Selain dari segi terbatasnya waktu untuk belajar, kesiapan siswa untuk belajar di rumah juga dapat saya rasakan. Untuk berkonsentrasi belajar di rumah, anak lebih sulit melakukannya. Karena tentu di rumah ada hobi yang biasa dilakukan, yang jika guru datang di saat yang tak tepat, maka anak tidak mau belajar. Dan guru harus dapat mengalihkan ketidakfokusannya tersebut, sehingga anak tertarik untuk belajar.
Ketiga, tantangan dalam luring method adalah sulitnya untuk menjaga prokes karena ada salah satu siswa yang harus dipegang agar diam atau anteng. Anak ini sering menggerak-gerakkan tubuh, baik kepala, tangan dan juga kaki. Blindsme.
Untuk mengingatkan anak agar tidak selalu bergerak, harus dilakukan dengan kontak fisik. Yaitu guru memegang si anak. Jadi untuk menjaga jarak menjadi agak sulit dilakukan.Â
Efektivitas dari Metode yang Dipergunakan
Dari tantangan-tantangan yang saya hadapi tersebut, tentu ada hal-hal yang harus dievaluasi dari segi keefektifannya dalam keberhasilan pembelajaran.
Pertama, metode daring atau online ini memberikan kemudahan untuk siswa mengakses materi dan penugasan yang diberikan. Tentu saja selama jaringan internet dan paket kuota internet lancar.
Kedua, metode home visit memberikan kemudahan kepada siswa untuk belajar langsung kepada guru. Anak dapat mendengar langsung penjelasan guru, bertanya dan berdiskusi dengan guru.
Ketiga, metode luring atau tatap muka memberikan secercah harapan kepada siswa untuk dapat belajar benar-benar secara langsung kepada guru. Apalagi bagi anak berkebutuhan khusus, termasuk anak tunanetra. Akan jauh lebih efektif jika belajar dilakukan secara tatap muka atau luring.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H