Mohon tunggu...
Zaidan Akram Ruslani
Zaidan Akram Ruslani Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA UNIVERSITAS MERCU BUANA | PRODI S1 AKUNTANSI | NIM 43223010082 | FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS |

Mata Kuliah : Pendidikan Anti Korupsi dan Kode Etik UMB. Dosen Pengampu : Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG Universitas Mercu Buana Meruya Prodi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kebatinan Ki Ageng Suryomentaram Pada Upaya Pencegahan Korupsi dan Transformasi Memimpin Diri Sendiri

28 November 2024   15:16 Diperbarui: 28 November 2024   15:16 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keterkaitan Enam "SA" dengan Kehidupan Modern

Enam "SA" memberikan kerangka kerja yang relevan untuk berbagai aspek kehidupan, baik pribadi, sosial, maupun profesional. Dalam konteks modern, konsep ini bisa menjadi solusi untuk:
1. Mengatasi Korupsi: Prinsip Sa-butuhne dan Sa-cukupe menekan keinginan untuk mengambil sesuatu yang bukan hak.

2. Membangun Kepemimpinan: Sa-mesthine dan Sa-benere membentuk pemimpin yang adil, jujur, dan bertanggung jawab.

3. Keseimbangan Hidup: Sa-perlune dan Sa-penake membantu individu menjalani hidup yang seimbang antara pekerjaan, keluarga, dan waktu pribadi.

Dengan memahami dan menerapkan Enam "SA", individu dapat menjalani hidup yang penuh makna, bahagia, dan bebas dari tekanan materialistis. Konsep ini relevan untuk semua generasi, memberikan panduan universal untuk menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari.

Pencegahan Korupsi Melalui Nilai Kebatinan

Korupsi sering kali muncul dari ketidakmampuan seseorang mengendalikan nafsu akan kekayaan atau kekuasaan. Dalam konteks ini, Enam "SA" dapat menjadi pedoman:

1. Sa-butuhne 

Mengajarkan pentingnya memahami kebutuhan secara objektif. Seseorang yang hanya memenuhi kebutuhannya tidak akan tergoda mengambil yang bukan haknya, dan apabila orang tersebut secara tidak sengaja mengambil hak orang lain, maka orang tersebut akan selalu mengingat kesalahannya. Orang bertipe seperti ini biasanya memikirkan banyak pertimbangan sebelum ia mengambil keputusan untuk memenuhi kebutuhannya.

Lalu apabila seseorang sudah terbiasa untuk mengambil hak orang lain, maka semasa hidupnya tidak akan tenang. Ia akan gagal dalam urusan dunia maupun dalam urusan setelah kematiannya. Jika kebiasaan untuk mengambil hak orang lain ini terbongkar oleh publik, maka sudah dipastikan akan di cap sebagai yang buruk oleh orang lain.

2. Sa-benere 

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun