Mohon tunggu...
Zahrotul mufidah
Zahrotul mufidah Mohon Tunggu... Penulis - Tugas Etika Profesi Keguruan

Untuk memenuhi tugas etika profesi keguruan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jarak dan Jodoh

14 Juli 2020   06:31 Diperbarui: 14 Juli 2020   17:44 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Rasti, ayo main sepeda diluar" suara alfa memanggilku.

"Baiklah tunggu diluar" ujarku.

Rasti sosok anak kecil yang masih berumur 6 tahun yang lahir di semarang, anak tunggal dari sepasang suami istri. Dan alfa yang juga masih berumur 6 tahun, mereka berdua sudah berteman sejak masih sangat kecil.

Beberapa hari kemudian alfa dan keluarganya datang kerumahku, aku mengira jika mereka ingin bersilaturrahmi ternyata dugaanku salah, alfa dan keluarganya ingin pamit untuk merantau ke kota.

"Assalamualaikum" ujar ayah alfa.

"Waalaikumsalam, silahkan masuk pak bu" jawab ibuku.

"Tidak usah repot-repot bu, kami kesini hanya ingin berpamitan untuk pergi keluar kota" ujar ayah alfa.

"Alfa mau keluar kota?" Jawabku.

"Iya rasti, aku mau pamit ya.. jangan lupakan aku" ujarnya.

Sembari itu mereka langsung pulang dan berangkat keluar kota. Aku sangat kaget mendengar semua itu, aku hanya dapat berkaca-kaca karna alfa adalah teman baikku, dan semua akan terasa berbeda ketika dia sudah pergi.

12 tahun kemudian...

Aku sudah berumur 22 tahun, dan aku baru saja lulus dari kuliah. 12 tahun silam aku sudah tidak pernah bertemu dengan alfa, jangankan bertemu, komunikasi saja tidak pernah. Tapj hingga saat ini aku selalu mendoakannya, mendoakan kesuksesannya, dia sosok laki-laki yang baik dan yang selalu aku sebut disepertiga malamku.

Setelah beberapa hari aku keluar rumah dan melihat rumah alfa yang dulu seperti ada yang menghuni, tapi aku tidak tau siapa yang menempatinya. Aku cuek-cuek saja karna aku pikir bukanlah alfa yang ada disana.

Akan tetapi aku melihat laki-laki yang lumayan mirip dengan alfa, apakah itu alfa?.

Selang beberapa hari tiba-tiba laki-laki itu datang kerumahku.

"Assalamualaikum" ucapnya.

"Waalaikumsalam, siapa" tanyaku.

"Rasti, apa kamu masih mengingatku? Ini aku alfa, teman kecilmu dulu". Ujarnya.

Aku sontak kaget dan rasanya sangat tidak mungkin jika dia alfa, dia telah tumbuh menjadi sosok lelaki yang baik dan sempurna.

"Masuklah alfa" ucapku.

Setelah didalam kami banyak bercerita tentang masa-masa kecil dahulu, dan dia menceritakan setiap perjalanan hidupnya di luar kota.

"Tidak menyangka jika ternyata kamu sekarang kembali kesini" ucapku.

"Aku dan keluargaku memang sudah merencanakan untuk kembali kesini setelah kuliahku selesai disana, karna ada sesuatu penting yang belum aku selesaikan". Ujarnya.

"Apa itu?" Ucapku.

"Besok-besok kamu pasti tau sendiri". Ujarnya.

Setelah beberapa hari tiba-tiba alfa dan keluarganya datang kerumahku.

"Assalamualaikum" ujar ayah alfa.

"Waalaikumsalam" ucapku. Kebetulan aku yang membukakan pintu.

"Silahkan masuk pak, bu, dan alfa" ucapku lagi.

Ketika diruang tamu keluargaku dan keluarga alfa saling bertukar cerita tentang kehidupannya diluar kota. Akan tetapi ada sesuatu yang sangat mengejutkanku.

"Mohon maaf sebelumnya pak, saya kesini bukan sekedar ingin sillaturrahmi, tetapi ada hal penting yang ingin saya sampaikan" ujar ayah alfa.

"Hal penting apa pak? Silahkan bapak jelaskan" ujar ayahku.

"Sebenarnya saya kesini dengan niat baik ingin melamarkan anak bapak untuk anak kami pak" ucap ayah alfa.

Aku sangat kaget mendengar yang dikatakan oleh ayah alfa, alfa ingin melamarku?. Sungguh aku merasa semua ini hanya mimpi, apa ini yang dinamakan jodoh, meski jauh tak mengenal jarak sekalipun. Aku disana hanya tersenyum, aku bahagia karna doa yang selalu aku panjatkan terkabul dan Allah meridhoinya.

"Bagaimana nak?" Ujar ayahku.

Aku hanya tersenyum dan mengiyakannya.

"Baiklah ayah, aku menerima lamaran dari alfa" ujarku.

Alfa yang dari tadi hanya menunduk pada akhirnya tersenyum dengan jawabanku.

Setelah pernikahan dilangsungkan aku dan alfa saling jujur jika sebenarnya sudah lama saling menyimpan rasa. Dan ternyata selama kita tak saling bertemu, kita sama-sama saling mendoakan dan saling menyebut nama disetiap sujud sholat kita.

"Dapat kita ambil kesimpulan, jika yang namanya jodoh tak memandang jarak. Sejauh apapun jarak tersebut, jika jodoh kita pasti dipertemukan kembali. Dan cara terbaik untuk memintanya adalah dengan setiap doa yang kita panjatkan. Tuhan pasti mempunyai banyak cara indah untuk mempertemukan kita dengan jodoh yang telah dipersiapkan".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun