Menanamkan kejujuran sebagai nilai utama dalam setiap tindakan. Seseorang yang seperti ini akan menjalani hidup yang tenang, dan tidak akan masalah yang akan menghadangnya.
Apabila seseorang tidak menanamkan kejujuran sebagai nilai utama dalam hidupnya, sama seperti sebelumnya orang tersebut dipastikan akan selalu merasakan ketegangan dan tidak tenang dalam hidupnya. Jika hal ini terbongkan oleh publik, sama seperti sebelumnya, orang ini akan di cap sebagai pembohong dan tidak akan bisa dipercaya. Dan akan terus berlanjut sampai ia bisa berkata jujur dan memperbaiki kesalahannya. Tetapi hal ini tidak menjamin bahwa ia akan bisa dipercaya kembali.
3. Sa-mesthineÂ
Membangun kesadaran untuk menjalani hidup sesuai aturan hukum dan moral. Seseorang yang sudah membangun kesadaran untuk hidup sesuai dengan aturan hukum dan moral, hidupnya akan berjalan normal tanpa ada masalah yang akan menggangu kehidupan sehari - harinya. Sehingga ia akan selalu merasa rileks, senang, akan berbagi aura positif ke lingkungan sekitar, dll. Contohnya seperti  menaati lalu lintas. Tentunya hal ini tidak akan membahayakan diri sendiri dan orang lain.
Berbeda jika orang tersebut tidak membangun kesadarannya. Biasanya hidupnya akan memiliki banyak masalah entah itu untuk diri dia sendiri atau untuk lingkungan sekitarnya, hal ini akan membuat dampak buruk bagi lingkungan sekitarnya. Seperti ia terbiasa membuang sampah sembarangan. Jika sampah ini tidak dibersihkan maka, hal ini akan menimbulkan penyakit yang berbahaya dan akan berdampak ke lingkungan sekitarnya.
Dengan menerapkan nilai-nilai ini, individu tidak hanya mencegah dirinya melakukan korupsi tetapi juga mampu menjadi teladan bagi orang lain.
Transformasi Memimpin Diri untuk Menghindari Korupsi
Salah satu implementasi praktis dari kepemimpinan diri adalah pencegahan korupsi. Ketika seseorang mampu memimpin dirinya sendiri, ia tidak akan mudah tergoda oleh keuntungan sesaat atau tindakan tidak etis. Prinsip Enam "SA" menjadi panduan konkret dalam hal ini:
a. Sa-butuhne: Mengambil hanya apa yang menjadi haknya, tidak berlebihan.
b. Sa-perlune: Menggunakan kekuasaan hanya untuk hal yang diperlukan.Â
c. Sa-cukupe: Merasa cukup dengan apa yang telah dimiliki.