Mohon tunggu...
Zahratu Hilwani
Zahratu Hilwani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi S1 Psikologi Universitas Al-Azhar Indonesia.

Memiliki minat yang mendalam dalam memahami perilaku manusia dan dinamika psikologis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kasus Bunuh Diri Fat Cat: Mengungkap Dinamika Kepribadian yang Berujung Tragis

1 Juni 2024   14:04 Diperbarui: 1 Juni 2024   14:04 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Pengalaman awal dan trauma dapat memengaruhi perkembangan dan keseimbangan antara id, ego, dan superego seseorang.

Kehidupan Awal dan Hubungan 

Kehidupan Fat Cat ditandai dengan kurangnya dukungan emosional dari keluarga. Kurangnya pengasuhan dan kasih sayang membentuk perasaannya yang tidak aman dan rendah diri. Menurut psikoanalisis, pengalaman awal, khususnya hubungan dengan pengasuh, memainkan peran penting dalam pembentukan kepribadian. Tanpa lingkungan yang penuh kasih sayang, perasaan tidak aman dan rendah diri bisa berkembang.

 Hubungan dengan kekasihnya

Hubungan Fat Cat dan Tan Zhu ditandai oleh ketidakseimbangan kekuatan. Mereka hanya bertemu dua kali dalam dua tahun, menunjukkan kurangnya investasi emosional. Ketidakseimbangan ini mencerminkan kebutuhan mendalam Fat Cat akan cinta dan penerimaan yang tidak terpenuhi. Keputusan Tan Zhu untuk mengakhiri hubungan membuat Fat Cat merasa ditolak dan rendah diri.

Peran teknologi dalam Kehidupannya 

Peran teknologi dalam kehidupan Fat Cat sebagai gamer dan kehadiran daring yang luas juga penting. Anonimitas dan isolasi dalam interaksi online bisa menyebabkan rasa terputus dari hubungan di dunia nyata, memperdalam ketergantungan pada koneksi digital untuk validasi emosional, dan memperburuk perasaan kesepian serta terputusnya hubungan.

Kesimpulan

Penting menangani faktor-faktor ini untuk meningkatkan kesejahteraan emosional dan mencegah tragedi serupa terjadi di masa depan. Melalui teori psikoanalisis, individu dapat memahami dan mengatasi sumber-sumber pergulatan emosional yang terkait dengan pengalaman masa kecil dan konflik-konflik yang terjadi dalam kehidupan mereka. Dengan demikian, individu dapat mengurangi pergulatan emosional dan mengembangkan keterampilan emosional yang lebih baik untuk menghadapi tantangan kehidupan.

References

Ardiansyah, Sarinah, Susilawati, Juanda. (2022). Kajian Psikoanalisis Sigmund Freud. Jurnal Kependidikan, 7(1)

https://e-journallppmunsa.ac.id/index.php/kependidikan/article/view/912/885 

Dawson, G., Ashman, S. B., & Carver, L. J. (2000). The role of early experience in shaping behavioral and brain development and its implications for social policy. Development and Psychopathology, 12, 695-709 

https://citeseerx.ist.psu.edu/document?repid=rep1&type=pdf&doi=f7f7b2e592b307d5b13ec7e15ad6089ecc16e90a 

Howard S. F. & Miriam W. S. (2006). Personality Classic Theories and Modern Research, Jilid 1, 3rd Edition, 73-123. 

Maezuroh, R., & Sumartini. (2019). Konflik Interpersonal Tokoh Genduk dalam Novel Genduk Karya Sundari Mardjuki Kajian Psikoanalisis Sosial Karen Horney. Jurnal Sastra Indonesia, 8(3), 229-231. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun