Satu hasil alam saja seperti singkong. Manusia mengubahnya untuk menjadi singkong bakar, keripik singkong, getuk, gatot, tape, tapioka. Dari satu singkong saja manusia bisa mendapat pekerjaan sebagai produsen, bekerja di pabrik keripik singkong. Distributor, bekerja sebagai tukang ojek pembawa keripik singkong. Serta penjual, menjual keripik singkong di warung, di pabrik, di sekolah.
Itu baru satu barang yaitu singkong. Belum lagi aneka rupa barang dan jasa dalam kehidupan manusia. Benarlah prinsip ekonomi Islam bahwa kebutuhan manusia terbatas, namun alat pemenuhan kebutuhan manusia tidak terbatas. Â
Demikian luasnya rizki Allah SWT.
Namun tidak boleh menelusup ke ruang hati kita akan ketergantungan pada mahluk. Padahal hanya pantaslah keterikatan dan penghambaan kita pada Sang Pencipta. Mungkin karena keseharian kita sebagai mahluk sosial
Bagi maqom orang biasa Nasi tidak jatuh dari langit, tapi dibeli dari hasil usaha keseharian dengan bekerja atau berdagang. Namun begitu hakikatnya Allah Subhana Wa Taala lah yang menggerakkan hati mahluk-Nya untuk menjadi perpanjangan tanganNya, menjadi wakilNya.
Tuhan jugalah yang berkehendak terhadap turunnya rezeki bisa dengan suatu cara bila tidak dengan cara lain. Tuhan juga berkuasa membukakan pintu rezekinya yang lain yang mungkin tidak terduga. Dia yang menciptakan kita sebagai mahlukNya, Dia juga yang bertanggung jawab atas rezeki kita. Dialah Tuhan yang menggerakkan rantai ekonomi dan kehidupan.
Peran mahluk pada keberlangsungan hidup manusia merupakan kehendak Allah Yang Maha Mengatur. Tuhan juga berkuasa menurunkan rezeki langsung dari langit. Itu terjadi pada wali walinya yang hidupnya dibaktikan seluruhnya hanya untuk Allah. Seperti pada kisah Sayidah Maryam yang selalu mendapati buah buahan ada di mihrabnya yang terkunci dari luar. Buah-buahan itu tidak ada yang mengantar, tapi benar-benar diturunkan langsung dari Tuhan. Bahkan Allah kuasa memberi rezekiNya tanpa perantara mahluk.
 Namun Allah Maha Pengasih di akhir zaman mencukupi dan mengasihi segala kebutuhan kita
Tidak ada sesuatu pun terjadi di alam semesta ini kecuali atas kehendak Allah. Tidak sekejap matapun diri ini menentukan nasib sendiri. Tidak sedikitpun kita mendapatkan rezeki terkecuali jika rezeki itu telah ditetapkan untuk kita miliki.
Sebab-sebab rezeki itu ada di langit. Dapat dicapai dengan permohonan atau doa. Disempurnakan usaha dan ikhtiar. Memantaskan diri, agar kita layak mendapat musabab turunnya rezeki tersebut.
Wallahu a'lam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H