Mohon tunggu...
Zahra Novita
Zahra Novita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

MENGGAMBAR

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Vygotsky dalam Pembelajaran Matematika

22 Oktober 2023   21:55 Diperbarui: 22 Oktober 2023   22:21 997
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penanan interaksi social 

Menurut Vygotsky, setiap individu berkembang dalam konteks sosial. Semua perkembangan intelektual, termasuk indra, ingatan, pemikiran, persepsi, dan kesadaran, berpindah dari ranah interpersonal  ke ranah intrapersonal. Vygotsky  menekankan pentingnya peran lingkungan budaya dan interaksi sosial dalam pengembangan sifat, tipe dan karakteristik manusia. Vygotsky mengatakan siswa harus belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya yang lebih mampu. Interaksi sosial ini merangsang terbentuknya ide-ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa. Konsep ini disebut teori kognitif oleh Vygotsky.

Semua anak  melewati dua tingkatan dalam proses belajar. Pertama, pada tingkat sosial, dimana anak berinteraksi dengan orang lain, dan kedua, pada tingkat individu, dimana anak melakukan proses internalisasi.

Saat melaksanakan pembelajaran di kelas, guru mengatur situasi pengajaran, memperkenalkan strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa  berinteraksi dengan teman dan guru. Guru harus mendorong partisipasi siswa dalam memecahkan masalah dan memberikan banruan Jika ada kesulitan.

Zone of proximal development ( Daerah Perkembangan Terdekat)

Teori Vygotsky berpendapat bahwa pembelajaran terjadi ketika anak melakukan atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari tetapi masih dalam rentang kemampuan anak atau berada dalam rentang  zone of proximal development. Zone of proximal development adalah berkembangnya kemampuan siswa sedikit diatas kemampuan yang telah dimilikinya.

Tahap Pengembangan ZPD (DPT) terdiri dari empat tahap: Pertama, Tahap ketergantungan pada orang lain, Tahap dimana prestasi anak sangat didukung oleh orang lain seperti teman sebaya, orang tua, guru, masyarakat,  dan ahli. Kedua , Tahap bantuan eksternal kurang ketergantungan, Tahap ini merupakan tahap dimana kinerja anak bergerak menuju self-help, dimana anak lebih banyak membantu dirinya sendiri, dibandingkan terlalu  mengharapkan bantuan dari orang lain. Ketiga, 

Tahap internalisasi dan otomatisasi, dimana anak menyadari pentingnya pengembangan diri secara alami, tanpa perlu adanya paksaan atau bimbingan yang kuat dari orang lain. Keempat, Tahap de-otomatisasi, Tahap dimana penampilan anak dapat mengungkapkan perasaan hati, jiwa dan emosinya, dilakukan secara berulang-ulang, bolak-balik, secara rekursif. Tahap de-otomatisasi ini adalah puncak dari kinerja sebenarnya.

Implikasi dalam pembelajaran matematika 

Teori Vygotsky tentang peran interaksi sosial dan zone of proximum development ( daerah perkembangan terdekat ) mempunyai beberapa implikasi terhadap pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika bertujuan untuk mengembangkan kemampuan kognitif, psikomotorik, dan emosional siswa dalam matematika (doing math). 

Oleh karena itu, landasan sosial dalam pembelajaran matematika sangatlah penting. Implikasi teori Vygotsky  diperkuat oleh perspektif filsafat konstruktivis sosial, yang menyatakan bahwa pengetahuan matematika dikonstruksi secara sosial. Dengan demikian, pentingnya interaksi sosial dalam pembelajaran matematika menjadi dua arah:  pertama, dari sudut pandang psikologis siswa yang belajar dan kedua, dari sudut pandang mata pelajaran matematika yang dipelajari.

Proses pembelajaran awal berlangsung pada tataran sosial, maka  proses pembelajaran matematika di kelas harus bersifat interaktif, baik  antara siswa dengan guru maupun antar siswa. Interaksi ini mengarah pada intersubjektivitas, khususnya kecocokan antara kedua pihak, sehingga memungkinkan kedua belah pihak untuk memahami, mempertimbangkan, bernegosiasi, dan  memanfaatkan sudut pandang masing-masing.

Selain kegiatan interaktif, guru matematika kelas  juga harus memberikan kesempatan yang cukup kepada siswa untuk mengalami proses internalisasi, guru matematika kelas  juga harus memberikan kesempatan yang cukup kepada siswa untuk mengalami proses pembelajaran. 

Untuk menciptakan kesempatan belajar bagi siswa, guru hendaknya tidak terburu-buru memfasilitasi kegiatan pembelajaran dan sebaiknya memberikan siswa waktu istirahat di sela-sela  kegiatan  kelas. Selain itu, guru harus: Peka terhadap pengetahuan yang dapat diterapkan siswa pada situasi  belajar, Berusaha memecahkan masalah secara interaktif sebagai panduan  belajar siswa,  Hadirkan masalah yang menantang, Mendorong, mengeksplorasi, menerima solusi dan strategi alternatif serta mendorong siswa menjelaskan dan memberi alasan atas pendapatnya.

Interaksi sosial dalam pembelajaran matematika hendaknya tidak hanya terbatas pada kegiatan interaktif di dalam kelas saja, tetapi juga mencakup interaksi siswa dengan konteks social budaya yang dekat dengan kehidupannya sehari-hari. Pembelajaran matematika di kelas hendaknya menyajikan permasalahan dalam konteksnya karena aktivitas yang berkaitan dengan permasalahan tersebut menjadi bermakna secara sosial bagi siswa. Bahkan dalam pendekatan pendidikan matematich realistik, permasalahan kontekstual ini digunakan sebagai titik awal dalam pembelajaran matematika.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun