Mohon tunggu...
Zahra Nurul
Zahra Nurul Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Syarief Hidatullah Jakarta

Hobi saya membaca novel dan juga mencintai dalam diam.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dugaan Penyimpangan Ajaran Pondok Pesantren Al-Kafiyah dan Cara Menyikapinya

4 Juli 2023   22:30 Diperbarui: 4 Juli 2023   22:59 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keragaman budaya, suku dan agama. Dalam konteks keragaman agama, Islam merupakan agama mayoritas yang dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia. Meski mayoritas beragama Islam, keberagaman agama tetap menjadi ciri khas bangsa ini. Dalam realita tersebut, di lembaga pendidikan Islam seperti Pondok Pesantren Al- Kafiyah, terkadang terjadi kontradiksi atau perbedaan pendapat yang menyimpang dari ajaran Pesantren pada umumnya. Dalam esai ini, saya akan membahas bagaimana menanggapi konflik tersebut dengan menjunjung tinggi nilai-nilai Islam yang inklusif dan menciptakan pemahaman yang lebih baik tentang keragaman Indonesia.

Pesantren Al Kafiyah baru-baru ini menjadi perbincangan di masyarakat karena beberapa hal yang kontroversial terungkap. Meski pihak pesantren belum mengeluarkan pernyataan resmi, Majelis Ulama Islam (MUI) telah mengkritik beberapa kegiatan yang terjadi di sana. Salah satu fakta mengejutkan yang terungkap adalah praktik sholat isya yang dilakukan oleh seorang santri hingga 100 rakaat di Pesantren Al Kafiyah. Seorang pembuat konten pun pergi ke pesantren tersebut untuk memastikan kebenaran informasi tersebut.

Dalam video yang diunggah, pembuat konten tersebut bertanya kepada seorang ustazah tentang sholat isya yang dapat diperpanjang selama satu minggu. Ustazah tersebut mengonfirmasi bahwa di pesantren tersebut memang diperbolehkan untuk melaksanakan sholat isya dalam jumlah yang besar. Selain itu, dalam video lainnya, seorang ustazah yang berpakaian serba hitam dan mengenakan cadar mengklaim bahwa dia memiliki kemampuan untuk mencatat dosa-dosa manusia dan menghapusnya.

Ustazah tersebut mengklaim bahwa dosa-dosa manusia dapat dicatat dan dihapus dengan membayar sejumlah uang. Ketika seorang pria bertanya cara untuk mengetahui seberapa besar dosa yang dia miliki dan bagaimana cara menghapusnya, ustazah tersebut dengan tegas menjawab bahwa dosa dapat dihapus dengan membayar sejumlah uang, dengan jumlah yang disebutkan sebesar lima puluh juta rupiah.

Selain itu, seorang santri perempuan di Pesantren Al Kafiyah juga mengungkapkan bahwa mereka melakukan perjalanan haji ke Israel, bukan ke Mekkah seperti yang biasa dilakukan oleh umat Muslim. Hal ini menimbulkan kebingungan dan kontroversi di kalangan masyarakat. Meskipun kontroversi ini telah menarik perhatian warganet, masih belum ada kejelasan mengenai keberadaan sebenarnya dari Pesantren Al Kafiyah yang disebutkan dalam konten tersebut.

Banyak orang yang menggunakan media sosial merasa khawatir tentang dampak dari konten tersebut. Jika itu benar, mereka menginginkan agar hal ini diselidiki lebih lanjut untuk memastikan kebenarannya dan melindungi masyarakat dari penyebaran informasi yang salah dan membingungkan. Masyarakat berharap bahwa pihak yang berwenang akan melakukan investigasi secara transparan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada publik, dengan tujuan menjaga kepercayaan dan ketenangan di kalangan masyarakat.

Banyaknya Aliran yang Menyimpang Menyebar di Indonesia

Saat ini, penyebaran aliran agama islam yang menyimpang di Indonesia telah menjadi masalah yang cukup serius dan meluas. Banyaknya jumlah aliran menyimpang yang ada di Indonesia menjadi bukti nyata akan hal ini. Salah satu faktor yang menyebabkan penyebaran aliran tersebut adalah kepentingan ekonomi. 

Pendiri dan penyebar aliran yang menyimpang memanfaatkan kepentingan ekonomi ini untuk meraih keuntungan dari para pengikutnya. Mereka meminta kontribusi berupa uang dan barang dari pengikutnya, dan bahkan ada yang mengungkapkan bahwa mereka dapat mengumpulkan uang hingga belasan juta setiap bulannya hanya dari iuran pengikutnya.

Selain faktor kepentingan ekonomi, kurangnya pembinaan agama bagi pengikut dan pendiri aliran tersebut juga berperan dalam penyebaran aliran yang menyimpang di Indonesia. Kurangnya pembinaan agama ini bahkan berdampak pada mereka yang saat ini berada dalam tahanan penjara. Sangat penting bagi mereka yang berada dalam tahanan penjara untuk tetap mendapatkan pembekalan agama, agar mereka tidak terlibat dalam kegiatan yang menyimpang selama berada dalam penjara maupun setelah mereka keluar dari penjara.

Bagi masyarakat yang berkeinginan untuk bergabung dengan organisasi keagamaan, terutama organisasi Islam, sangat penting untuk memilih organisasi yang jelas dan memiliki pandangan yang dapat mencerahkan dalam pemahaman ilmu agama, bukan yang membawa kesesatan. Penyebaran aliran sesat sering kali dilakukan secara tersembunyi dan terselubung. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk mengikuti organisasi yang dapat membantu mereka dalam memperoleh pemahaman yang benar dalam ilmu agama, bukan yang justru menyesatkan.

Dalam menghadapi maraknya penyebaran aliran menyimpang ini di Indonesia, peran otoritas terkait sangatlah penting. Diperlukan investigasi yang transparan dan tegas terhadap aliran  tersebut untuk melindungi masyarakat dari penyebaran informasi yang salah dan menyesatkan. Kejelasan dan kepercayaan publik harus dijaga melalui penyampaian hasil investigasi secara terbuka. Selain itu, pembinaan agama yang kuat dan berkualitas bagi masyarakat juga perlu ditingkatkan sebagai upaya pencegahan penyebaran aliran sesat.

Dalam upaya menjaga kerukunan dan keharmonisan dalam keberagaman Indonesia, penting bagi kita semua untuk menyikapi penyebaran aliran yang menyimpang dengan bijak dan bertanggung jawab. Masyarakat perlu diberikan pemahaman yang benar tentang ajaran agama dan diarahkan pada organisasi keagamaan yang sesuai dengan prinsip-prinsip yang mencerahkan. Dengan demikian, kita dapat menjaga keberagaman Indonesia dan mencegah penyebaran aliran ini yang dapat mengancam stabilitas sosial dan kehidupan beragama kita.

Tanda-Tanda Aliran yang Menyimpang Menurut Hukum MUI

Sebelumnya, Majelis Ulama Indonesia telah berhasil mengidentifikasi 60 kelompok yang menyimpang dari ajaran agama yang tersebar di Indonesia. Mereka tidak hanya mengidentifikasi kelompok-kelompok tersebut, tetapi juga melakukan penelitian terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok tersebut serta menentukan kriteria-kriterianya.

Salah satu kriteria pertama adalah kelompok tersebut menolak atau tidak memenuhi beberapa prinsip dasar iman dan Islam. Tindakan ini harus ditindak secara tegas agar pelakunya mendapat efek jera, seperti yang diatur dalam undang-undang yang mengatur tentang aliran sesat.

Selanjutnya, kriteria lainnya adalah kelompok tersebut meyakini ajaran yang tidak sesuai dengan Al-Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad. Di Indonesia, terdapat beberapa kelompok yang meyakini bahwa pemimpin mereka boleh melakukan tindakan yang tidak etis terhadap wanita.

Selain itu, penganut kelompok ini juga meyakini bahwa ada wahyu setelah penurunan Al-Qur'an. Mereka melakukan penafsiran yang menyimpang dari isi Al-Qur'an, menolak kedudukan hadis, dan melakukan penghinaan, pelecehan, serta merendahkan Nabi dan Rasul Allah. Mereka juga tidak mempercayai atau menolak Nabi Muhammad sebagai rasul terakhir. Hal ini juga terjadi pada masa Rasulullah SAW, dan para sahabat melawan orang-orang yang menyimpang tersebut. Hingga sekarang, peraturan hukum tentang aliran sesat yang ditetapkan oleh MUI masih berlaku.

Selanjutnya, penganut kelompok ini mengkafirkan sesama muslim tanpa dasar yang sah dalam syariat agama. Mereka melakukan pengkafiran tersebut hanya karena orang tersebut tidak menjadi anggota kelompok mereka.

Salah satu kriteria yang sering ditemui di Indonesia adalah kelompok yang melakukan perubahan atau pengurangan dalam ibadah pokok. Sebagai contoh, mereka mengurangi waktu shalat menjadi bukan 5 waktu. Kelompok semacam ini harus segera diatasi agar tidak semakin berkembang. Selain itu, banyak masyarakat yang khawatir dengan keberadaan kelompok-kelompok tersebut karena seringkali mereka menyebabkan perpecahan dan konflik di antara sesama manusia.

Dengan maraknya penyebaran aliran ini bagaimana kita harus menyikapinya agar kita juga tidak terjerumus ke dalamnya?

Ada beberapa panduan yang dapat membantu kita melindungi diri dari aliran-aliran yang menyimpang dari ajaran Islam. 

Yang pertama sebagai seorang Muslim penting bagi kita untuk memahami kewajiban kita dalam menjalankan ajaran Islam yang terdapat dalam Al-Qur'an dan Sunnah.

Yang kedua adalah Islam memiliki tiga inti ajaran utama, yaitu akidah (keyakinan), ibadah (peribadatan), dan akhlak (etika). Ketiga aspek ini perlu kita perhatikan dan jalankan dengan baik. Selain melaksanakan kewajiban-kewajiban dalam ajaran Islam, seorang Muslim juga diharapkan untuk aktif berjamaah dan berkelompok dengan sesama Muslim.

Yang ketiga adalah selalu meningkatkan pemahaman kita tentang agama. Selain sebagai benteng dari aliran sesat, pemahaman yang baik tentang akidah juga akan membantu kita menjadi umat yang baik. Oleh karena itu, pendidikan agama yang memadai adalah hak dasar bagi setiap Muslim.

Pendidikan agama terutama merupakan tanggung jawab orang tua. Mereka seharusnya mengajarkan ajaran Islam kepada anak-anak mereka sejak usia dini. Namun, ada orang tua yang mungkin tidak memiliki pengetahuan yang cukup atau tidak mampu memberikan pengajaran tentang akidah kepada anak-anak mereka. Dalam hal ini, penting bagi mereka untuk mencari sekolah atau lembaga pendidikan Islam yang baik untuk memberikan pendidikan agama yang memadai.

Meskipun teknologi memberikan akses yang mudah ke sumber-sumber pembelajaran agama, kehadiran guru atau ustaz yang berkualitas tetap penting. Dalam mempelajari akidah, sebaiknya kita memilih guru yang baik. Guru tersebut harus dapat memahami kebutuhan spiritual muridnya. Kita mungkin belajar dari beberapa guru dalam bidang tertentu, seperti fikih atau akhlak. Namun, lebih baik jika kita memiliki seorang guru yang dapat memahami perkembangan spiritual kita secara keseluruhan, sehingga materi yang diajarkan dapat disampaikan dengan baik dan menyeluruh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun