Saat ini, memikirkan senyummu selalu bisa membuatku tersenyum malu-malu.
Membayangkan pertemuan tak terduga itu selalu bisa menghasilkan semburat merah di pipiku.
Membaca aksara 140 karakter di jejaring sosial itu seakan mampu membawa tubuhku mengawang ke langit biru.
Bahkan, hanya melafalkan namamu, ribuan kupu-kupu serasa menari di perutku.
Dear, kakak kelasku...
Kamu. Lelaki sederhana, jauh dari kata sempurna.
Mata kecilmu sekilas terlihat biasa saja.
Kulit legammu sama sekali tak indah dipandang mata.
Senyummu biasa saja, tak bisa disebut istimewa.
Tapi, mengapa tubuhmu menjadi objek yang menarik dipandang mata?
Mengapa hanya dengan membayangkan senyummu, tubuhku serasa ditarik paksa menuju negeri shangrila?