Mohon tunggu...
Zahra Rusydina
Zahra Rusydina Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi

Little things matter

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Orang Tua Eksploitasi Anak Jadi Pengemis

30 Desember 2022   23:11 Diperbarui: 31 Desember 2022   16:48 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kabupaten Karawang – Lakon sebagai bocah pengemis harus dilakukan Dimas, bukan nama sebenarnya, demi membantu keuangan orang tuanya. Setiap hari sepulang sekolah, anak berusia 12 tahun itu bergegas mengganti seragam sekolahnya dengan seragam pengemis, lalu turun ke jalan. 

Di jalan, Dimas berkeliling sambil menjulurkan bekas bungkus permen kepada pejalan kaki dan pengemudi kendaraan bermotor. Siswa kelas 6 sekolah dasar itu berharap ada yang memasukkan uang ke dalam. 

Dimas mengemis setiap hari di bilangan Plaza Cikampek – Sukaseuri dari pukul 3 sore hingga 10 malam. Dan jika kelelahan, Dimas biasanya duduk terdiam dipinggir jalan, menunggu orang-orang memberi uang. 

img-20221231-wa0004-63aff3e34addee2802126bb2.jpg
img-20221231-wa0004-63aff3e34addee2802126bb2.jpg
Dimas terjun menjadi pengemis berawal dari ajakan temannya. “Iyah mau sendiri, awalnya diajak temen, tapi orang tua ngebolehin,” ujarnya kepada Tim Liputan Investigasi Universitas Singaperbangsa Karawang.

Dimas tak sendiri. Pengemis cilik lainnya yaitu Bunga (bukan nama sebenarnya). Bunga juga mengaku, turun ke jalan untuk mengemis untuk membantu orang tua. “Kata orang tua capek kalau gak dibantuin,” ucap siswa kelas 5 SD itu.

Tidaklah sulit menemukan pengemis anak-anak di sekitaran jalan Plaza Cikampek-Sukaseuri. Memang lokasi ini menjadi tempat yang digemari anak-anak untuk mengemis, karena ramai dilalui warga Karawang. 

Asal pengemis anak-anak yang mangkal di Plaza Cikampek-Sukaseuri tidak hanya berasal dari sekitaran lokasi. Bahkan beberapa pengemis anak-anak ada yang berasal dari luar Cikampek. Mereka kerap dibawa orang tuanya untuk mengemi, agar mendapat lebih banyak uang.

“Kalau misalkan rumahnya yang deket dari sini kaya parakan cijalu, mereka datangnya kesini jalan kaki, tapi kalau misalkan yang jauh kaya di jatisari mereka kesininya naik angkot,” kata Asep (27 tahun), pedagang yang mangkal di sekitaran Plaza Cikampek.

img-20221231-wa0005-63aff83a08a8b55fc10266f2.jpg
img-20221231-wa0005-63aff83a08a8b55fc10266f2.jpg
Menurut Asep, banyak orang tua menyuruh anak-anaknya untuk mengemis di Plaza Cikampek. “Mungkin dengan nyuruh anak-anak buat mengemis, bakal gampang buat dapetin belas kasihan dari masyarakat sekitar,” ujarnya.

Biasanya, kata Asep, anak-anak yang menjadi pengemis karena orang tua mereka juga pengemis. Selain itu, faktor teman sebaya juga kerap mempengaruhi anak-anak menjadi pengemis di jalan.

Seringnya orang tua meminta anaknya menjadi pengemis, tergolong praktik eksploitasi anak. UU No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menjelaskan larangan bagi pihak manapun, termasuk orangtua untuk mengeksploitasi anak, baik secara ekonomi atau seksual.

Berdasarkan aturan tersebut, orang tua dapat diganjar sanksi jika melakukan eksploitasi pada anak. “Bahwa setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76l, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun atau denda paling banyak Rp200.000.000 (dua ratus juta rupiah),” tertulis di aturan tersebut.

Tim Liputan Investigasi Unsika mencoba mengkonfirmasi persoalan ini ke Dinas Sosial Kabupaten Karawang. Salah satu staf Dinas Sosial Kabupaten Karawang yang tidak ingin disebutkan namanya, membenarkan banyak pengemis berstatus anak-anak di Karawang. Meski demikian, sumber itu enggan menjabarkan angkanya.

Dia mengatakan bahwa anak-anak kecil tersebut diajak orang tuanya mengemis di Karawang. Kondisi ini dipicu karena menambah penghasilan, dibandingkan mengemis tanpa membawa anak kecil.

"Fenomena anak kecil yang mengemis itu sudah sering kami jumpai, katanya sih bisa nambah uang lebih cepat kalau bawa anak kecil," ujar salah satu pegawai Dinas Sosial Kabupaten Karawang.

Dinas Sosial Kabupaten Karawang sendiri akan menindaklanjuti fenomena ini dengan cara membuat program pembinaan dan pelatihan bagi mereka yang mengemis di jalan agar bisa mandiri tanpa harus menjadi pengemis lagi.

"Untuk soal pengemis, kami punya program pembinaan dan pelatihan, tujuannya agar para pengemis bisa bekerja mandiri dan berhenti mengemis, " tutupnya.

Nama anggota Tim Liputan Investigasi Universitas Singaperbangsa Karawang

1. Ega Dirga Oktavia Nugraha
2. Reynaldi Firmansyah Purba
3. Zahra Rusydina Hidayat
4. Dita Via
5. Sergian Dhisa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun