Mohon tunggu...
Zahra Wardah
Zahra Wardah Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga yang hobi menulis

Selain menulis dan ngeblog (coretanzahrawardahblogspot.com), Zahra Wardah juga menekuni di dunia Layouter, Youtuber: Cerita Keren. Silakan singgah. Semoga harimu menyenangkan. Aamiin.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kurban untuk Mak

1 Juli 2023   13:27 Diperbarui: 1 Juli 2023   13:28 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Semua teman sekelasku datang ke sekolah bersama dengan kedua orang tua mereka. Sementara aku, pelan-pelan memapah Mak. Beberapa hari yang lalu Mak menjadi korban tabrak lari, hingga membuat kaki beliau tak normal kembali. Tongkat menjadi teman beliau. Pengumuman siswa teladan pun diumumkan oleh Pak Mahmud, kepada sekolahku. Ternyata di antara banyak nama anak yang bersekolah di sini, namaku yang disebut oleh Pak Mahmud.


Sungguh terharu dan tak kuduga. Aku anak kolot dan bodoh mampu menyandang siswa teladan di sekolah ini. Setelah aku maju ke depan, Pak Mahmud memberikan hadiah berupa uang tunai sebesar dua juta rupiah. MasyaAllah.
Tanganku bergetar melihat amplop putih yang diberikan Pak Mahmud barusan. Seketika bayangan Mak langsung muncul di kepalaku. Usai acara sekolah, aku menghampiri Mak yang sedang duduk di teras.


"Mak, uang hadiah ini buat kurban, Mak, ya. Ditambah dengan tabunganku. InsyaAllah bisa kebeli satu kambing," ucapku seraya menyuguhkan senyum termanis untuk perempuan yang telah rela berkurban antara hidup dan mati atas kelahiranku ke dunia ini.
Mata Mak berkaca-kaca. Mulutnya seakan ingin berkata, tetapi tak sanggup. Beliau segera memelukku.


"Mak bangga kepadamu, Gi. Tapi, uang itu untuk keperluanmu saja. Lagian kamu, kan, masu masuk SMP", balas Mak setelah mengurai pelukannya.


"Enggak, Mak. Aku sudah berniat dari dulu menabung buat berkurban Mak nanti."


Selepas melobi beberapa saat, Mak pun mengikuti saranku. Akhirnya bulan depan Mak bisa berkurban. Setidaknya sebagai anak, aku bisa memberikan sedikit baktiku kepada Mak.


Hari-hari Mak menjadi sangat berbeda dari biasanya setelah satu kambing datang ke rumah kami. Senyum beliau selalu merekah bagus sekali. Tampak jelas semangat hidupnya tumbuh subur. Termasuk semangat untuk latihan berjalan sendiri.


"Gi, Mak mau ke warung bentar, ya. Mau beli sabun colek."


"Biar Sugi saja, Mak. Mak di rumah," timpalku.


"Enggak usah. Kamu, kan, sudah capek tadi beberes rumah Pak Hardi. Mak, sudah sehat, kok. Tenang saja. Lagian enggak terlalu jauh. Sekalian Mak belajar jalan juga."


Memang selama kaki Mak sakit, akulah yang menggantikan Mak bekerja paruh waktu beberes di rumah tetangga untuk hidup kami. Aku sangat senang melakukannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun