untuk Ibuku:
sekalipun ingin, tidak ada yang sanggup kuucap
kata-kata takkan cukup menjelaskan tentang rasa sayangku yang begitu dalam,
sedang kasih sayangmu masih terus menghidupi jiwa juga tubuhku,
laksana pancaran mata air zam-zam,
takkan kering meski melewati kemarau panjang,
takkan habis meski terus diteguk mulut-mulut yang haus
Â
Ibu, engkaulah perantara kasih sayang Tuhan
di dalam tubuhmu aku pernah meringkuk,
mengambil saripati kehidupan dan bernafas bersamamu
ingatkah engkau waktu dimana kita tak mungkin terpisahkan?
Tidak walau hanya sekejap jeda
Lalu kau rela melewati batas antara hidup dan mati demi kahadiranku ke dunia
Dari belaian tanganmu aku tumbuh dan menjadi dewasa
Â
Ibu, surgaku bukan di telapak kakimu
Tapi restu yang kau beri di setiap langkah dan pilihan hidupku
Juga hatimu yang menyimpan ampunan tak terbatas untuk segala kesalahanku
Andai kaulah kunci surgaku,
Ku yakin akan kau bukakan selebar-lebarnya pintu surga untukku
Â
Ibu, jika benar di dunia ini ada kisah cinta yang sejati
Akan ku tulis kisah cintamu di halaman pertama
Darimu aku mengenal cinta, yang pertama dan takkan pernah berakhir
Cinta yang tak pernah meminta atau menuntut
Cinta yang memahami dan selalu hanya memberi
Â
Ibu, ke dalam pelukmu aku selalu ingin pulang
Rumah yang paling nyaman
Tempatku bermanja di saat lelah mendera
Obat bagi segala luka dan duka
Â
Ibu, tak terhitung apa yang telah kau beri untukku
Hutang itu takkan sanggup kubayar, dan tidak pula akan kau minta
rasa terimakasih mungkin takkan mengubah apa-apa
tapi Ibu, izinkan kupersembahkan bait-bait ini untukmu
semoga cukup untuk menggembirakan hatimu yang sederhana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H