Mohon tunggu...
Zahra Rizki Bintan
Zahra Rizki Bintan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Jurnalistik Fikom Unpad

Halo, Saya Zahra seorang manusia yang suka membaca dan sedang belajar menulis. Semoga kamu tidak merasa buang-buang waktu ketika baca tulisanku!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Usaha Kerajinan di Ujung Tanduk: Antara Potensi Besar dan Ancaman Regenerasi

3 Juli 2024   20:00 Diperbarui: 3 Juli 2024   20:53 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Untuk saat ini kendala yang dihadapi adalah susahnya regenerasi, susahnya mencari SDM untuk meneruskan usaha. Mungkin karena kondisi zaman. Kalau dulu anak-anak pulang sekolah bantu orang tua belajar ngukir. Kalau sekarang beda lagi kebiasaannya," Ucap Heru (48)  seorang pengrajin patung ukir di Gang Pengrajin, Cibeusi, Jatinangor dalam wawancara pada (8/5). 

Usaha kerajinan umumnya usaha keluarga. Diwariskan secara turun temurun. Sama halnya seperti Heru. Heru adalah generasi penerus kedua usaha kerajinan patung yang telah didirikan ayahnya sejak tahun 85-an. Tidak adanya generasi penerus dan semakin sulit untuk mencari SDM yang mumpuni hanya salah satu dari sekian banyak permasalahan yang dihadapi pengrajin di seluruh Indonesia. 

Kendala yang dialami pengrajin untuk mempertahankan usaha kerajinan sangat kompleks. Mengutip dari pernyataan Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Yogyakarta, tahun 2018 pelaku usaha kerajinan di Yogyakarta mengalami kesulitan mulai dari aspek modal hingga pemasaran. Kesulitan mengakses bahan baku yang bermutu bagus pun sulit. Entah bahan bakunya langka atau harga bahan baku kerajinan terus mengalami kenaikan

Peran Pelaku Usaha Kerajinan bagi Perekonomian Nasional

Ketua Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) tahun 2019, Mufidah Jusuf Kalla menyebutkan industri kerajinan merupakan bagian dari ekonomi kreatif memiliki peranan yang cukup strategis bagi perekonomian Indonesia.  Pertumbuhan industri ini secara nasional sangat cepat mulai dari skala kecil (mikro) sampai menengah. Kehadiran barang kerajinan tak bisa dilepaskan dari fungsinya sebagai souvenir yang berperan sebagai cindera mata dalam sektor pariwisata. Melalui laman kemenparekraf.go.id barang kerajinan termasuk ke dalam produk seni kriya yang memiliki fungsi sebagai hiasan, benda pakai, dan sebagai mainan. Seni kriya sering disebut dengan produk kerajinan tangan. 

Salah satu komoditas penyumbang devisa tertinggi bagi Indonesia adalah kriya. Berdasarkan data Kemenparekraf, ekspor ekonomi kreatif hingga 2022 mencapai USD 24,79 miliar. Dalam kurun waktu rentang 2 tahun sebelumnya yaitu 2020 dan 2021 menunjukkan adanya peningkatan. Nilai ekspor ekonomi kreatif Indonesia tahun 2020 sebesar 18,8 miliar dollar AS dam tahun 2021 mencapai USD 23,9 miliar. Potensi ekspor kerajinan tangan pada tahun 2023 diperkirakan sekitar Rp 11-14 triliun. 

Produk-produk ekspor kerajinan Indonesia antara lain kain batik, kerajinan kayu ukir, wayang, anyaman, logam dan batu. Lingkup pemasaran barang ekspor kerajinan yang tadinya didominasi oleh pasar Jepang, Eropa (Belanda dan Inggris), dan ASEAN memiliki potensi meluas sampai pasar non tradisional Afrika hingga Amerika Latin. Untuk kawasan ASEAN sendiri, produk-produk kerajinan Indonesia  diekspor ke negara Malaysia, Singapura, dan Thailand. Produk kriya Indonesia cukup memiliki potensi. Contohnya Malaysia sangat tertarik pada produk kandang hias untuk hewan peliharaan. 

Punya Potensi Bagus, Tapi Terhambat Regenerasi

Bila melihat secara dekat, generasi yang banyak bergerak di bidang kerajinan adalah generasi-generasi sebelumnya yang memiliki gap jauh dengan Gen Z. Sedangkan usaha kerajinan perlu diteruskan oleh generasi berikutnya. Kebiasaan Gen Z saat ini berbeda dengan generasi sebelumnya. 

Seperti yang sudah dipaparkan Heru sebelumnya. Kondisi zaman yang berbeda juga punya pengaruh. Bila zaman dahulu, anak disibukkan dengan membantu orang tua dengan belajar seni ukir, anak-anak saat ini lebih memilih bermain gadget. Gen Z adalah kelompok orang yang lahir tahun 1997-2012 atau berusia sekitar 11-28 tahun, terlahir dan tumbuh di dunia digital. Karakteristik Gen Z adalah menginginkan segala sesuatu cepat, mudah, dan praktis. 

Hal itu berpengaruh pada bagaiana Gen Z melihat pekerjaan impiannya. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan jatimtimes, 34% Gen Z ingin bekerja di industri digital dan kreatif. Gen Z lebih suka bekerja menjadi konten kreator daripada meneruskan usaha kerajinan keluarga. 

Asep, seorang pengrajin juga di Gang Pengrajin dalam wawancara (8/5) juga menyebutkan bahwa sebagian besar pengrajin disana beralih profesi karena daya beli terhadap barang kerajinan yang rendah dan tidak dapat menutupi biaya hidup saat ini. Hal itu bisa dipahami karena penghasilan dari kerajinan sifatnya temporer. Kadang naik kadang juga tidak ada hasil sama sekali bergantung pada orderan atau faktor yang lain. Hal itu yang menyebabkan generasi selanjutnya berpikir dua kali untuk menekuni bidang usaha kerajinan. 

Jadi, Solusinya Apa? 

Industri kerajinan memiliki potensi bagus untuk meningkatkan perekonomian Indonesia. Namun perlu kerjasama semua pihak secara menyeluruh dan seksama. Dalam hal ini kemenparekraf perlu usaha ekstra. Produk seni kriya bukan termasuk ke dalam kebutuhan pokok. Oleh karena itu, kehadirannya dari segi fungsi dianggap tidak terlalu berpengaruh pada kehidupan sehari-hari. 

Perlu  upaya promosi masif dan kreatif yang didukung oleh pemerintah. Promosi produk industri kriya dapat dilakukan dengan ikut serta dalam ajang pameran baik lokal maupun internasional. Peningkatan mutu produk juga perlu dilakukan sehingga memiliki daya saing yang kuat di pasar internasional. Pemerintah juga dapat meningkatkan daya saing antar pengrajin dalam lingkup nasional dengan mengadakan acara penghargaan setiap tahun sebagai bentuk apresiasi. 

Sebagai warga negara Indonesia kita dapat membantu memajukan dan mempertahankan eksistensi industri kerajinan dengan menggunakan hasil-hasil produk dalam negeri, bangga menggunakan lokal. Dengan membeli produk kerajinan dalam negeri kita telah turut berkontribusi membuat pasar tetap hidup. 

Dengan adanya pasar yang pasti dan terjamin, masalah regenerasi tidak perlu dikhawatirkan. Proses regenerasi dari generasi sebelumnya kepada generasi selanjutnya kemungkinan akan terus ada. Gen Z sebagai generasi selanjutnya, akan melihat profesi sebagai pengrajin menjanjikan asalkan ada pasar yang pasti sehingga biaya kebutuhan hidup pun dapat terpenuhi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun