Mohon tunggu...
Zahra nurashifa
Zahra nurashifa Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

mahasiswa S1 pendidikan PIPS, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konsep Kematangan dan Teori Belajar Behavioristik dan Humanistik

7 November 2024   20:10 Diperbarui: 7 November 2024   21:56 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teori Behavioristik

Teori Behavioristik mempelajari perilaku manusia dengan menekankan perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi antara stimulus dan respons. Teori ini berfokus pada peran belajar dalam menjelaskan tingkah laku, di mana individu terlibat dalam perilaku tertentu karena telah mempelajarinya melalui pengalaman yang mengaitkan perilaku dengan hadiah atau hukuman. Lingkungan berperan penting dalam proses pembelajaran, dan perubahan perilaku dapat diamati, diukur, dan dinilai secara konkret.

Ivan Pavlov melakukan eksperimen pada anjing dengan menempatkan saluran di pipinya untuk mengukur air liur yang dikeluarkan. Dalam eksperimen ini, anjing dipisahkan dari gangguan luar dan pada awalnya tidak merespons ketika lampu dinyalakan. Namun, setelah beberapa detik, bubuk daging diberikan, yang memicu anjing mengeluarkan air liur. Setelah prosedur ini diulang beberapa kali, anjing mulai mengeluarkan air liur hanya dengan menyalakan lampu, meskipun tanpa diberikan makanan.

 

Pavlov menyimpulkan bahwa respons ini adalah hasil dari classical conditioning, di mana lampu (stimulus yang dipelajari) menghasilkan respons yang sama seperti makanan (stimulus alami) karena pengulangan yang dikondisikan. Ini menunjukkan pentingnya pengendalian stimulus untuk memicu respons yang diinginkan. Dalam pendidikan, teori ini dapat diterapkan ketika guru memberikan pujian atau bersikap ramah, sehingga siswa menjadi lebih termotivasi, perhatian, dan antusias dalam belajar.

John Broadus Watson mengembangkan metode behaviorisme yang berfokus pada observasi perilaku, baik menggunakan alat atau tanpa alat, melalui metode pengujian, laporan verbal, dan refleks terkondisi. Behaviorisme Watson mengkaji perilaku tubuh seperti gerakan otot dan sekresi kelenjar. Ia membedakan respons menjadi dua: eksplisit, yang dapat diamati, dan implisit, yang terjadi dalam tubuh. Stimulus juga terbagi menjadi sederhana dan kompleks, seperti cahaya pada pupil. Ia percaya bahwa perilaku dapat diubah melalui pengkondisian dan bahwa perilaku manusia lebih dipengaruhi oleh lingkungan daripada faktor keturunan. Watson mengesampingkan faktor mental yang tidak dapat diukur dalam belajar, fokus pada perilaku yang dapat diamati.

Clark Leonard Hull merupakan seorang behavioris yang sangat terpengaruhi oleh teori evolusi Charles Darwin. Menurut Hull, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap hidup. Oleh karena itu, kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologi penting dan menempati posisi sentral dalam keseluruhan kegiatan manusia, sehingga stimulus atau motivasi dalam belajar hampir selalu berkaitan dengan kebuthan biologis walaupun respon yang akan muncul bermacam-macam (Muhammad Soleh Hapudin, 2021).

Teori Belajar Psikologi Humanistik

Psikologi humanistik adalah pendekatan dalam psikologi yang menekankan pada pengalaman subjektif individu dan potensinya untuk berkembang. Psikologi humanistik didasarkan pada keyakinan bahwa setiap individu memiliki potensi untuk kebaikan dan pertumbuhan. Salah satu konsep utamanya adalah "aktualisasi diri," yang merujuk pada realisasi penuh dari potensi seseorang. Menurut  Maslow, kebutuhan manusia terdiri dari beberapa tingkatan, mulai dari kebutuhan fisiologis, rasa aman, cinta dan rasa memiliki, hingga kebutuhan akan penghargaan diri dan aktualisasi diri.

Di bidang pendidikan, prinsip-prinsip humanistik telah diaplikasikan dalam pendekatan pembelajaran yang berfokus pada siswa.pendekatan ini mendorong pembelajaran yang lebih terpersonalisasi, di mana siswa didorong untuk mengembangkan potensi mereka secara penuh. Pendekatan ini mendorong pembelajaran yang lebih terpersonalisasi, di mana siswa didorong untuk mengembangkan potensi mereka secara penuh.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun