“Cara-carane ki, sampeyan wis mentas.. Punya pekerjaan dan gaji yang tinggi. Awang-awangen nggo wong lanang..”.
Aku memperhatikan perkataan beliau. Memang benar itu yang terjadi padaku. Beberapa orang laki-laki yang dikenalkan atau mencoba mengenalku lebih banyak mundur teratur.
Ada baiknya juga sih mundur di awal, daripada mundur ketika sudah terjadi pernikahan. Itu lebih gentleman, karena belum ada yang tersakiti pastinya. Pikirku begitu.
“Wedi juga nek dianggep memanfaatkan sampeyan, bu..”, lanjut pak Wanto.
“Makanya aku tu gak mau orang mengenalku karena aku yang sudah bekerja dan gajiku lumayan, pak.. Aku ingin orang mengenalku ya cuma sebagai Dewiana saja.. Biar orang tu tulus sama aku, bukan karena aku yang sudah mapan dan bergaji..”, kataku menanggapi pak Wanto.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H