Mohon tunggu...
Zahratul Aini
Zahratul Aini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Memasak.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori perkembangan moral yang di kemukakan lawerence kohlberg

18 Januari 2025   07:39 Diperbarui: 18 Januari 2025   07:39 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Teori perkembangan moral yang di kemukakan lawerence kohlberg

Teori perkembangan moral Lawrence Kohlberg adalah teori yang menjelaskan bagaimana anak-anak berkembang secara moral. Teori ini didasarkan pada penalaran moral yang merupakan hasil dari akal atau rasio.

Lawrence Kohlberg adalah seorang psikolog Amerika yang dikenal dengan teorinya tentang perkembangan moral. Teori ini menjadi salah satu kontribusi utama dalam bidang psikologi perkembangan, yang fokus pada bagaimana individu mengembangkan pemahaman dan pertimbangan moral mereka seiring dengan bertambahnya usia dan pengalaman hidup. Kohlberg mengembangkan teorinya berdasarkan penelitian dan eksperimen yang dilakukan terhadap anak-anak dan orang dewasa, dengan menggunakan dilema moral sebagai alat pengukuran.

Teori perkembangan moral Kohlberg terdiri dari enam tahap yang dibagi dalam tiga level perkembangan moral, yaitu level pra-konvensional, konvensional, dan pasca-konvensional. Setiap tahap menunjukkan peningkatan dalam kompleksitas pemikiran moral dan kemampuan individu untuk memahami dan menilai suatu tindakan berdasarkan prinsip moral yang lebih abstrak dan universal.

1. Level Pra-Konvensional (Tingkat Dasar)

Pada level ini, pemikiran moral seseorang didasarkan pada penghindaran hukuman dan pencapaian hadiah. Anak-anak dan individu yang berada pada tahap ini melihat moralitas dari sudut pandang konsekuensi langsung terhadap tindakan mereka. Mereka belum mengembangkan pemahaman yang lebih kompleks mengenai hak atau kewajiban moral yang lebih luas.

Tahap 1

Orientasi Hukuman dan Kepatuhan Pada tahap pertama ini, keputusan moral diambil berdasarkan potensi hukuman yang diterima jika seseorang melakukan tindakan yang salah. Individu menghindari hukuman karena takut akan konsekuensi negatif, bukan karena mereka memiliki pemahaman tentang moralitas atau keadilan. Misalnya, seorang anak akan menghindari mencuri karena takut dimarahi orang tua atau dihukum di sekolah.

Tahap 2

Orientasi Kepentingan Pribadi Pada tahap kedua, keputusan moral didorong oleh pemenuhan kebutuhan pribadi atau mendapatkan imbalan. Moralitas dilihat lebih sebagai pertukaran atau timbal balik. Seseorang mungkin mematuhi aturan bukan karena aturan tersebut benar, tetapi karena ada imbalan atau keuntungan yang diperoleh. Misalnya, seorang anak mungkin melakukan pekerjaan rumah karena mereka mengharapkan hadiah atau pujian dari orang tua.

2. Level Konvensional (Tingkat Sosial)

Pada level konvensional, individu mulai mempertimbangkan norma sosial dan ekspektasi orang lain dalam penilaian moral mereka. Mereka menyadari pentingnya mematuhi aturan dan menjaga hubungan baik dengan orang lain. Pada tahap ini, pemikiran moral lebih mengarah pada keinginan untuk diterima oleh masyarakat dan mematuhi norma sosial yang ada.

Tahap 3

Orientasi Konsensus Interpersonal Pada tahap ketiga, individu berfokus pada membangun hubungan yang baik dengan orang lain dan mendapatkan penerimaan dari kelompok sosial mereka, seperti keluarga, teman, atau masyarakat. Keputusan moral didasarkan pada bagaimana tindakan tersebut akan mempengaruhi citra diri mereka di mata orang lain. Misalnya, seseorang mungkin berperilaku baik untuk menjaga agar orang lain menyukainya dan tidak merasa kecewa.

Tahap 4

 Orientasi Hukum dan Ketertiban Pada tahap keempat, individu mulai memperhatikan aturan dan hukum yang berlaku di masyarakat. Moralitas dilihat sebagai kewajiban untuk mengikuti aturan sosial yang lebih besar demi menjaga ketertiban dan kestabilan dalam masyarakat. Seseorang pada tahap ini mungkin akan mematuhi aturan karena merasa bahwa aturan tersebut penting untuk menjaga tatanan sosial yang baik dan adil. Contohnya, seseorang akan membayar pajak atau menaati hukum lalu lintas bukan hanya karena takut dihukum, tetapi karena mereka merasa itu adalah kewajiban moral untuk menjaga kesejahteraan bersama.

3. Level Pasca-Konvensional (Tingkat Abstrak)

Pada level ini, individu mengembangkan pemahaman moral yang lebih kompleks dan lebih berpihak pada prinsip-prinsip universal, seperti keadilan, hak asasi manusia, dan kebebasan. Keputusan moral tidak lagi didorong oleh kepentingan pribadi atau keinginan untuk diterima oleh orang lain, melainkan oleh pemahaman individu terhadap prinsip-prinsip etika yang lebih mendalam.

Tahap 5

Orientasi Kontrak Sosial dan Hak Individu Pada tahap kelima, individu menyadari bahwa meskipun aturan dan hukum itu penting, mereka harus dipertanyakan dan dievaluasi berdasarkan apakah aturan tersebut mendukung hak asasi manusia dan kebebasan individu. Prinsip keadilan dan kesetaraan mulai lebih diperhatikan, dan individu di tahap ini lebih cenderung mendukung perubahan sosial jika aturan yang ada dianggap tidak adil. Sebagai contoh, seseorang mungkin mendukung hak-hak sipil meskipun bertentangan dengan hukum yang berlaku jika hukum tersebut dianggap tidak adil.

Tahap 6

Orientasi Prinsip Etika Universal Tahap terakhir adalah tahap di mana individu mengembangkan moralitas yang berdasarkan pada prinsip etika universal yang berlaku untuk semua orang, tanpa terkecuali. Pada tahap ini, keputusan moral diambil berdasarkan nilai-nilai seperti keadilan, hak asasi manusia, dan kesejahteraan manusia, yang mungkin bertentangan dengan hukum atau norma yang ada. Seseorang pada tahap ini mungkin akan menentang sistem yang tidak adil meskipun ada risiko besar yang ditanggung. Contohnya adalah individu yang memperjuangkan hak asasi manusia meskipun harus menghadapi penindasan atau bahaya.

Kohlberg berpendapat bahwa perkembangan moral anak-anak terjadi ketika mereka menghadapi dilema moral. Untuk membantu anak-anak, Kohlberg menyarankan agar guru menawarkan penalaran moral yang satu tahap lebih tinggi dari tahap yang dimiliki anak. 

Kohlberg juga berpendapat bahwa keluarga memiliki pengaruh utama dalam perkembangan moral anak. Pengaruh tersebut berasal dari diskusi antara orang tua dan anak mengenai nilai-nilai dan norma. 

Kritik dan Pengaruh Teori Kohlberg

Meskipun teori Kohlberg sangat berpengaruh dalam pemahaman tentang perkembangan moral, teori ini tidak lepas dari kritik. Beberapa kritik utama terhadap teori ini adalah bahwa Kohlberg terlalu fokus pada pemikiran rasional dan mengabaikan emosi dalam keputusan moral. Selain itu, teori ini lebih banyak didasarkan pada sampel laki-laki, yang mengarah pada kritik bahwa teori ini mungkin tidak sepenuhnya mencakup perkembangan moral perempuan atau individu dari budaya non-Barat.

Namun, meskipun ada kritik, teori Kohlberg tetap menjadi landasan penting dalam psikologi perkembangan moral. Teori ini memberikan pandangan yang lebih sistematis tentang bagaimana individu dapat berkembang dalam hal pemahaman moral mereka, dan bagaimana faktor sosial serta pemikiran rasional mempengaruhi keputusan moral yang diambil seseorang.

Kesimpulan

Teori perkembangan moral Lawrence Kohlberg memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana moralitas berkembang seiring dengan bertambahnya usia dan pengalaman hidup. Dari penghindaran hukuman pada tahap awal, hingga pemahaman prinsip moral yang lebih universal dan mendalam pada tahap akhir, teori ini menunjukkan bahwa perkembangan moral adalah proses yang panjang dan kompleks. Meskipun tidak lepas dari kritik, teori Kohlberg tetap menjadi salah satu pendekatan paling berpengaruh dalam memahami perkembangan moral manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun