Mohon tunggu...
Zahra Amelia
Zahra Amelia Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi UIN Sunan Gunung Djati - Jurusan Sastra Inggris

Saya sangat tertarik dengan isu-isu yang berkaitan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable Development Goals (SDGs).

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Esensi Pendidikan Merdeka dalam Belajar

8 Juli 2023   15:48 Diperbarui: 8 Juli 2023   15:49 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.pexels.com/photo/girl-on-armchair-at-school-3205071/ gambar

Pendidikan merupakan sebuah proses belajar, yang tidak mesti terjadi di dalam kelas. Sepanjang hayat kita akan bertemu dengan orang baru, pengalaman baru, yang mana akan memberikan kesan dan juga pesan sebagai bentuk pembelajaran. Pendidikan juga dapat dimaknai sebagai proses bergerak karena pendidikan itu berarti berbuat sesuatu tidak hanya sekedar hafalan atau pun prestasi di ujian tetapi bagaimana kita dapat betul-betul melakukan sesatu dengan ilmu yang kita miliki, mempraktikannya di kehidupan nyata, bersama-sama dengan orang lain.  Tujuan pendidikan adalah berkontribusi, memberi manfaat sebanyak mungkin kepada dunia.

Pendidikan dimulai melalui rasa ingin tahu, keinginan untuk bertanya dan belajar, tetapi yang sebetulnya terjadi di banyak sekolah ataupun rumah adalah proses belajar tidak terjadi pada anak-anak tersebut. Banyak sekali orang-orang yang sekolah tetapi sebetulnya tidak mengalami proses belajar. Sebagai gambaran sederhana dari keberhasilan pendidikan adalah semakin meningkatnya keingin tahuan peserta didik melalui pertanyaan-pertanyaa, tetapi justru dibanyak kasus pengalaman belajar bukannya bertumbuh terus rasa ingin tahunya  tetapi malah mati terus rasa ingin tahunya, ada banyak juga cerita anak-anak yang trauma terhadap belajar. Tentu hal ini menjadi sesuatu yang sangat krusial untuk dibahas karna menilai bahwa proses belajar ini merupakan sebuah pondasi dari makna kehidupan manusia. Pendidikan sebagai sebuah proses antar manusia yang mana esensinya merupakan memanusiakan manusia.

Anak Indonesia itu harusnya mencapai cita-cita yang setinggi langit tapi jika untuk mengangkat tangan setinggi telinganya di kelas saja tidak berani, bakal jadi apa?, jadi orang-orang yang kemudian memiliki cita-cita terlalu sederhana, jadi manusia yang biasa mendengarkan dan tidak punya suara.

Proses pendidikan ini bukan saja jadi tanggung jawab guru di sekolah tapi juga jadi tanggung jawab orang tua di rumah, dan tanggung jawab semua orang dewasa di lingkungannya. Karena itu belajar menjadi kewajiban seumur hidup. Perubahan dalam pendidikan berjalan lambat bisa hingga hitungan 50-100 tahun. Barangkali bisa jadi jika kita melihat proses pembelajaran kita dikelas hari ini bisa jadi persis sama dengan pembelajaran yang dialami orang tua kita puluhan tahun lalu, sementara dunia berubah dan pendidikan masih mengajarkan ilmu-ilmu yang tidak terbarukan, sehingga pendidikan tidak jadi jembatan perubahan. Alhasil murid yang sukses di sekolah bukan berarti sukses di kehidupan.

Keterampilan yang esensial itu apa yang kita bilang dengan "kemerdekaan belajar". Orang-orang yang akan sukses di era sekarang adalah orang yang merdeka belajar.

Ki Hajar Dewantara yang lebih dikenal sebagai pendiri pendidikan nasional di Indonesia adalah seorang pendidik dan pemikir yang memiliki pandangan filosofis yang kuat tentang pendidikan. Salah satu konsep penting yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara adalah "Merdeka Belajar".

Filosofi Merdeka Belajar menekankan kebebasan individu untuk belajar dan mewujudkan potensi penuh mereka. Ki Hajar Dewantara berpendapat bahwa pendidikan tidak boleh dibatasi oleh batasan formal seperti ruang kelas, guru atau kurikulum yang kaku. Ia mengklaim bahwa setiap orang berhak untuk belajar dan menerima informasi secara bebas. Dalam konsep "Bebas Belajar", Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya belajar mandiri melalui pengembangan prakarsa, kreativitas dan rasa ingin tahu. Dia mengajarkan bahwa pendidikan seharusnya tidak hanya memenuhi kebutuhan intelektual, tetapi juga mempromosikan karakter yang baik, moralitas, dan sikap sosial yang bertanggung jawab.

Merdeka Belajar juga menekankan pentingnya lingkungan yang mendukung dalam pembelajaran. Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya menciptakan lingkungan yang mendorong partisipasi aktif, berbagi pengetahuan dan kerjasama antara siswa dan guru. Dalam pendekatan ini, guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing bukan hanya sebagai sumber pengetahuan. Secara umum filosofi Merdeka Belajar menekankan pentingnya kebebasan, kemandirian dan tanggung jawab dalam pendidikan. Ki Hajar Dewantara berkeyakinan bahwa setiap individu memiliki kesempatan untuk belajar dan berkembang secara optimal dan peran pendidikan adalah menciptakan lingkungan yang mendukung dan memfasilitasi proses tersebut.

Ada 3 dimensi dalam merdeka belajar:

1. Komitmen

Orang-orang yang memiliki komitmen dengan tujuannya yakni mereka yang memiliki koneksi antara apa yang dipelajari dengan tujuan yang mereka harapkan. Kebanyakan dari kita belajar bukan untuk menjadi mastering atau untuk mendapatkan pembelajaran secara utuh tetapi lebih kearah nilai yang didapat, seberapa besar poin yang berhasil diraih saat ujian sekolah tiba.

2. Mandiri

Orang yang merdeka belajar selalu yakin bahwa dirinya memiliki kendali di dalam hidupnya sehingga tidak pernah menyalahkan orang lain. Menumbuhkan orang-orang yang mandiri menjadi sesuatu yang sulit, kenapa?, karena sedari kecil kita diajarkan jika jatuh maka yang disalahkan adalah benda-benda disekitar kita entah itu kursi, meja atau apapun. Dari kecil kita diajarkan untuk tidak bertanggung jawab pada perilaku kita sendiri, sehingga mudah sekali dalam proses belajar dari bangku sekolah hingga di tempat kerja kita kemudian merasa tidak memiliki kendali terhadap prosesnya, sehingga jika terjadi seseuatu yang tidak diinginkan kita cenderung menyalahkan sesuatu yang eksternal di luar kita.

3. Refleksi

Orang yang merdeka belajar selalu orang yang reflective, bisa bercermin melihat apa kelebihan, kekurangan, dan tantangan diri sendiri. Untuk bercermin kita perlu berani sehingga memandang kritik itu dia akan menilai sebagai bantuan, dukungan karena untuk mendapat cerminan yang utuh kita buttuh kolaborasi dengan orang lain.

Ada sebuah filosofi dari Najelaa Shihab, seorang penggiat pendidikan, bahwa kita semua murid dan kita semua guru, yang harus terus banyak belajar dan menyebar luaskan ilmu itu kepada yang lain. Ada 83 juta anak-anak Indonesia yang sekarang masih berjuang dengan proses belajar yang merdeka. Kita semua bisa mabil peran dan harus ambil peran karena Indonesia 30 tahun kedepan proses perkembangannya sudah terjadi dari sekarang, setiap hari, mulai dari di ruang kelas hingga ruang keluarga.

Referensi

Iskandar. (2022). Statistik Pendidikan. Media Akademi, February

SopiansyahD., MasrurohS., ZaqiahQ., & ErihadianaM. (2021). Konsep dan Implementasi Kurikulum MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka). Reslaj : Religion Education Social Laa Roiba Journal, 4(1), 34-41. https://doi.org/10.47467/reslaj.v4i1.458.

Syafi'i, F. F. (2021). Merdeka belajar: sekolah penggerak. PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN DASAR "Merdeka Belajar Dalam Menyambut Era Masyarakat 5.0," November, 46--47.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun