Mohon tunggu...
zahra
zahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan S1 Bimbingan dan Konseling di Universitas Sebelas Maret.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Konseling Keluarga: Mengatasi Dilema Peran dan Memperkuat Hubungan dalam Kehidupan Keluarga

4 Januari 2025   17:28 Diperbarui: 4 Januari 2025   17:30 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Keluarga adalah unit sosial yang sangat penting, tetapi di dunia yang serba cepat dan penuh tantangan ini, banyak keluarga menghadapi dilema peran yang dapat mengganggu keharmonisan rumah tangga. Tuntutan kehidupan modern mengharuskan setiap anggota keluarga untuk menjalankan berbagai peran yang sering kali tumpang tindih, yang pada gilirannya dapat menyebabkan kebingungan, ketegangan, dan konflik. Dalam konteks ini, konseling keluarga berperan penting untuk membantu keluarga mengatasi dilema peran dan memperkuat hubungan antar anggota keluarga. Artikel ini akan membahas bagaimana konseling keluarga dapat membantu mengatasi dilema peran dan meningkatkan hubungan keluarga di dunia yang semakin kompleks ini.

Dilema Peran dalam Keluarga Modern

Dalam masyarakat modern, peran dalam keluarga sering kali menjadi lebih kabur dan tumpang tindih. Banyak pasangan yang bekerja di luar rumah, anak-anak yang memiliki jadwal padat di sekolah atau kegiatan ekstrakurikuler, dan berbagai tuntutan sosial yang membuat setiap anggota keluarga merasa kesulitan untuk menjalani peran mereka secara efektif. Seperti yang dijelaskan oleh McGoldrick, Carter, dan Garcia-Preto (2016), dilema peran ini terjadi ketika harapan dan ekspektasi terhadap peran individu dalam keluarga tidak jelas, atau peran tersebut tidak seimbang. Misalnya, seorang ibu yang bekerja mungkin merasa terbebani dengan tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga yang juga harus bekerja di luar rumah, sementara ayah yang juga sibuk dengan pekerjaan merasa tidak memiliki cukup waktu untuk berperan dalam pengasuhan anak.

Peran anak yang harus berprestasi di sekolah, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan memenuhi harapan orang tua juga dapat memperburuk dilema ini. Ketidakjelasan dalam peran, serta harapan yang tidak realistis, bisa menyebabkan ketegangan dan perasaan frustrasi di antara anggota keluarga. Oleh karena itu, penting bagi setiap keluarga untuk mendiskusikan peran mereka secara terbuka dan mencari solusi yang adil untuk semua pihak.

Peran Konselor dalam Mengatasi Dilema Peran Keluarga

Konselor keluarga berperan sebagai mediator yang membantu keluarga untuk menyusun ulang peran-peran mereka dan menemukan keseimbangan yang lebih sehat. Berikut adalah beberapa peran penting konselor dalam membantu mengatasi dilema peran dalam keluarga:

1. Mengklarifikasi dan Menyusun Ulang Peran Keluarga.

Konselor keluarga dapat membantu setiap anggota keluarga untuk mengeksplorasi harapan mereka terhadap peran masing-masing dan memberikan panduan tentang bagaimana peran-peran tersebut dapat lebih seimbang dan realistis. Sebagaimana dijelaskan oleh McGoldrick, Carter, dan Garcia-Preto (2016), konselor keluarga bekerja dengan keluarga untuk mendefinisikan ulang peran, membuat mereka lebih selaras dengan nilai-nilai dan kebutuhan keluarga, serta lebih adil dalam pembagian tugas sehari-hari.

2. Mengajarkan Komunikasi yang Efektif

Ketidakseimbangan peran sering kali terjadi karena kurangnya komunikasi yang jelas antar anggota keluarga. Konselor keluarga akan mengajarkan teknik komunikasi yang efektif, seperti mendengarkan secara aktif dan berbicara tanpa menyalahkan, sehingga setiap anggota keluarga dapat lebih memahami perasaan dan kebutuhan satu sama lain. Seperti yang dijelaskan oleh Watzlawick, Beavin, dan Jackson (2017), komunikasi yang terbuka dan empatik adalah kunci untuk mengurangi kesalahpahaman dan konflik dalam keluarga.

3. Meningkatkan Penghargaan Antar Anggota Keluarga

Penting bagi setiap anggota keluarga untuk merasa dihargai atas kontribusinya, baik di dalam rumah maupun di luar rumah. Konselor membantu anggota keluarga untuk mengungkapkan rasa terima kasih mereka terhadap peran masing-masing. Peningkatan rasa saling menghargai ini dapat memperkuat ikatan emosional antar anggota keluarga dan membantu mengurangi ketegangan yang muncul dari peran yang tidak seimbang.

Teori yang Mendukung Konseling Keluarga dalam Mengatasi Dilema Peran

Pendekatan konseling keluarga sangat terkait dengan teori Sistem Keluarga yang menekankan bahwa keluarga berfungsi sebagai sebuah sistem yang saling berhubungan. Setiap perubahan dalam satu peran atau dinamika individu dalam keluarga dapat mempengaruhi anggota lainnya. Dengan pendekatan ini, konselor melihat masalah peran sebagai bagian dari interaksi yang lebih luas dalam sistem keluarga, bukan hanya masalah yang bersifat individu. Konselor membantu keluarga untuk menyadari pola-pola ini dan mencari solusi yang dapat mengubah dinamika secara positif.

Pendekatan lain yang relevan adalah teori Konstruktivisme Komunikasi yang diperkenalkan oleh Watzlawick dan koleganya (2017), yang menekankan bahwa komunikasi yang sehat dapat merubah cara keluarga saling berinteraksi dan memahami peran masing-masing. Dengan meningkatkan kualitas komunikasi, keluarga dapat lebih memahami kebutuhan dan harapan masing-masing, serta menemukan cara untuk menyelesaikan dilema peran yang muncul.

Tantangan dalam Konseling Keluarga

Meski konseling keluarga sangat bermanfaat, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya adalah resistensi dari anggota keluarga yang merasa enggan untuk mengubah kebiasaan atau pola perilaku mereka. Beberapa anggota keluarga mungkin merasa nyaman dengan peran yang ada, meskipun peran tersebut tidak seimbang atau tidak efektif. Untuk mengatasi hal ini, konselor perlu menciptakan ruang yang aman bagi anggota keluarga untuk berbicara terbuka dan membangun kepercayaan, sehingga mereka dapat bekerja sama untuk mencapai solusi yang lebih baik.

Selain itu, masalah yang lebih kompleks, seperti kekerasan dalam rumah tangga atau gangguan kesehatan mental, juga dapat mempengaruhi dinamika keluarga. Dalam kasus-kasus seperti ini, konselor harus bekerja sama dengan profesional lain seperti psikolog atau pekerja sosial untuk memberikan dukungan yang lebih komprehensif.

 

Kesimpulan

Konseling keluarga memainkan peran yang sangat penting dalam membantu keluarga mengatasi dilema peran dan memperkuat hubungan antar anggota keluarga. Dengan pendekatan berbasis teori sistem keluarga dan komunikasi konstruktivis, konselor dapat membantu keluarga untuk memahami dan merumuskan kembali peran-peran mereka agar lebih seimbang dan realistis. Melalui komunikasi yang lebih terbuka dan penghargaan terhadap peran satu sama lain, keluarga dapat membangun hubungan yang lebih kuat dan lebih sehat. Konseling keluarga bukan hanya solusi untuk mengatasi masalah, tetapi juga investasi jangka panjang untuk keharmonisan dan kesejahteraan keluarga.

Daftar Pustaka

Corey, G. (2016). Theory and practice of counseling and psychotherapy (10th ed.). Cengage Learning.

McGoldrick, M., Carter, B., & Garcia-Preto, N. (2016). The expanded family life cycle: Individual, family, and social perspectives (4th ed.). Pearson.

Watzlawick, P., Beavin, J. H., & Jackson, D. D. (2017). Pragmatics of human communication: A study of interactional patterns, pathologies, and paradoxes. W. W. Norton & Company.

Suyanto, D., & Mahmud, M. (2018). Peran konseling keluarga dalam mengatasi dilema peran dalam keluarga modern. Jurnal Bimbingan Konseling, 9(1), 45-52.

Rahayu, N. D., & Purnama, H. (2020). Mengelola konflik keluarga melalui konseling: Pendekatan sistemik dalam penguatan peran. Jurnal Konseling Indonesia, 12(2), 70-80.

Wijayanti, R. (2019). Peran konselor dalam memperbaiki dinamika peran keluarga. Jurnal Psikologi Keluarga, 5(3), 37-45.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun