Mohon tunggu...
Zahrotul Mutoharoh
Zahrotul Mutoharoh Mohon Tunggu... Guru - Semua orang adalah guruku

Guru pertamaku adalah ibu dan bapakku

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Metode Ini Saya Pergunakan dalam PJJ pada Masa Pandemi Covid-19

29 September 2021   10:32 Diperbarui: 29 September 2021   20:32 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tak pernah ada yang tahu dan membayangkan bahwa awal tahun 2020 menjadi titik awal keberadaan covid-19. Pada awalnya virus ini hanya dialami oleh beberapa orang yang melakukan perjalanan ke luar negeri, pada akhirnya virus ini menyebar dengan cepatnya. Semua lini kehidupan terdampak dengan adanya virus ini. Tak terkecuali dengan dunia pendidikan.

Dunia pendidikan dikejutkan dengan mulai distopnya pembelajaran tatap muka di sekolah pada bulan Maret 2020. Sekolah yang terdiri dari Kepala Sekolah, guru dan karyawan serta orangtua dan anak sebagai sentral pendidikan, siap tidak siap akan melakukan pembelajaran di rumah.

Pembelajaran Jarak Jauh. Pembelajaran yang dilakukan dengan lokasi atau tempat yang tidak sama, bertempat di rumah masing-masing siswa. Guru-pun melakukan pembelajaran secara Work From Home (WFH).

Hal tersebut dilakukan dengan pertimbangan agar anak-anak serta para guru tidak terkena dampak dari virus ini. Selain itu juga untuk menekan angka pasien yang terkena covid-19. Harapannya, virus tidak akan semakin meluas di bumi pertiwi ini.

Dalam proses pembelajaran jarak jauh, guru dapat mempergunakan berbagai metode dan kreasi agar materi tersampaikan. Tentu saja guru menyesuaikan dengan kondisi anak, orang tua dan wilayah.

Aktivitas Guru Bersama Siswa

Di sini saya mempergunakan metode daring, home visit serta luring method. Karena dengan mempergunakan beberapa metode ini diharapkan materi akan lebih mudah tersampaikan kepada siswa.

Pertama, saya melakukan pembelajaran secara online atau daring. Saya mempergunakan aplikasi whatsapp. Sebuah aplikasi yang sangat mudah untuk dipergunakan oleh siapapun. Yang saya lakukan pertama kali adalah membuat group kelas pada aplikasi ini. Hal ini untuk mempermudahkan dalam melakukan pembelajaran bagi siswa-siswa saya.

Materi dan penugasan saya berikan dengan memanfaatkan aplikasi whatsapp ini, karena tidak memungkinkan jika melakukan zoom meeting atau google meet. Selain terbatasnya kemampuan orang tua di bidang ekonomi sehingga sulitnya membeli kuota internet. Bantuan kuota internet dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga tidak efektif dan berfungsi banyak, karena disebabkan sulitnya akses internet di rumah siswa.

Selain itu, saya juga mengirimkan video pembelajaran sederhana tentang menghafal huruf braille untuk dua seri, yang saya buat khusus untuk siswa dan orangtua. Tujuan pembuatan video pembelajaran tersebut untuk siswa dan orangtua karena saya berharap orangtua juga lebih mengenal dunia anaknya yang menyandang tunanetra. Selain saya kirim di group whatsapp kelas, saya juga mengupload di channel youtube saya.

Saya juga mempergunakan google forms untuk mengevaluasi hafalan siswa, sebagai tes tertulis siswa. Untuk mengetahui siswa benar-benar mampu menghafal huruf braille, siswa juga diberikan tugas untuk praktek menghafal. Yaitu menghafal dengan direkam video.

Selain itu, saya juga melakukan video call secara pribadi kepada masing-masing siswa. Saya tidak melakukan video call pada group whatsapp kelas, karena siswa saya sangat berbeda antara satu dengan lainnya. Dengan video call per-individu siswa, maka saya akan lebih fokus memberikan pengarahan, pemberian materi dan menanyakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa dan atau orangtua. Video call ini saya jadwalkan tidak setiap hari, karena tergantung jaringan internet dan kuota internet yang dimiliki oleh orangtua atau siswa.

Kedua, kemudian seiring berjalannya waktu, di saat saya ingin melakukan home visit, sekolah memprogramkan pembelajaran home visit. Metode ini membantu saya dan juga anak serta orang tua, karena tidak bisa dipungkiri orangtua merasa kewalahan mendampingi anak belajar di rumah. Karena terbatasnya kemampuan menulis dan membaca huruf braille si orang tua. Saya lebih menekankan anak untuk hafal dan belajar menulis kata dalam huruf braille, dengan mempergunakan papan rekenplank.

Di saat saya berkunjung ke rumah siswa, saya menemani anak belajar menghafal dan menulis pada papan rekenplank. Saya menjelaskan bahwa dari huruf-huruf dapat membentuk satu kata. Saya juga mengajak siswa untuk membaca hasil tulisannya. Selain itu, saya juga menuliskan pada papan rekenplank, anak membaca dengan bantuan guru tentu saja. Karena anak masih dalam tahap belajar menulis dan membaca.

Ketiga, pembelajaran luring method atau tatap muka. Sebuah model pembelajaran yang dilakukan di luar jaringan atau tatap muka dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Pembelajaran ini telah diuji cobakan mulai tanggal 20 September 2021. Siswa-siswa yang mengikuti uji coba tatap muka terbatas di sekolah adalah siswa-siswa yang telah vaksin dosis 2 (dua).

Anak diajak untuk mereview kegiatan pembelajaran selama daring. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi seperti apa. Kemudian kesulitan-kesulitan yang dihadapi tersebut dibahas pada saat kegiatan tatap muka di kelas tersebut.

Pada kesempatan tersebut, anak juga menyampaikan kegembiraannya ketika tatap muka dilaksanakan. Karena memang anak akan lebih mudah menerima materi pembelajaran ketika belajar langsung.

Tantangan yang Dihadapi

Dari metode-metode yang saya pergunakan dalam pembelajaran jarak jauh ini, tentu saja ada tantangan yang saya hadapi.

Pertama, dengan metode daring atau online, tentu saja berkaitan dengan terbatasanya kuota internet serta jaringan internet di rumah siswa yang kadang tidak dapat dijangkau oleh internet ini. Orangtua sering mengeluhkan hal tersebut. Apalagi jika harus mengakses video dari youtube. Dan untuk mendownload kiriman file yang dikirimkan oleh guru juga membutuhkan kuota yang lumayan untuk orangtua dan siswa. Apalagi jika harus melakukan video call. Tentu menjadi tantangan yang harus saya pertimbangkan.

Kedua, home visit method yang dilakukan sebenarnya sangat bagus untuk siswa dapat bertatap muka di rumah. tetapi karena terbatasnya jadwal dan juga masih masa pandemi, maka tentu saja pembelajaran dengan metode home visit ini belum maksimal. Guru diberi batasan waktu untuk melakukan pembelajaran dengan metode ini.

Dengan demikian, tentu materi tidak bisa diberikan secara maksimal. memang pada akhirnya orangtua-lah yang harus berperan aktif dalam pembelajaran anak di rumah. dan sekali lagi, tentu saja orangtua merasa kesulitan karena ketidakmampuannya untuk menguasai abjad huruf braille.

Selain dari segi terbatasnya waktu untuk belajar, kesiapan siswa untuk belajar di rumah juga dapat saya rasakan. Untuk berkonsentrasi belajar di rumah, anak lebih sulit melakukannya. Karena tentu di rumah ada hobi yang biasa dilakukan, yang jika guru datang di saat yang tak tepat, maka anak tidak mau belajar. Dan guru harus dapat mengalihkan ketidakfokusannya tersebut, sehingga anak tertarik untuk belajar.

Ketiga, tantangan dalam luring method adalah sulitnya untuk menjaga prokes karena ada salah satu siswa yang harus dipegang agar diam atau anteng. Anak ini sering menggerak-gerakkan tubuh, baik kepala, tangan dan juga kaki. Blindsme.

Untuk mengingatkan anak agar tidak selalu bergerak, harus dilakukan dengan kontak fisik. Yaitu guru memegang si anak. Jadi untuk menjaga jarak menjadi agak sulit dilakukan. 

Efektivitas dari Metode yang Dipergunakan

Dari tantangan-tantangan yang saya hadapi tersebut, tentu ada hal-hal yang harus dievaluasi dari segi keefektifannya dalam keberhasilan pembelajaran.

Pertama, metode daring atau online ini memberikan kemudahan untuk siswa mengakses materi dan penugasan yang diberikan. Tentu saja selama jaringan internet dan paket kuota internet lancar.

Kedua, metode home visit memberikan kemudahan kepada siswa untuk belajar langsung kepada guru. Anak dapat mendengar langsung penjelasan guru, bertanya dan berdiskusi dengan guru.

Ketiga, metode luring atau tatap muka memberikan secercah harapan kepada siswa untuk dapat belajar benar-benar secara langsung kepada guru. Apalagi bagi anak berkebutuhan khusus, termasuk anak tunanetra. Akan jauh lebih efektif jika belajar dilakukan secara tatap muka atau luring.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun