Proses pembelajaran awal berlangsung pada tataran sosial, maka  proses pembelajaran matematika di kelas harus bersifat interaktif, baik  antara siswa dengan guru maupun antar siswa. Interaksi ini mengarah pada intersubjektivitas, khususnya kecocokan antara kedua pihak, sehingga memungkinkan kedua belah pihak untuk memahami, mempertimbangkan, bernegosiasi, dan  memanfaatkan sudut pandang masing-masing.
Selain kegiatan interaktif, guru matematika kelas  juga harus memberikan kesempatan yang cukup kepada siswa untuk mengalami proses internalisasi, guru matematika kelas  juga harus memberikan kesempatan yang cukup kepada siswa untuk mengalami proses pembelajaran.Â
Untuk menciptakan kesempatan belajar bagi siswa, guru hendaknya tidak terburu-buru memfasilitasi kegiatan pembelajaran dan sebaiknya memberikan siswa waktu istirahat di sela-sela  kegiatan  kelas. Selain itu, guru harus: Peka terhadap pengetahuan yang dapat diterapkan siswa pada situasi  belajar, Berusaha memecahkan masalah secara interaktif sebagai panduan  belajar siswa,  Hadirkan masalah yang menantang, Mendorong, mengeksplorasi, menerima solusi dan strategi alternatif serta mendorong siswa menjelaskan dan memberi alasan atas pendapatnya.
Interaksi sosial dalam pembelajaran matematika hendaknya tidak hanya terbatas pada kegiatan interaktif di dalam kelas saja, tetapi juga mencakup interaksi siswa dengan konteks social budaya yang dekat dengan kehidupannya sehari-hari. Pembelajaran matematika di kelas hendaknya menyajikan permasalahan dalam konteksnya karena aktivitas yang berkaitan dengan permasalahan tersebut menjadi bermakna secara sosial bagi siswa. Bahkan dalam pendekatan pendidikan matematich realistik, permasalahan kontekstual ini digunakan sebagai titik awal dalam pembelajaran matematika.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H