Apabila ternyata ada masalah atau penunggu dalam rumah itu, tuan rumah akan memanggil atau mendatangi Kiai. Zaman sekarang banyak disebut sebagai orang pintar.
Setelah janda tersebut selesai menempati rumah tersebut sesuai waktu yang ditentukan, biasanya seminggu (tujuh hari). Mereka akan diberi oleh-oleh sebagai tanda terima kasih oleh tuan rumah. Kemudian setelahnya, diadakan syukuran atau sedekah rumah, yang dilakukan dengan membaca yasin (yasinan).
Setelah hari ketujuh, pada malamnya dilaksanakan surah yasin yang biasanya dilakukan setelah salat isya. Contohnya, apabila hari ketujuh adalah hari kamis, maka dilakukan sedekah pada malam jumat. Jika ingin bersedekah pada pagi hari juga diperbolehkan, pada pukul 8 sampai 12.
Pada zaman dulu, tidak membaca surah yasin, tetapi kebanyakan menggunakan ratib saman. Tradisi pindah rumah dianggap sebagai sesuatu yang sakral, maka ritualnya hanya membaca surah yasin dan berdoa. Hari yang dianggap baik untuk pindah rumah dilihat dari apesan, wedal, larangan sasih, dan menghindari hari dan bulan yang dianggap kurang baik, yaitu hari Rabu, Minggu, dan Bulan Sapar hingga lebaran Mulud (bulan kedua hingga tanggal 14 bulan ketiga tahun Hijriah).
Makanan yang disajikan dalam tradisi pindah rumah berbeda-beda. Jika saat syukuran atau sedekah pindah rumah membaca surah yasin, makanan yang disajikan merupakan nasi dan lauk pauk. Sedangkan jika sedekahnya membaca ratib saman, makanannya berupa ragit. Ragit mirip dengan roti jala.
Di zaman modern sekarang ini, banyak orang yang menyewa catering untuk menyiapkan makanan saat akan melakukan sedekah. Hal ini dikarenakan kurangnya waktu dan SDM untuk membuat makanan yang akan disajikan ke tamu yang mungkin tidak sedikit.
Tradisi merupakan warisan turun temurun yang diteruskan ke setiap generasi. Hal ini harus dilestarikan agar tidak punah.