Mohon tunggu...
Zahwatunissa
Zahwatunissa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah

Hobi bermain badminton

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menggali Potensi Diri: Konsep Diri dalam Kehidupan Sehari-hari Siswa SMA

19 Desember 2024   13:46 Diperbarui: 19 Desember 2024   13:57 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konsep Diri

Konsep diri adalah suatu sistem yang kompleks dan terus berkembang, yang mencakup sikap, perasaan, persepsi, nilai-nilai, dan perilaku yang dimiliki oleh setiap individu. Sejak lahir, seseorang tidak memiliki penilaian atau kesadaran tentang siapa dirinya. Oleh karena itu, pandangan dan pemahaman individu mengenai diri mereka terbentuk melalui proses pembelajaran yang berlangsung dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Menurut teori konvergensi, lingkungan sekitar memiliki pengaruh signifikan dalam pembentukan konsep diri. Namun, pendidikan pertama yang diterima oleh seorang anak biasanya berasal dari orang tua mereka. Interaksi dengan orang tua dan lingkungan sosial lainnya memainkan peran penting dalam membentuk cara individu melihat diri mereka sendiri.  

Perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh bagaimana mereka melihat diri mereka sendiri. Tingkah laku ini merupakan cerminan dari konsep diri mereka; semakin positif konsep diri seseorang, semakin baik pula perilaku dan interaksi sosialnya. Sebaliknya, jika seseorang memiliki konsep diri yang negatif, hal ini dapat mengakibatkan rendahnya harga diri dan kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain. Melalui pemahaman tentang konsep diri, individu dapat lebih mengenali potensi dan batasan mereka, serta mengembangkan strategi untuk mencapai tujuan hidup yang lebih baik. Proses ini tidak hanya melibatkan refleksi pribadi tetapi juga interaksi dengan orang lain dan lingkungan sosial yang mendukung pertumbuhan pribadi. Artikel ini membahas mengenai Menggali Potensi Diri: Konsep Diri dalam Kehidupan Sehari-hari Siswa SMA.

Konsep Diri menurut Harlock

Menurut Hurlock (1980) konsep diri merupakan gambaran seseorang mengenai diri sendiri yang merupakan gabungan dari keyakinan fisik, psikologis, sosial, emosional aspiratif, dan prestasi yang mereka capai. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri menurut Harlock, sebagai berikut:

a. Usia Kematangan

Usia kematangan remaja memainkan peran penting dalam pembentukan konsep diri. Remaja yang matang lebih awal, yang diperlakukan seperti orang hampir dewasa, cenderung mengembangkan konsep diri yang positif dan dapat menyesuaikan diri dengan baik. Di sisi lain, remaja yang matang terlambat, yang masih diperlakukan seperti anak-anak, mungkin merasa salah dimengerti dan bernasib kurang baik, sehingga cenderung berperilaku kurang fleksibel.  

b. Penampilan Diri 

Penampilan diri juga mempengaruhi konsep diri remaja. Penampilan yang berbeda dapat membuat remaja merasa rendah diri, walaupun perbedaan tersebut menambah daya tarik fisik. Cacat fisik dapat menjadi sumber malu yang mengakibatkan perasaan rendah diri, sedangkan daya tarik fisik dapat meningkatkan penilaian positif tentang ciri kepribadian dan meningkatkan dukungan sosial. 

c. Kepatutan Seks 

Kepatutan seks dalam penampilan, minat, dan perilaku membantu remaja mencapai konsep diri yang baik. Sebaliknya, ketidakpatutan seks dapat membuat remaja sadar diri dan memberi dampak buruk pada perilakunya. 

d. Nama dan Julukan 

Remaja yang sensitif dan merasa malu saat teman-teman sekelompok menilai namanya buruk atau memberi julukan yang mencemooh. Hal ini dapat mempengaruhi konsep diri remaja secara negatif. 

e. Hubungan Keluarga 

Hubungan yang erat dengan anggota keluarga dapat membantu remaja mengidentifikasi diri dengan orang tersebut dan mengembangkan pola kepribadian yang sama. Apabila tokoh tersebut sesama jenis, remaja akan lebih mudah mengembangkan konsep diri yang cocok untuk jenis sekitarnya. 

f. Teman-Teman Sebaya 

Teman-teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja dalam dua cara. Pertama, konsep diri remaja merupakan cerminan dari anggapan teman-teman tentang dirinya. Kedua, remaja berada dalam tekanan untuk mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang diakui oleh kelompok. 

g.   Kreativitas 

Remaja yang diasah untuk kreatif dalam bermain dan tugas-tugas akademis cenderung mengembangkan perasaan individualitas dan identitas yang baik. Sebaliknya, remaja yang sejak awal masa kanak-kanak didorong untuk mengikuti pola yang sudah diakui akan kurang memiliki perasaan identitas dan individualitas. 

h. Cita-Cita 

Cita-cita yang tidak realistis dapat menyebabkan remaja mengalami kegagalan, yang pada gilirannya menimbulkan perasaan tidak mampu dan reaksi bertahan dengan menyalahkan orang lain. Sebaliknya, remaja yang realistis tentang kemampuan mereka lebih banyak mengalami keberhasilan daripada kegagalan, yang pada akhirnya meningkatkan kepercayaan diri dan kepuasan diri, serta memberikan konsep diri yang lebih baik. 

Metode Observasi

Metode observasi yang digunakan dalam penelitian ini melibatkan wawancara dengan salah satu siswa SMA Keluarga Widuri, yang berinisial ANP. Dalam proses wawancara, peneliti berinteraksi langsung dengan ANP untuk menggali informasi lebih dalam mengenai pandangannya tentang konsep diri dan pengaruh lingkungan sekitarnya. Dengan mengamati respons dan ekspresi Adiwidiya selama wawancara, peneliti dapat memperoleh data yang lebih komprehensif mengenai bagaimana faktor-faktor seperti usia, penampilan, dan hubungan sosial berkontribusi terhadap pembentukan konsep diri siswa tersebut.  

Hasil Observasi: Konsep diri positif

1.   Menurut ANP konsep diri itu sangat penting untuk kepribadian manusia. Jika kita memiliki konsep diri yang positif, kita bisa lebih percaya diri dan lebih mudah bergaul dengan orang lain. Sebaliknya, jika konsep diri kita negatif, kita mungkin merasa kurang baik tentang diri kita dan sulit untuk berinteraksi dengan orang lain. 

2. Untuk menyelesaikan konflik tanpa membiarkan emosi menguasai ANP, ANP biasanya mencoba untuk tenang dan berpikir sebelum berbicara. ANP juga berusaha mendengarkan pendapat orang lain dan mencari solusi yang baik untuk semua pihak. Jika ANP merasa marah, ANP akan mengambil napas dalam-dalam atau menjauh sejenak untuk menenangkan pikirannya. 

3. ANP pernah merasakan bahwa penilaian itu di pengaruhi oleh orang lain, orang lain mempengaruhi cara ANP memandang diri sendiri secara negatif. Kadang-kadang, ketika teman atau guru memberi komentar negatif tentang ANP, itu bisa membuat ANP merasa tidak percaya diri. 

4. ANP setuju bahwa pengalaman masa kecil yang kurang mendukung bisa membuat seseorang memiliki konsep diri yang negatif. Jika seorang anak sering mengalami kritik atau tidak mendapatkan dukungan dari orang tua atau lingkungan sekitarnya, mereka bisa merasa tidak dihargai dan mulai berpikir bahwa mereka tidak cukup baik. Hal ini bisa terus terbawa hingga dewasa. 

5. Menurut ANP agar seseorang mudah beradaptasi terhadap pengalaman baru, mereka bisa mencoba beberapa hal. Pertama, tetap terbuka terhadap perubahan dan tidak takut mencoba hal-hal baru. Kedua, belajar dari pengalaman sebelumnya dan mencari dukungan dari teman atau keluarga saat menghadapi situasi baru. Ketiga, bersikap positif dan percaya bahwa setiap pengalaman baru adalah kesempatan untuk belajar dan tumbuh. 

Hasil Observasi: Konsep diri negatif

1.    Menurut ANP, konsep diri negatif adalah cara seseorang melihat dirinya sendiri dengan pandangan yang buruk. Hal ini bisa membuat mereka merasa kurang percaya diri dan sulit untuk berinteraksi dengan orang lain. Ketika seseorang memiliki konsep diri negatif, mereka sering kali meragukan kemampuan dan nilai diri mereka. 

2.   Pengalaman ANP selama masa sekolah sangat mempengaruhi cara ia memandang diri sendiri. Jika siswa ini mendapatkan nilai baik dan pujian dari guru, ia akan merasa lebih percaya diri dan bangga dengan dirinya sendiri. Namun, jika ia mengalami kegagalan atau mendapatkan kritik, itu bisa membuat dia merasa tidak berharga dan meragukan kemampuan dirinya. Jadi, pengalaman positif membuat ANP merasa baik tentang dirinya, sedangkan pengalaman negatif bisa membuat dirinya merasa sebaliknya. 

3.  ANP percaya bahwa kritik atau penilaian negatif dari guru atau teman-teman bisa sangat mempengaruhi konsep diri seseorang. Misalnya, jika seorang teman mengatakan bahwa dirinya tidak pandai dalam pelajaran tertentu, itu bisa membuat ANP merasa kurang percaya diri dan mulai meragukan kemampuan dirinya. 

4. ANP sangat setuju bahwa peran keluarga sangat penting dalam membentuk cara kita memandang diri sendiri. Jika orang tua selalu mendukung dan memberi semangat, kita cenderung memiliki konsep diri yang positif. Namun, jika mereka sering mengkritik atau membandingkan kita dengan orang lain secara negatif, itu bisa meninggalkan bekas yang sulit dihilangkan.

5. Menurut ANP, kita bisa mengubah konsep diri seseorang dari negatif menjadi positif. Caranya adalah dengan memberikan dukungan dan pujian yang tulus ketika mereka melakukan hal-hal baik. Selain itu, penting juga untuk membantu mereka melihat sisi positif dari diri mereka sendiri dan pengalaman yang mereka miliki. Mengajak mereka untuk mencoba hal-hal baru dan memberikan kesempatan untuk belajar dari kesalahan juga sangat membantu. Dengan waktu dan dukungan yang tepat, seseorang dapat membangun kembali konsep diri yang lebih positif dan percaya diri. 

Kesimpulan

Hasil observasi menunjukkan bahwa konsep diri sangat penting dalam membentuk kepribadian seseorang. Menurut ANP, konsep diri yang positif meningkatkan rasa percaya diri dan memudahkan interaksi sosial, sementara konsep diri negatif dapat menyebabkan perasaan rendah diri. Pengalaman selama masa sekolah, seperti mendapatkan pujian atau kritik dari guru dan teman, sangat mempengaruhi pandangan ANP terhadap dirinya sendiri. Dukungan dari keluarga juga berperan besar; orang tua yang mendukung cenderung menghasilkan konsep diri yang positif, sedangkan kritik berlebihan dapat berdampak negatif. 

ANP percaya bahwa meskipun seseorang memiliki konsep diri negatif, perubahan menjadi positif mungkin dilakukan melalui dukungan dan pujian yang tulus. Dengan pendekatan yang tepat, individu dapat membangun kembali konsep diri yang lebih baik dan lebih percaya diri. Dalam konteks teori Hurlock, pengalaman hidup membentuk konsep diri sebenarnya dan ideal, sehingga penting untuk mengembangkan konsep diri yang positif agar dapat beradaptasi dengan baik dalam berbagai situasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun