Nah, dengan mengetahui jenis konten yang banyak menyaring minat pengguna, saya berkesempatan untuk mengembangkan konten dalam komunitas yang dapat memengaruhi perspektif setiap user
Saat saya membuat konten berupa video, ada beberapa hal yang membuat konten terlihat kurang menarik untuk di simak, antara lain, kualitas video, kualitas audio atau suara, dan kualitas visual. Cara saya menyampaikan dalam video tersebut juga mempengaruhi kualitas konten dan mempengaruhi perhatian audiens.
Dengan menyampaikan informasi dengan cara yang lebih luwes dan enjoy, maka audiens juga akan tertarik menonton konten video yang saya buat. Durasi video juga mempengaruhi minat audiens untuk menontonnya. Jika durasinya terlalu lama, audiens akan cepat merasa lelah dan pada akhirnya tidak menonton videonya hingga selesai. Â
Terkadang, saya membuat konten dengan cara yang kaku, sehingga audiens yang menyimak pun merasa bosan dan berpikir bahwa konten saya "hanya beitu-begitu saja". Ya, tentu saja itu membuat saya memutar otak, bagaimana cara mendapatkan attention dari audiens?
Ternyata, saya harus mengenali target audiens saya terlebih dahulu, agar mendapat perhatian dari banyak audiens, sesuai dengan apa yang saya targetkan. Apabila target audiens saya ialah usia remaja hingga dewasa awal, maka saya harus mengikuti apa yang sedang mereka gemari saat usia itu.
Yang kedua iala membuat strategi perencanaan yang tepat. Hal ini bermaksud, membuat konten juga harus memiliki strategi dan perencanaan agar dapat mendapatkan target audiensnya. Seperti, menemukan platform yang tepat, serta hashtag yang perlu digunakan dalam konten tersebut
Selanjutnya, konten yang saya buat harus memiliiki karakter yang kuat. Bukan hanya pemeran film saja yang harus memiliki karakter yang kuat, konten yang dibuat juga harus berkarakter kuat. Untuk memberikan dan mendefinisikan karakter konten, kita bisa menambahkan kata-kata yang bersifat, informatif, edukatif, lucu, menghibur, inspiratif, menyentuh hati, dan lain sebagainya.
Lalu, memastikan bahwa konten yang kita buat adalah konten orisinil. Tidak harus menjadi "pencetus konten baru" namun apabila membuat konten karena terinspirasi dari seseorang, dengan menambahkan kata "inspired by" atau "remake" dalam konten tersebut. hal itu menunjukkan bahwa, kita menghargai milik orang lain. Karena segala Sesutu pasti memiliki hak cipta.
Memastikan bahwa konten dapat memberi nilai tambah kepada audiens. Artinya, konten tidak hanya asal konten, namun juga memberikan manfaat yang dapat diambil oleh audiens. Dengan memberi nilai tambah secara konsisten, maka konten tersebut akan mendapat perhatian lebih dari audiens.
Menggunakan media digital yang tepat untuk membagikan konten. Cara yang tepat untuk mengetahui media digital yang cocok digunakan untuk menjangkau target audiens, adalah dengan melakukan riset pasar. Karena melalui riset ini, kita bisa menghasilkan data tentang media digital apa yang paling banyak digunakan oleh masyarakat setiap harinya.
Mendistribusikan konten melalui terlalu banyak media digital, apalagi media yang sedikit atau jarang diakses oleh target audiens membuat biaya pemasaran yang dikeluarkan menjadi tidak efektif.