Mohon tunggu...
Zahra Aliatu N
Zahra Aliatu N Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswi STIBA Ar Raayah Sukabumi, jususan Pendidikan Bahasa Arab.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perempuan-perempuan Tonggak Peradaban Islam

13 Maret 2021   15:08 Diperbarui: 17 Maret 2021   14:15 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Khodijah RA merupakan seorang bangsawan Quraisy yang memiliki finansial yang sangat baik. Bahkan penah dikatakan bahwa dua pertiga kekayaan kota Mekkah adalah miliknya. Ia adalah pedagang sukses yang perdagangannya tersebut sampai ke negeri Syam, dan dengan melalui perdagangan ini pula ia dapat bertemu dengan Rasulullah SAW yang kelak menjadi suaminya. Dan setelah pernikahannya dengan Rasulullah SAW, ia menyerahkan kepemimpinan dan urusan perdagangannya kepada beliau.

Khodijah RA adalah perempuan yang penyabar, tangguh, dan tegas dalam mengambil keputusan. Karakter yang dimilikinya ini bukanlah terbentuk dengan sendirinya, akan tetapi Allah lah yang membuatnya berkarakter tersebut dengan mentakdirkannya untuk mengelola urusan-urusan perdagangannya secara mandiri. 

Dengan berbekal pengalaman-pengalaman ini lah, ia mampu mengorbankan seluruh hartanya untuk memperjuangkan Islam Bersama Rasulullah SAW hingga wafatnya. Bahkan ia pernah berkata sebelum wafatnya: "Wahai Rasulullah seandainya nanti aku mati sedangkan perjuanganmu ini belum selesai, sekiranya engkau hendak menyeberangi sebuah lautan, sekiranya engkau hendak menyeberangi sungai, namun engkau tidak memperoleh rakit atau jembatan, maka galilah lubang kuburku jadikanlah sebagai jembatan untuk kau menyeberangi sungai itu supaya engkau bisa melanjutkan dakwahmu,".

Begitulah peran Khodijah RA dalam menegakkan diin Al Islam dan ia menjadi salah satu tonggak peradaban ini. Rasulullah SAW tak pernah melupakan jasanya, bahkan ketika hari pembebasan Mekkah (Futuh Makkah) beliau memerintahkan untuk menancapkan panji Islam di Hujun (tempat dimakamkannya Khodijah) dan menjadi pusat komando dan pengawasan pasukan Islam.

Selain berkat pertolongan Allah kemudian Khodijah, masih ada juga peran-peran 12 istrinya yang lain yang tak kalah hebatnya dalam menolong perjuangan Rasulullah Shalla Allahu 'Alaihi wa Sallam dalam menegakkan diin Islam. Dan ini merupakan salah satu faktor yang menjadikan beliau pemimpin terhebat sepanjang masa dan orang pertama yang paling berpengaruh di dunia sampai saat ini meskipun beliau telah wafat 14 abad yang lalu. Sebagaimana disebutkan oleh seorang sejarawan dan ilmuwan astrofisika asal Amerika yang bernama Michael H. Hart dalam bukunya yang berjudul The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History atau yang jika diterjemahkan menjadi 100 Orang yang Paling Berpengaruh Dalam Sejarah Dunia.

Setelah kita membahas peran seorang istri kepada suaminya dalam menegakkan diin Islam, mari kita beranjak pada peran seorang ibu kepada anak-anaknya dalam mendidik mereka untuk berjuang di jalan Allah dan menegakkan diin Islam.

Perempuan selanjutnya yang akan kita bahas adalah shahabiyyah Rasulullah SAW, Tamadhar bintu Amru RA atau yang lebih dikenal dengan Al khansa bintu Amru. Ia memeluk Islam di masa Rasulullah SAW. Ia terkenal dengan sya'ir-sya'irnya, dan bahkan Rasulullah SAW menyebutnya orang yang paling ahli dalam bersya'ir.

Al Khansa semasa hidupnya sering menyertai banyak peperangan bersama kaum muslimin dan menyertai pasukan mereka yang meraih peperangan. Diantara perannya yang paling terkenal adalah saat ia menyertai keempat anaknya dalam perang Qadisiyyah di masa kekhalifahan Umar bin Khattab RA, yang kelak keempat anaknya tersebut akan menjadi syuhada pada perang ini. Meskipun pada perang ini keempat anaknya syahid, tetapi berkat jasa mereka pula kaum muslimin meraih kemenangan.

Dikisahkan bahwa sebelum berangkat berperang, keempat anaknya berdebat siapakah di antara mereka yang akan menjaga ibu mereka di rumah, hal ini dikarenakan keinginan kuat masing-masing mereka untuk ikut berperang menghadapi Persia dalam perang yang dikenal dengan nama Qadisiyyah.  

Ketika Al Khansa mendengar apa yang mereka perdebatkan, ia justru mendukung keempat anaknya tersebut pergi ke medan perang untuk menegakkan agama Allah dan menyertai mereka pada perang tersebut. Bahkan, ketika mereka berada di medan peperangan saat malam hari, ketika para pasukan sedang bersiap untuk berperang di keesokan hari, Al Khansa mengumpulkan keempat anaknya untuk memberikan pengarahan kepada mereka dan mengobarkan semangat kepada mereka untuk berperang dan tidak lari dari peperangan serta mengharapkan syahid di jalan Allah. 

Keesokan harinya, ketika sampai kepadanya kabar bahwa keempat anaknya syahid di medan perang, ia melepas mereka dengan penuh keikhlasan dan kebahagiaan karena keberhasilannya dalam menghantarkan keempat anaknya menuju surga dan keberhasilannya dalam menegakkan agama Allah. Begitulah salah satu peran Al khansa dalam menolong tegaknya agama Allah. Ia menjadi salah satu tonggak berdirinya peradaban Islam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun