Kelima, hargai usaha anak. Jangan pernah melabeli dan menyalahkan anak. Mungkin suatu saat anak berbuat salah, kita sebagai orang tua wajib membenarkan. Tapi harus dipahami bahwa ada perbedaan sangat besar antara "menyalahkan" dan "membenarkan."Â
Keenam, tidak menghina dan merendahkan hasil dari upaya anak. Kalau anak TK gambarnya masih jelek, ya wajar. Lha wong, kita sendiri saja bisa jadi kalau gambar masih acak-acakan. Ajarkan pada anak untuk melakukan sesuatu dengan benar, tapi jangan pernah menghina dan merendahkan hasil karya anak.Â
Tentu mengasuh anak tidak segampang berteori. Ya, saya tahu.Â
Bahkan kalau dipikir-pikir kembali, mungkin orang tua kita dahulu mendidik kita juga tidak begini-begini amat. Ya kan? Tidak rumit-rumit amat. Dan kita melalui waktu hingga saat ini dalam kondisi saat ini.Â
Tapi anak-anak kita kelak akan menghadapi "dunia" yang berbeda dengan kita dahulu. Dunia yang entah seperti apa.
Dulu orang tua kita tidak menyiapkan kita untuk menghadapi dunia digital. Dunia yang terhubung dengen internet. Sesuatu yang tidak pernah kita dapatkan dahulu, karena saat ini anak-anak usia satu tahun pun sudah bisa ngomong "youtube..youtube..youtube..."Â
Maka pengasuhan anak bukanlah garis finish, ia adalah garis start yang memang tidak ada finishnya. Mungkin finishnya adalah saat kita telah tiada, dan apa yang akan kita tinggalkan pada anak-anak kita?
Ingat pesan dari Frederick Douglass, "It is easier to build strong children than to repair broken men."Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H