Teori Behavioristik
Teori Behavioristik mempelajari perilaku manusia dengan menekankan perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi antara stimulus dan respons. Teori ini berfokus pada peran belajar dalam menjelaskan tingkah laku, di mana individu terlibat dalam perilaku tertentu karena telah mempelajarinya melalui pengalaman yang mengaitkan perilaku dengan hadiah atau hukuman. Lingkungan berperan penting dalam proses pembelajaran, dan perubahan perilaku dapat diamati, diukur, dan dinilai secara konkret.
Ivan Pavlov melakukan eksperimen pada anjing dengan menempatkan saluran di pipinya untuk mengukur air liur yang dikeluarkan. Dalam eksperimen ini, anjing dipisahkan dari gangguan luar dan pada awalnya tidak merespons ketika lampu dinyalakan. Namun, setelah beberapa detik, bubuk daging diberikan, yang memicu anjing mengeluarkan air liur. Setelah prosedur ini diulang beberapa kali, anjing mulai mengeluarkan air liur hanya dengan menyalakan lampu, meskipun tanpa diberikan makanan.
Â
Pavlov menyimpulkan bahwa respons ini adalah hasil dari classical conditioning, di mana lampu (stimulus yang dipelajari) menghasilkan respons yang sama seperti makanan (stimulus alami) karena pengulangan yang dikondisikan. Ini menunjukkan pentingnya pengendalian stimulus untuk memicu respons yang diinginkan. Dalam pendidikan, teori ini dapat diterapkan ketika guru memberikan pujian atau bersikap ramah, sehingga siswa menjadi lebih termotivasi, perhatian, dan antusias dalam belajar.
John Broadus Watson mengembangkan metode behaviorisme yang berfokus pada observasi perilaku, baik menggunakan alat atau tanpa alat, melalui metode pengujian, laporan verbal, dan refleks terkondisi. Behaviorisme Watson mengkaji perilaku tubuh seperti gerakan otot dan sekresi kelenjar. Ia membedakan respons menjadi dua: eksplisit, yang dapat diamati, dan implisit, yang terjadi dalam tubuh. Stimulus juga terbagi menjadi sederhana dan kompleks, seperti cahaya pada pupil. Ia percaya bahwa perilaku dapat diubah melalui pengkondisian dan bahwa perilaku manusia lebih dipengaruhi oleh lingkungan daripada faktor keturunan. Watson mengesampingkan faktor mental yang tidak dapat diukur dalam belajar, fokus pada perilaku yang dapat diamati.
Clark Leonard Hull merupakan seorang behavioris yang sangat terpengaruhi oleh teori evolusi Charles Darwin. Menurut Hull, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap hidup. Oleh karena itu, kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologi penting dan menempati posisi sentral dalam keseluruhan kegiatan manusia, sehingga stimulus atau motivasi dalam belajar hampir selalu berkaitan dengan kebuthan biologis walaupun respon yang akan muncul bermacam-macam (Muhammad Soleh Hapudin, 2021).
Teori Belajar Psikologi Humanistik
Psikologi humanistik adalah pendekatan dalam psikologi yang menekankan pada pengalaman subjektif individu dan potensinya untuk berkembang. Psikologi humanistik didasarkan pada keyakinan bahwa setiap individu memiliki potensi untuk kebaikan dan pertumbuhan. Salah satu konsep utamanya adalah "aktualisasi diri," yang merujuk pada realisasi penuh dari potensi seseorang. Menurut  Maslow, kebutuhan manusia terdiri dari beberapa tingkatan, mulai dari kebutuhan fisiologis, rasa aman, cinta dan rasa memiliki, hingga kebutuhan akan penghargaan diri dan aktualisasi diri.
Di bidang pendidikan, prinsip-prinsip humanistik telah diaplikasikan dalam pendekatan pembelajaran yang berfokus pada siswa.pendekatan ini mendorong pembelajaran yang lebih terpersonalisasi, di mana siswa didorong untuk mengembangkan potensi mereka secara penuh. Pendekatan ini mendorong pembelajaran yang lebih terpersonalisasi, di mana siswa didorong untuk mengembangkan potensi mereka secara penuh.
Â
 Teori Combs, yang dikembangkan oleh Arthur W. Combs, merupakan bagian dari pendekatan psikologi humanistik yang berfokus pada persepsi individu sebagai penentu utama dari perilaku dan pengalaman manusia. Combs berpendapat bahwa jika seseorang memiliki persepsi yang positif tentang dirinya sendiri dan orang lain, ia cenderung berperilaku dengan cara yang lebih sehat dan produktif. Sebaliknya, persepsi yang negatif dapat mengarah pada perilaku yang destruktif atau maladaptif. Dengan demikian, teori ini menekankan pentingnya menciptakan lingkungan yang mendukung persepsi positif untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan pribadi
Teori Maslow, yang dikembangkan oleh Abraham Maslow, merupakan salah satu teori psikologi humanistik yang paling dikenal dan berpengaruh. Teori ini berpusat pada konsep bahwa kebutuhan manusia terstruktur dalam bentuk piramida yang dikenal sebagai "Hirarki Kebutuhan". Maslow berpendapat bahwa manusia termotivasi oleh serangkaian kebutuhan yang harus dipenuhi secara berurutan, dimulai dari kebutuhanyang paling dasar hingga kebutuhan yang lebih tinggi. Hirarki ini terdiri dari lima tingkatan utama: kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki, kebutuhan akan penghargaan diri, dan kebutuhan akan aktualisasi diri.
Teori Carl Rogers, yang dikenal sebagai "Person-Centered Therapy" atau "Client-Centered Therapy," merupakan salah satu pendekatan utama dalam psikologi humanistik. Teori ini menekankan pentingnya memahami dan menghargai pengalaman subjektif individu sebagai kunci untuk membantu mereka mencapai pertumbuhan pribadi dan aktualisasi diri. Pendekatan ini berpusat pada tiga elemen utama: empati, penerimaan tanpa syarat (unconditional positive regard), dan keaslian (congruence).
Teori ini mendorong pendekatan yang berpusat pada siswa, di mana kebutuhan, minat, dan pengalaman siswa menjadi pusat dari proses pembelajaran. Guru yang mengadopsi pendekatan humanistik berusaha menciptakan lingkungan belajar yang mendukung pertumbuhan pribadi siswa, dengan memberikan mereka kebebasan untuk mengekspresikan diri, mengeksplorasi minat mereka, dan mengambil tanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri. Tujuan utama dari pendekatan ini adalah membantu siswa mencapai aktualisasi diri, yaitu mencapai potensi penuh mereka baik secara akademis maupun personal
Kematangan
Kematangan adalah konsep kompleks yang mencakup perkembangan individu secara fisik, emosional, sosial, dan intelektual hingga mencapai kedewasaan. Ini berkaitan dengan kemampuan untuk bertindak bertanggung jawab, memahami konsekuensi tindakan, dan menunjukkan perilaku sesuai norma masyarakat. Kematangan fisik terjadi melalui proses biologis yang mengarah pada pertumbuhan tubuh dewasa, sementara kematangan emosional melibatkan pengelolaan perasaan dan empati. Dalam konteks sosial, kematangan diukur dari kemampuan menjalin hubungan sehat dan memahami tanggung jawab dalam masyarakat. Secara keseluruhan, kematangan mencerminkan perkembangan pribadi yang memungkinkan individu hidup harmonis dan produktif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H