Mohon tunggu...
zahra laelatussaadah
zahra laelatussaadah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa di universitas pendidikan indonesia prodi bimbingan dan konseling

kalau lagi stress sukanya jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Dampak Perceraian terhadap Kesehatan Mental Emosional Anak Usia Dini

3 November 2023   08:40 Diperbarui: 3 November 2023   11:41 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak-anak usia empat hingga enam tahun seharusnya memiliki pengalaman yang menyenangkan dari orang tua, seperti mendapatkan kasih sayang dan perlindungan, agar mereka dapat membentuk kondisi emosi yang stabil (Kusumawati, 2020). Menurut Unit Statistik Badan Peradilan Umum Indonesia (2018), jumlah kasus perceraian di Indonesia pada tahun 2020 mencapai 520.435 kasus dan meningkat 50% setiap tahunnya (Syifa Mauliddina, Amanda Puspitawati, Sartika Aliffia, Diah Devara Kusumawardani, 2021).

[Probolinggo Jawa Timur, 2022] -- Sebuah penelitian baru-baru ini menyoroti dampak perceraian orang tua yang menimbulkan terjadinya gangguan kesehatan mental emosional anak usia dini, sehingga meningkatkan kekhawatiran mengenai kesejahteraan jangka panjang anak yang mengalami perceraian orang tua atau ketidakstabilan keluarga.

Studi yang dilakukan oleh [Yessy Nur Endah Sary] ini melibatkan wawancara mendalam dan survei terhadap anak usia dini di panti asuhan dengan melibatkan 16 ank laki --laki dan perempuan. Temuan ini menggaris bawahi dampak signifikan dari struktur keluarga yang terganggu terhadap kesehatan psikologis dan emosional individu muda.

Temuan Utama:

Skizofrenia adalah istilah untuk sekelompok psikosis dengan berbagai gangguan kepribadian  di  sertai  adanya  perubahan  yang  khas  dari  cara  berpikir,  perasaan  dan hubungannya     dengan    lingkungan   (farmakologi     dan     toksikologi)( Ike Asana Putri, Amnan,B Fitria Maharan, 2022).  Anak-anak yang tidak memiliki ayah dan ibu yang tidak tinggal bersama dalam satu rumah akan merasa kecewa, sedih, dan tidak aman, yang akan membuat mereka cemas, tidak percaya diri, dan kawatir ketika harus bertemu atau berinteraksi dengan ayah atau ibu mereka. Anak usia dini yang orang tuanya bercerai dan anak tersebut ditelantarkan membuat anak-anak  merasakan kekecewaan dan membuat kesedihan berlarut.

  • Anak usia dini mengalami stress, depresi dan trauma

Studi ini menenemukan bahwa anak usia dini  dari rumah tangga yang bercerai atau mengalami gangguan sering kali mengalami tingkat stress, depresi dan trauma yang lebih tinggi.   Anak yang berusia 4 sampai 6 tahun mereka belum mengerti tentang kehidupan dan apa yang menyebabkan kedua orang tuanya harus berpisah, namun meskipun mereka tidak mengerti tetapi mereka memiliki perasaan sedih ketika mereka tidak bisa bersama kedua orangtua mereka. Meskipun orang tua mereka masi ada dan panti asuhan dapat memfasilitasi kebutuhan fisik mereka, tetapi tetap saja mereka tidak memenuhi psikologis anak.

Anak usia dini susah menerima kenyataan, mereka tidak siap dengan apa yang terjadi di keluarganya. Anak usia dini yang orang tua nya bercerai memiliki trauma dan sering kali membuat stress dan mmebut mereka merasa ketakutan dikarenakan trauma masa lalu. Banyak orang tua yang sebelum bercerai mereka berantem dan melakukan kekersan rumah tangga didepan anak. Trauma masa kecil akan berbekas hingga mereka tumbuh menjadi dewasa. Anak yang memiliki trauma membuat anak itu menarik diri dia sendiri dari pergualan Karena mereka takut mengalami kekerasan yang sama seperti ibu dan ayah mereka, dan mereka merasa malu.

  • Anak usia dini mengalami keluhan pada pencernaan

Makanan yang tidak dapat dimakan oleh anak usia dini sebenarnya adalah makanan yang sehat,  karena masalah mental dan emosional, anak usia dini tidak menyukainya, bahkan beberapa tidak memakannya, menyebabkan mereka muntah atau mual.

  • Tantangan Akademis

Anak usia dini yang tinggal di rumah tangga yang berantakan mungkin mengalami kesulitan secara akademis. Dampak emosional dari perpecahan keluarga dapat mengganggu kemampuan mereka untuk berkonsentrasi dan berprestasi di sekolah. Anak akan kehilangan motivasi belajar karena mereka tidak mendapatkan dukungan penuh dari orang tua mereka. Anak-anak dengan gangguan belajar seringkali membutuhkan bantuan dan instruksi ekstra yang khusus untuk mereka

  • Masalah Perilaku

Penelitian ini juga menyoroti peningkatan kemungkinan masalah perilaku ketika mereka menjadi remaja di lingkungan keluarga yang tidak stabil. Ini termasuk penyalahgunaan kenakalan, dan pembangkangan. Banyak remaja yang berasal dari orang tua broken home menjadi nakal dan membangkang, misalnya meminum minuman beralkohol, merokok, mengikuti geng motor, dan tidak sedikit remaja yang bunuh diri dan menyakiti diri mereka sendiri.

  • Berkurangnya Harga Diri

Penelitian ini mengungkapkan bahwa banyak anak usia dini yang berada dalam rumah tangga berantakan (broken home) menderita rendahnya harga diri. Mereka  memungkin menyalahkan diri sendiri atas perpisahan orang tua mereka, sehingga menimbulkan perasaan bersalah dan tidak mampu.

  • Kesulitan dalam Hubungan

Anak usia dini yang tumbuh dalam rumah tangga yang berantakan sering kali menghadapi tantangan dalam membentuk dan memelihara hubungan yang sehat di kemudian hari. Studi tersebut menunjukkan bahwa pola konflik dan ketidakstabilan yang mereka alami dapat memengaruhi kemampuan mereka untuk membangun kepercayaan dan keintiman dalam hubungan.

perlunya layanan dukungan dan konseling bagi anak usia dini yang berada dalam kondisi keluarga yang berantakan.  Layanan konseling dapat membantu mengurangi dampak negatif terhadap kesehatan mental mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang orang tuanya bercerai mengalami gangguan emosional dan mental saat tinggal bersama orang tua mereka.

Studi ini berfungsi sebagai peringatan bagi para orang tua, pendidik, dan pembuat kebijakan untuk memberikan perhatian lebih terhadap kesejahteraan anak yang berada dalam keluarga yang berantakan dan untuk menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk mendukung kesehatan mental mereka. Laporan ini menyoroti pentingnya langkah-langkah proaktif untuk membantu mengurangi dampak buruk gangguan keluarga terhadap kesehatan mental anak usia dini.

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Syamsu Yusuf LN., M.pd (0881) & Nadia Aulia Nadhirah, M.pd. (2991)

DAFTAR PUSTAKA

Kusumawati, M. D. (2020). Dampak perceraian orang tua terhadap kondisi emosi anak usia 6- 12 tahun. Jurnal Edukasi Nonformal, 1(1), 61-69.

Syifa Mauliddina, Amanda Puspitawati, Sartika Aliffia, Diah Devara Kusumawardani, R. A. (2021). Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi tingginya angka perceraian pada masa pandemi covid-19: A sistematic review. Jurnal Kesehatan Tambusai, 2(3), 10-17.

Putri, I. A., amnan, & Maharani, B. F. (2022, Juni 1). SKIZOFRENIA: SUATU STUDI LITERATUR. Of Public Health and Medical Studies, 1.

Sary, Y. N. E. (2022). Kesehatan Mental Emosional Korban Perceraian pada Anak Usia Dini di Panti Asuhan. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(4), 3680-3700. 10.31004/obsesi.v6i4.2227

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun