Mohon tunggu...
Zahroh HurriAfwa
Zahroh HurriAfwa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya seorang mahasiswa, saya memiliki hobi berenang dan bulutangkis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Indokrimusa, Strategi Mempertahankan Eksistensi Jamu di Tengah Zaman Modern Melalui Inovasi dan Perubahan

19 Juni 2024   17:30 Diperbarui: 19 Juni 2024   17:40 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia menjadi salah satu negara yang dianugrahi kekayaan alam yang begitu melimpah, serta beragamnya budaya yang menjadi daya tarik Indonesia di mata internasional (Sidi, 2016). Kekayaan alam yang ada di Indonesia telah dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia dalam berbagai bidang seperti memasak, kerajinan, kecantikan, dan pengobatan. Salah satu perpaduan dari kekayaan alam dan warisan budaya tradisional Indonesia dapat dijumpai pada salah satu minuman yang bernama jamu

Jamu merupakan salah satu pengobatan herbal tradisional yang memiliki peran dalam proses penyembuhan penyakit di kalangan masyarakat Indonesia (Adiyasa & Meiyanti, 2021). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 003/MenKes/Per/I/2010 dijelaskan bahwa jamu adalah obat tradisional Indonesia yang menggunakan bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. 

Selain itu, jamu juga merupakan bentuk nyata dari warisan budaya tradisional Indonesia, karena jamu sendiri sudah mengakar kuat pada masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu (Isnawati & Sumarno, 2021).

Maka dari itu, jamu yang merupakan warisan budaya milik bangsa Indonesia harus senantiasa dijaga eksistensinya agar jamu sendiri tidak menghilang akibat majunya suatu zaman dan dapat dipelajari atau dilestarikan oleh generasi yang akan datang. Eksistensi dari jamu sendiri tidak hanya sebagai bukti nyata budaya milik bangsa Indonesia dan obat tradisional semata, tetapi juga merupakan aset inklusif yang berharga milik Indonesia karena bersinggungan dengan aspek sosial dan ekonomi (Rosadi et al., 2023). Hal tersebut dapat dilihat pada kenyataan di lapangan bahwa jamu memiliki harga yang tergolong ramah di dompet konsumen sehingga mampu dijangkau oleh banyak golongan masyarakat di Indonesia (Defitasari et al., 2022). Berdasarkan penjelasan tersebut dapat kita ketahui bahwa jamu bukan hanya sekedar minuman herbal tradisional yang berguna sebagai pengobatan alternatif, tetapi juga merupakan sebuah warisan budaya yang berharga bagi bangsa Indonesia, serta berkontribusi pada aspek ekonomi negara dan masyarakat Indonesia.

Namun, pada kenyataannya jamu di Indonesia saat ini mengalami sebuah krisis identitas. Jamu saat ini lebih banyak dikenal oleh para orang tua saja, sedangkan anak- anak muda Indonesia kurang mengetahui mengenai jamu yang merupakan minuman tradisional sekaligus warisan budaya milik bangsa Indonesia (Andriati & Wahjudi, 2016). 

Penyebabnya bermacam-macam, seperti jamu yang rasanya pahit dan tidak berasa, minuman yang identik dengan orang tua, dan jamu yang kurang disukai oleh kalangan muda masa kini. Jamu Indonesia sendiri telah melakukan beberapa transformasi sebenarnya pada konsep penjualannya, seperti dijual dalam bentuk tablet, pil, dan bubuk instan (Marwati & Laela, 2021). 

Akan tetapi, hal tersebut masih kurang untuk melawan dominasi minuman-minuman viral yang lebih kekinian sehingga menggantikan identitas dari jamu. Maka dari itu, untuk menambah konsumen jamu pada kalangan anak muda maupun menjaga eksistensi jamu diperlukan adanya sebuah inovasi lebih lanjut (Istiqomah et al., 2022).

Salah satu inovasi yang bisa dilakukan adalah dengan membuat konsep penjualan jamu itu sendiri menjadi lebih modern. Misalnya saja menjual jamu dalam bentuk formulasi es krim. Konsep tersebut sedikit aneh, tetapi juga unik sekaligus. Konsep penjualan es krim jamu tersebut dapat ditemukan pada perencanaan produk es krim bernama “Indokrimusa” yang akan memproduksi es krim dengan bahan dasar rempah pembuatan jamu. 

Indokrimusa merupakan produk hasil kolaborasi dari mahasiswa Universitas Airlangga yang memiliki tujuan untuk menjaga eksistensi jamu pada zaman ini sekaligus mencoba untuk memperluas pasar penjualan jamu kepada anak-anak muda yang kurang mengenal jamu. 

Indokrimusa merupakan produk es krim sederhana pada umumnya, tetapi memiliki komposisi tambahan berupa rempah herbal yang juga merupakan bahan dasar dari jamu seperti kunyit. Selain itu, indokrimusa juga menambahkan beberapa varian rasa lain yang lebih modern dan dapat dikombinasikan dengan rasa rempah jamu. Pada akhirnya, inovasi penjualan jamu dalam bentuk es krim bernama Indokrimusa ini diharapkan mampu untuk menjaga eksistensi jamu di zaman modern ini, serta memperluas pasar dari jamu untuk tidak hanya menjangkau orang tua saja, tetapi juga anak-anak muda pada zaman ini.

Referensi
Adiyasa, M. R., & Meiyanti, M. (2021). Pemanfaatan Obat Tradisional Di Indonesia: Distribusi Dan Faktor Demografis Yang Berpengaruh. Jurnal Biomedika Dan Kesehatan, 4(3), 130–138.  https://doi.org/10.18051/JBiomedKes.2021.v4.130-138

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun