Mohon tunggu...
Zaidan Akram Ruslani
Zaidan Akram Ruslani Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA UNIVERSITAS MERCU BUANA | PRODI S1 AKUNTANSI | NIM 43223010082 | FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS |

Mata Kuliah : Pendidikan Anti Korupsi dan Kode Etik UMB. Dosen Pengampu : Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG Universitas Mercu Buana Meruya Prodi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ranggawarsita Tiga Era, Kalasuba, Katatidha, Kalabendhu, dan Fenomena Korupsi di Indonesia

31 Oktober 2024   21:07 Diperbarui: 31 Oktober 2024   22:59 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Modul Prof. Apollo
Modul Prof. Apollo

Relevansi Pemikiran Ranggawarsita terhadap Kepemimpinan Antikorupsi di Indonesia

Pandangan Ranggawarsita mengenai kepemimpinan dalam tiga era tersebut menawarkan refleksi bagi pemimpin Indonesia. Untuk menghindari kondisi Kalabendhu, kepemimpinan yang diharapkan adalah kepemimpinan yang berbasis pada nilai-nilai keadilan dan kebaikan, seperti dalam Kalasuba. Pemimpin perlu memiliki integritas yang tinggi, menjalankan tugasnya dengan mengutamakan kepentingan rakyat, dan menjadikan dirinya sebagai contoh moral bagi masyarakat.

Penerapan nilai-nilai kepemimpinan dalam Kalasuba berarti pemimpin harus berani menindak tegas korupsi, mempraktikkan transparansi, serta menciptakan sistem pemerintahan yang akuntabel. Pemimpin yang demikian dapat membantu mencegah masyarakat dari terjerumus ke dalam kondisi Kalabendhu, dengan menginspirasi rakyat untuk mengedepankan nilai-nilai etika dan menumbuhkan budaya antikorupsi.

Raden Ngabehi Ranggawarsita merupakan seorang pujangga besar Jawa pada abad ke-19 yang dikenal melalui karya-karyanya yang menggambarkan kekacauan moral dan sosial dalam masyarakat Jawa saat itu. Ranggawarsita tidak hanya menyampaikan kritik sosial, tetapi juga menawarkan panduan moral bagi generasi mendatang. Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah Serat Kalatidha, yang menggambarkan kekacauan dan ketidakpastian zaman melalui tiga era simbolik: Kalasuba, Katatidha, dan Kalabendhu. Era tersebut masing-masing melambangkan kondisi sosial yang berbeda, mulai dari masa keemasan (Kalasuba), masa kebingungan (Katatidha), hingga masa kegelapan (Kalabendhu).

Karya Ranggawarsita ini menjadi sangat relevan dalam konteks modern Indonesia, khususnya dalam memahami dan mengkritik fenomena korupsi yang telah lama mengakar dalam berbagai sektor. Korupsi adalah suatu bentuk kemerosotan moral yang mencerminkan Kalabendhu, masa penuh dengan ketidakadilan dan krisis nilai. Tulisan ini akan membahas pandangan Ranggawarsita mengenai tiga era tersebut dan relevansinya dalam konteks fenomena korupsi di Indonesia.

Apa Itu Tiga Era: Kalasuba, Katatidha, dan Kalabendhu?

 

Modul Prof. Apollo
Modul Prof. Apollo

1. Kalasuba: Masa Keemasan

Kalasuba merupakan gambaran dari masa yang penuh dengan kedamaian, kemakmuran, dan keadilan. Pada era ini, masyarakat hidup dalam keharmonisan, nilai-nilai moral tinggi, dan kepercayaan terhadap pemimpin yang bijaksana. Ranggawarsita menggambarkan Kalasuba sebagai zaman yang ideal, di mana setiap orang memiliki tanggung jawab terhadap kebaikan bersama dan kebahagiaan sosial. Dalam konteks modern, Kalasuba dapat dianggap sebagai cita-cita bangsa Indonesia yang merindukan kehidupan yang bebas dari korupsi dan penuh dengan pemerintahan yang adil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun