria Latifa Hidayat (F2501231031), Hasri Kusuma Wardi (F25012231038), Gisubizo Fabien (X1005231805)

Kondisi ketidakseimbangan makronutrien dalam tubuh merupakan masalah signifikan yang mempengaruhi kesehatan di berbagai belahan dunia. Gizi memiliki dampak besar pada kesehatan di setiap tahap kehidupan, dan kebiasaan makan yang tidak sehat adalah salah satu penyebab berbagai penyakit. Salah satu aspek krusial dari pola makan adalah asupan makronutrien karena pengaruhnya terhadap keseimbangan energi, komposisi tubuh, dan kesehatan secara keseluruhan. Nutrisi terbagi menjadi dua kelompok utama: makronutrien dan mikronutrien. 

Makronutrien meliputi protein, karbohidrat, dan lipid diperlukan dalam jumlah besar dan berperan penting dalam penyediaan energi, sintesis molekul struktural, produksi hormon, serta mengatur metabolisme (Morris dan Mohiuddin 2024). Ketidakseimbangan makronutrien dapat menyebabkan kelebihan atau kekurangan energi, disfungsi metabolik, gangguan komposisi tubuh, masalah hormonal, dan kesehatan mental yang buruk. 

Realitas menunjukkan bahwa obesitas, penyakit kronis, malnutrisi ganda, peningkatan penyakit metabolik, dan ketidakseimbangan gizi pada anak dan remaja adalah dampak dari pola makan yang tidak seimbang (Tzioumis dan Adair 2014).

Salah satu fenomena yang terjadi di Indonesia adalah kelebihan asupan karbohidrat dan lemak dan kurangnya asupan protein. Total asupan kalori masyarakat Indonesia 80% berasal dari karbohidrat dan lemak. angka ini lebih tinggi dibandingkan asupan karbohidrat pada negara maju yaitu 50%. Asupan karbohidrat melebihi batas yang ditetapkan oleh Pedoman Gizi Seimbang yaitu seharusnya <60% kalori per hari. 

Untuk asupan protein pada anak-anak sesuai Pedoman Gizi Seimbang berkisar antara 40-50 g per hari, sedangkan untuk dewasa memiliki porsi yang lebih tinggi yaitu 50-70 g per hari (Utami et al. 2017).  Kelebihan konsumsi karbohidrat sebagai komponen makro dapat menyebabkan beberapa penyakit terkait berat badan, obesitas, diabetes tipe II, hipertensi, dan dampak kesehatan lainnya berkaitan peningkatan jaringan lemak (Villegas et al. 2009; Hill et al. 2012). 

Konsumsi karbohidrat berlebih dapat meningkatkan kadar trigliserida dan HDL dalam darah sehingga meningkatkan resiko penyakit jantung (Winda et al. 2017). Hal yang sama juga terjadi ketika asupan protein tidak terpenuhi dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada anak dan remaja (Wolfe et al. 2017). 

Salah satu dampak defisiensi protein yang menjadi perhatian utama adalah stunting. Faktanya kasus stunting yang terjadi pada anak-anak di indonesia hanya 15% yang dipengaruhi oleh keturunan, sebagian besarnya dipengaruhi oleh kekurangan zat gizi salah satunya adalah protein (Budiastutik dan Nugraheni 2018). Oleh karena itu, penting untuk memahami dan menerapkan pola makan seimbang dengan proporsi yang tepat dari protein, karbohidrat, dan lipid untuk mencapai kesehatan optimal.

Setiap makronutrien seperti protein, karbohidrat dan lemak memiliki peran tersendiri di dalam tubuh salah satunya menghasilkan energi. Protein terdiri dari asam amino terikat dalam rantai peptida, menyediakan 4 kkal energi per gram. Fungsi utama protein adalah sebagai penyedia asam amino untuk sintesis enzim, hormon, antibodi, dan neurotransmiter. 

Konsumsi protein meningkatkan ketersediaan asam amino, merangsang sintesis protein, mengurangi katabolisme, dan menjaga keseimbangan protein tubuh (Wu 2016). Karbohidrat juga menyediakan 4 kkal energi per gram dan merupakan sumber energi utama. Asupan karbohidrat meningkatkan kadar glukosa darah, merangsang sekresi insulin, membantu penyerapan glukosa ke jaringan, dan menyimpan glukosa sebagai glikogen (Cena dan Calder 2020). 

Lipid atau lemak makanan, adalah makronutrien paling padat energi, menyediakan 9 kkal energi per gram. Lipid penting untuk produksi hormon seks, struktur sel, penyimpanan energi, pengaturan suhu tubuh, perlindungan dari cedera fisik, dan penyerapan vitamin. (Lichtenstein et al. 1998).
 
Peran protein dalam tubuh dapat diketahui lebih lanjut dengan memahami laju metabolismenya dalam tubuh. Metabolisme protein berperan penting dalam menyediakan energi bagi tubuh saat dibutuhkan. Protein makanan dalah tubuh dipecah menjadi asam amino selama proses pencernaan. Asam amino kemudian diserap ke dalam aliran darah dan diangkut ke berbagai sel di seluruh tubuh. Pada kondisi tubuh membutuhkan energi, seperti saat puasa, olahraga intens, atau asupan karbohidrat yang tidak mencukupi, asam amino dapat diubah menjadi glukosa melalui proses yang disebut glukoneogenesis (Gambar 1.). 

Proses ini terjadi terutama di hati, di mana asam amino tertentu dapat diubah menjadi glukosa untuk menjaga kadar gula darah dan menyediakan energi bagi sel. Selain itu, asam amino juga dapat digunakan untuk produksi energi melalui proses deaminasi oksidatif. Dalam proses ini, asam amino dilepaskan dari gugus aminonya, kemudian diubah menjadi amonia dan akhirnya urea untuk diekskresi, sedangkan kerangka karbon yang tersisa dapat digunakan untuk produksi energi melalui jalur seperti siklus asam sitrat (Burd et al. 2019)(Gambar 2).
 

Gambar 2. Metabolisme Asam Amino | Sumber: DAV University
Gambar 2. Metabolisme Asam Amino | Sumber: DAV University

Masyarakat perlu mengatur porsi makannya untuk memenuhi nutrisinya agar tidak berlebih. Konsumsi makronutrien secara berlebihan, seperti lemak, karbohidrat, dan protein, menyebabkan perbedaan respons metabolik. Kasus yang sering terjadi adalah konsumsi lemak dan karbohidrat yang berlebihan namun jarang terjadi pada konsumsi protein berlebih. Mengkonsumsi lemak makanan secara berlebihan biasanya mengakibatkan kelebihan energi disimpan sebagai trigliserida dalam jaringan adiposa, yang berpotensi menyebabkan obesitas(Liu et al. 2017). 

Pola makan tinggi lemak, terutama yang kaya akan lemak jenuh, juga dapat berdampak negatif terhadap kesehatan kardiovaskular dan sensitivitas insulin, sehingga meningkatkan risiko gangguan metabolik seperti diabetes tipe 2 (Villegas et al. 2009). Hal ini terjadi juga saat kita mengonsumsi karbohidrat secara berlebihan menyebabkan konversi karbohidrat berlebih juga berkontribusi penyakit obesitas dan fluktuasi gula darah (Leaf dan Antonio 2017).
Konsumsi protein secara berlebihan berbeda dalam efek metaboliknya. Protein berlebih cenderung tidak disimpan sebagai lemak dibandingkan dengan lemak dan karbohidrat. 

Sebaliknya, protein terutama digunakan untuk sintesis protein, pengeluaran energi, dan memiliki efek termal yang lebih tinggi dari makanan. Pemberian protein yang berlebihan dapat meningkatkan sintesis protein otot, yang berpotensi meningkatkan pengeluaran energi dan berdampak positif pada komposisi tubuh. Selain itu, sifat protein yang mengenyangkan dapat membantu individu merasa lebih kenyang untuk waktu yang lebih lama, yang berpotensi mengurangi asupan kalori secara keseluruhan (Leaf dan Antonio 2017).

Ketidakseimbangan makronutrien dalam asupan makan di khususnya Indonesia perlu adanya perbaikan dengan cara meningkatkan kesadaran akan pentingnya pola makan yang seimbang. Data pada artikel yang dibuat ini menunjukkan bahwa kelebihan asupan karbohidrat dan lemak, serta kurangnya asupan protein, dapat berdampak negatif pada kesehatan masyarakat, seperti obesitas, penyakit kronis, dan gangguan metabolik. Oleh karena itu, diperlukan edukasi yang lebih luas tentang pentingnya memperhatikan proporsi asupan protein, karbohidrat, dan lemak dalam diet sehari-hari, serta perlunya kebijakan dan program pemerintah yang mendukung promosi pola makan sehat. Penelitian juga menunjukkan bahwa asupan protein yang cukup dapat membantu mengurangi asupan kalori secara keseluruhan, sehingga upaya untuk memperbaiki ketidakseimbangan makronutrien dalam asupan makan dapat berkontribusi dalam meningkatkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
 

DAFTAR PUSTAKA

Budiastutik I, Nugraheni A. 2018. Determinants of Stunting in Indonesia: A Review Article. Int J Heal Res. 1(1):2620--5580.

Burd NA, McKenna CF, Salvador AF, Paulussen KJM, Moore DR. 2019. Dietary protein quantity, quality, and exercise are key to healthy living: A muscle-centric perspective across the lifespan. Front Nutr. 6.doi:10.3389/fnut.2019.00083

Cena H, Calder PC. 2020. Defining a Healthy Diet: Evidence for The Role of Contemporary Dietary Patterns  in Health and Disease. Nutrients. 12(2). doi:10.3390/nu12020334.

DAV University. METABOLISM OF AMINO ACIDS-GENERAL ASPECTS. https://www.davuniversity.org/images/files/study-material/BCH103-7.pdf

Hill JO, Wyatt HR, Peters JC. 2012. Energy balance and obesity. Circulation. 126(1):126--132. doi:10.1161/CIRCULATIONAHA.111.087213.

Karmakar R. 2017. Gluconeogenesis: A Metabolic Pathway in Eukaryotic Cells such as Cellular Slime Molds. Di dalam: Gluconeogenesis. InTech.

Leaf A, Antonio J. 2017. The Effects of Overfeeding on Body Composition: The Role of Macronutrient Composition-A Narrative Review. Volume ke-10.

Lichtenstein AH, Kennedy E, Barrier P, Danford D, Ernst ND, Grundy SM, Leveille GA, Van Horn L, Williams CL, Booth SL. 1998. Dietary fat consumption and health. Nutr Rev. 56 5 Pt 2:3--19. doi:10.1111/J.1753-4887.1998.TB01728.X.

Liu AG, Ford NA, Hu FB, Zelman KM, Mozaffarian D, Kris-Etherton PM. 2017. A healthy approach to dietary fats: Understanding the science and taking action to reduce consumer confusion. Nutr J. 16(1).doi:10.1186/s12937-017-0271-4.

Morris AL, Mohiuddin SS. 2024. Biochemistry, Nutrients. StatPearls., siap terbit. [diakses 2024 Jun 5]. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32119432/.

Tzioumis E, Adair LS. 2014. Childhood dual burden of under- and overnutrition in low- and middle-income countries: A critical review. Food Nutr Bull. 35(2):230--243. doi:10.1177/156482651403500210.

Utami RW, Sofia SN, Murbawani EA. 2017. Hubungan antara asupan karbohidrat dengan profil lipid pada pasien penyakit jantung koroner. J Kedokt Diponegoro (Diponegoro Med Journal). 6(2):1143--1155.

Villegas R, Shu XO, Yang G, Matthews CE, Li H, Cai H, Gao Y, Zheng W. 2009. Energy balance and type 2 diabetes: a report from the Shanghai Women's Health  Study. Nutr Metab Cardiovasc Dis. 19(3):190--197. doi:10.1016/j.numecd.2008.06.003.

Winda, Yuniar N, Ismail CS. 2017. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kadar Kolesterol Total Dalam Darah pada Petugas Kepolisian di Polresta Kota Kendari Tahun 2017. JIMKESMAS (Jurnal Ilm Mhs Kesehat Masyarakat). 2(7):1--15.

Wolfe RR, Cifelli AM, Kostas G, Kim I-Y. 2017. Optimizing Protein Intake in Adults: Interpretation and Application of the  Recommended Dietary Allowance Compared with the Acceptable Macronutrient Distribution Range. Adv Nutr. 8(2):266--275. doi:10.3945/an.116.013821.

Wu G. 2016. Dietary protein intake and human health. Food Funct. 7(3):1251--1265. doi:10.1039/c5fo01530h.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun