Mohon tunggu...
Zahrotul Mutoharoh
Zahrotul Mutoharoh Mohon Tunggu... Guru - Semua orang adalah guruku

Guru pertamaku adalah ibu dan bapakku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tiga Ratus Enam Puluh Lima Hari

31 Januari 2021   18:42 Diperbarui: 31 Januari 2021   18:51 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nida menganggukkan kepalanya. Sambil berpesan agar secepatnya memberitahukan kalau ada kamar VIP yang kosong.

"Ibumu dipindah lebih baik, Da. Agar ibumu nyaman. Tidak terganggu pasien lain. Yang menunggu juga nyaman.." kata bulik Mar.

"Soal duit bisa dicari. Tapi nyawa ibu lebih penting, Da.." kata bulik Mar lagi. 

"Iya, bulik..", jawab Nida. Sudah tidak terpikirkan lagi biaya. Yang penting ibu lekas pulih. Hanya itu.

***

"Ibumu menggerakkan tangannya, Da.." kata bulik. O iya, ibu sudah pindah ruangan ke ruang VIP. 

"Iya, bulik. Alhamdulillah.." ucap Nida penuh syukur.

Kami semalaman menjaga ibu. Mungkin karena kelelahan, Nida malah ketiduran. Bulik Mar yang tidak bisa tidur semalaman.

O iya, bulik Mar ini adik bungsu ibunya Nida. Adik yang paling dekat dengan ibunya Nida.

"Sesuk bulik mulih ya, Da.. Kowe dhewe sik le nunggu ibu.." kata bulik lagi ketika aku terbangun tengah malam.

"Iya, bulik.." kata Nida.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun