Mohon tunggu...
Zahra Khairani Yudhanti
Zahra Khairani Yudhanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Psikologi Universitas Sebelas Maret

Your future psychologist

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ini Dampak Ketidakhadiran Ayah dalam Keseharian

24 Juni 2022   20:21 Diperbarui: 24 Juni 2022   20:24 1152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://pin.it/1mVKZiL

Pengertian

Fatherless atau juga dikenal dengan father absence, father loss, dan father hunger secara etimologi berasal dari Bahasa inggris father yang berarti ayah dan less yang berarti kurang. Secara harfiah berarti kekurangan sosok ayah. Fatherless adalah Ketika anak tidak memiliki ayah atau tidak memiliki hubungan dengan ayahnya, disebabkan perceraian atau permasalahan pernikahan orang tua (Smith, 2011 dalam Horn, www.cyep.org). Dapat disimpulkan bahwa fatherless merupakan ketiadaan peran ayah baik secara fisik maupun psikologis dalam kehidupan anak.

Penyebab

Penyebab fatherless sendiri yang utama adalah karena kematian, kemudian karena perceraian, dan permasalahan kesehatan. Rosenthal mengklasifikasikan 4 kategori penyebab seseorang mengalami fatherless, antara lain:

a. The disapproving father (ayah pengkritik). Terutama pada anak perempuan, konsep diri yang positif dipengaruhi oleh sikap penerimaan tanpa syarat dari ayahnya. Sejalan dengan teori Humanistik Carl Rogers, jika seseorang tidak mendapatkan penerimaan tanpa syarat, maka akan menimbulkan dampak yang luar biasa bagi psikologisnya, seperti  ketidakbahagiaan, kekecewaan, self-dislike, dan ketidakpuasan. 

b. The mentally father (ayah dengan penyakit mental). Dengan gangguan mental, perilaku seorang ayah cenderung tak menentu dan tidak bisa diandalkan. Ini bisa menimbulkan rasa khawatir, cemas, dan membuat anak menjaga jarak dengan ayah mereka.

c. The substance-abusing  (ayah dengan ketergantungan obat). Banyak permasalahan yang dapat terjadi pada anak yang tumbuh dengan ayah pengguna obat terlarang. Ayah bisa saja melakukan kekerasan pada ibunya yang membuat anak merasa cemas dan takut. Kondisi rumah yang kacau membuat mereka kesulitan memahami perilaku yang normal.

d. The abusive father (ayah yang melakukan kekerasan). Kekerasan yang dilakukan bisa berupa verbal, fisik, bahkan seksual. Kekerasan-kekerasan tersebut bisa menimbulkan trauma, kecemasan, takut, hingga phobia. Saat dewasa, anak yang tumbuh dengan kekerasan akan mengalami berbagai kesulitan dalam penyesuaian psikosisial seperti sulit membentuk hubungan interpersonal yang dekat, disfungsi seksual, gangguan makan, ketergantungan zat, dan perilaku merusak diri sendiri.

 

Peran ayah dalam perkembangan psikologis anak

Keterlibatan ayah dalam pengasuhan adalah suatu partisipasi aktif ayah secara terus menerus dalam pengasuhan anak dalam dimensi fisik, kognisi, dan afeksi pada semua area perkembangan anak yaitu fisik, emosi, sosial, intelektual, dan moral (Abdullah, 2010). Berikut beberapa pendapat ahli mengenai peran ayah yang dituliskan oleh Abdullah (2010):

a. Hart. (1) memenuhi kebutuhan finansial; (2) teman bagi anak; (3) memberi kasih saying dan merawat; (4) mendidik dan menjadi teladan; (5) memantau, mengawasi, dan menegakkan aturan disiplin; (6) pelindung; (7) pendamping, pembantu, dan pembela; (8) pendukung potensi anak. Singkatnya peran ayah disini sebagai pemberi jaminan, perlindungan, dan dukungan bagi anak dalam hal emosi, kognitif, dan spiritual.

b. McBride. (1) tanggung jawab atas tugas-tugas manajemen anak; (2) kehangatan dan afeksi bagi anak; (3) pekerjaan rumah yang dikerjakan Bersama anak; (4) aktivitas Bersama yang terpusat pada anak; (5) pengawasan.

c. Benetti & Roopnarine. mendesain alat ukur yang disebut Parental Involvement Index yang meliputi aspek (1) social engagement; (2) didactic engagement; (3) engagement in discipline; (4) parental availability; (5) engagement in affection; (6) parental responsibility.

Dampak terhadap Psikologis

Berikut dampak psikologis fatherless bagi psikologis anak menurut ahli:

a. Rendahnya harga diri (self-esteem) ketika ia dewasa, adanya perasaan marah (anger), rasa malu (shame) karena berbeda dengan anak-anak lain dan tidak dapat mengalami pengalaman kebersamaan dengan seorang ayah yang dirasakan anak-anak lainnya. Selain itu, anak akan merasa kesepian (loneliness), kecemburuan (envy), dan kedukaan (grief), kehilangan yang amat (Lerner, 2011).

b. Kehilangan (lost) yang amat sangat (Kruk, 2012)

c. Kehilangan keberanian mengambil resiko (risk-taking) (Williams, 2011)

d. Rendahnya kesejahteraan psikologis (psychological well-being) (Bronte-Tinkew, Horowitz, dan Scott, 2009).

Merangkum dari Ashari (2017) yang menuliskan beberapa dampak lain dari fatherless antara lain:

a. Anak laki-laki yang dekat dengan ayahnya memiliki sikap keintiman yang lebih baik

b. Anak yang tumbuh dengan ayah lebih mudah bergaul dan bertanggung jawab saat dewasa

c. Anak-anak yang hidup tanpa ayah memiliki control emosi dan seksual yang kurang baik, serta perasaan lebih lemah terhadap kebenaran dan kesalahan

d. Anak-anak yang hidup tanpa ayah mereka rata-rata lebih cenderung memilih teman sebaya yang menyimpang, berada di risiko lebih tinggi untuk masalah teman sebaya, dan lebih agresif. (Hetherington & Stanley-Hagan, 1997; Tanduk & Sylvester, 2002; Kelly, 2000; Pelukis & Levine, 2000).

e. Anak laki-laki yang tidak serumah dengan ayahnya rata-rata lebih kurang Bahagia, sedih, depresi, tidak mandiri/bergantung, dan hiperaktif. Untuk anak perempuan, ia terlalu bergantung (Mott et al., 1997) dan memiliki masalah internal seperti kecemasan dan depresi (Kandel, Rosenbaum, & Chen, 1994).

f. Anak-anak yang hidup tanpa ayah mereka rata-rata berada pada risiko yang lebih besar pada pelecehan fisik, disakiti oleh pengabaian fisik, atau menderita pengabaian emosional (Sedlak & Broadhurst, 1996).

Saran

Masih banyak anak-anak yang belum sepenuhnya menyadari bahwa ia mengalami kondisi fatherless hingga ia merasakan dampaknya. Kondisi ini membawa kerugian besar terhadap perkembangan emosi dan kepribadian anak dan bersifat seperti bola salju yang semakin membesar setiap kali dirasakan anak. Dengan ini diharapkan menyadarkan para ayah betapa penting perannya bagi psikologis anak dan kembali pada perannya. Keluarga besar juga memiliki peran penting dalam meminimalisir dampak fatherless yang dirasakan anak, seperti kehadiran kakak laki-laki atau paman. Bagi anak yang mengamali fatherless akibat perceraian, orang tua (ayah ibu yang bercerai) dapat tetap membangun silaturahmi dengan baik yang berpengaruh pada keberadaan jiwa anak. Hal ini dilakukan guna memenuhi peran gender yang diperlukan anak, melengkapi kebutuhan cinta dan kasih saying anak sehingga dampak fatherless dapat diminimalisir.

Daftar Pustaka

Asri, Y. Fatherless in Indonesia and its Impact on Children’s Psychological Development. Psikoislamika. 15, 35-40.

Sinca, D. (2022). Sikap Perempuan Fatherless dalam Memilih Calon Pasangan Hidup (Studi Kasus di Pino Raya Kabupaten Bengkulu Selatan). Universitas Islam Negeri Fatmawati Sukarno. Skripsi.

Sundari, A. R., Herdajani, F. H. (2013). Dampak Fatherless terhadap Perkembangan Psikologis Anak. Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013. 256-271

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun