Mohon tunggu...
Ahmad Zahid Salafi
Ahmad Zahid Salafi Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif hidayatullah Jakarta prodi Jurnalistik

Dibesarkan di lingkungan keluarga yang mayoritas berprofesi sebagai guru membuat sejak kecil sudah tertarik dengan buku, khususnya buku yang bertemakan geografi, teknologi dan sejarah. Sehingga hingga kini memiliki ketertarikan yang cukup besar terhadap isu-isu tersebut.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengupas Ruang Lingkup dan Cakupan Dakwah

14 Juni 2024   11:40 Diperbarui: 14 Juni 2024   12:15 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Syamsul Yakin & Ahmad Zahid Salafi

Dosen dan Mahasiswa Retorika UIN Syarif  Hidayatullah Jakarta

Dalam suatu pembahasan materi, terdapat yang namanya ruang lingkup atau cakupan. Hal tersebut dapat terdiri dari fokus, lokus dan lain sebagainya yang berasal dari materi yang dibahas. Cakupan dakwah dengan demikian adalah cakupan materi inti pembahasan dan sub-inti pembahasan yang meliputi, definisi, ragam bentuk dakwah, unsur-unsur dakwah dan media dakwah. Cakupan dakwah juga meliputi sasaran dakwah, faktor-faktor keberhasilan dakwah, dan relasi dakwah dengan ilmu-ilmu lainnya.

Secara bahasa dakwah adalah suatu kata dalam bahasa Arab yang berbentuk masdar. Dalam bahasa Indonesia kata dakwah memiliki arti memanggil atau menyeru. Maka dari itu kegiatan dakwah dapat dipahami sebagai kegiatan yang melibatkan banyak orang, mulai dari pendakwah (da'i) hingga yang didakwahi (mad'u). Sehingga secara implementatif, dakwah adalah kerja dan karya besar manusia.

Makna tertinggi dakwah secara ontologis adalah suatu bentuk komunikasi yang khas di mana seorang pendakwah (komunikator) menyampaikan pesan-pesan yang bersumber atau yang sesuai dengan al-Qur'an dan sunnah. Maksudnya adalah agar orang lain atau komunikan dapat berbuat amal shaleh sesuai dengan pesan-pesan yang disampaikan.

Dalil yang berisi tentang dakwah secara epistimologis dapat ditemukan di dalam al-Qur'an dan hadits. Sehingga dapat diartikan, asal dari pengetahuan atau informasi yang dapat dirujuk untuk melaksanakan dakwah dapat menggunakan metide bayani. Metode ini menjelaskan permasalahan dakwah dari ayat-ayat al-Qur'an yang diperjelas oleh ayat lain, atau ayat al-Qur'an yang diperjelas melalui hadits, atau hadits yang diperjelas oleh hadits lainnya.

Secara aksiologis, terdapat banyak manfaat dakwah. Kalau diperhatikan dari ayat dan hadits tentang dakwah manfaat dakwah terbagi tiga. Pertama, manfaat bagi da'i, berupa gugurnya kewajiban berdakwah dan mendapat kebaikan di dunia dan di akhirat.

Secara aksiologi, terdapat banyak manfaat dakwah. Jika diamati dari ayat dan hadits tentang dakwah terdapat banyak manfaat dakwah. Diantaranya adalah, gugurnya kewajiban untuk berdakwah dan mendapat kebaikan dunia dan akhirat bagi da'i.

Ruang lingkup dakwah juga  mencakup bentuk-bentuk dakwah.

Ada tiga bentuk dakwah. Perfama,  dakwah bil lisan. Artinya dengan lisan. Dakwah ini bersifat verbal. Isinya tentang tiga pokok ajaran Islam, yakni akidah, ibadah, dan akhlak. Kedua, dakwah bilhal. Dakwah ini menekankan pada aksi. Seperti bidang, sosial, pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lain-lain.

Ruang lingkup dakwah juga mencakup ragam bentuk dakwah. Diantaranya yaitu, Pertama, dakwah billisan. Yaitu dakwah yang menjadikan lisan sebagai media utama dari dakwahnya. Dakwah ini bersifat verbal dan pokok isinya adalah ajaran islam, akidah, ibadah dan akhlak. Kedua, dakwah bilhal. Dakwah ini menjadikan tindakan dan aksi sebagai media utama dari dakwahnya. Contohnya seperti di dalam bidang sosial, pendidikan, kesehatan dan lain-lain. 

Dibandingkan dengan dakwah billisa, dakwah bilhal dinilai memberikan dampak yang lebih terasa. Karena dapat dirasakan langsung oleh mad'u. Ketiga, dakwah bilqalam. Maksudnya adalah dakwah yang menjadikan tulisan atau menulis sebagai media utama dalam berdakwah. Sehingga dakwah ini juga sering dikenal sebagai dakwah literasi.

Cakupan dakwah juga menjangkau unsur-unsur dakwah. Ada enam unsur dakwah. Unsur-unsur ini saling berkaitan satu sama lain. Pertama, da'i. Da'i diharuskan pandai berbicara namun juga harus role model di hadapan mad'u. Da'i berbeda dengan motivator atau orator. Karena da'i dalam melakukan kegiatannya membawa misi suci agar manusia berbuat baik dan menjauhi dosa.

Kedua, mad'u atau objek dari dakwah. Mad'u dapat diartikan sebagai mitra dalam berdakwah seorang da'i karena, secara sosial mad'u berasal dari berbagai macam latar belakang dan kelas sosial. Ketiga, materi dakwah atau maddah. Materi dakwah secara umum dapat terdiri dari akidah, syariah dan akhlak. Ketiganya dapat digali dari al-Qur'an dan hadits, termasuk juga karya-karya para ulama klasik dan kontemporer.

Keempat, media dakwah. Media yang terus berkembng mengikuti zaman. Sehingga dalam berdakwah juga terdapat media tradisional, media lma dan media baru di dalam menjalaninya.

Kelima, metode dakwah. Metode dakwah adalah jalan yang dipilih dalam berdakwah agar dapat sampai kepada mad'u yang beragam. Setidaknya terdapat tiga metode dakwah. Mulai dari bilhikmah, ceramah dan diskusi. Keenam, efek atau pengaruh dari dakwah tersebut. Efek dakwah adalah hasil yang dicapai dari dakwah yang dilakukan melalui metode, teknik dan strategi tertentu.

Cakupan dakwah juga mencakup pendekatan, strategi, metode dan teknik dalam dakwah. Pendekatan dakwah adalah cara bagaimana memandang persoalan seperti, sosial, buadaya dan agama.

Dalam strategi dakwah terkait perencanaan dakwah yang dirancang, misalnya personal, rasional, spiritual. Sedangkan metode dakwah adalah pemilihan cara dakwah yang cocok dan tepat: an-Nahl 125: bilhikmah dan mauidzatul hasanah Paling akhir adalah teknik dakwah, yakni praktik menggunakan metode dakwah yang bermacam-macam.

Target atau sasaran dakwah adalah manusia. Nabi Adam sebagai manusia pertama adalah seorang muslim. Bahkan semua nabi seagama. Nabi bersabda, "Para nabi bagaikan saudara seayah, agama mereka satu yakni agama Islam, dan ibu-ibu (syariat-syariat) mereka berbeda-beda" (HR. Bukhari dan Muslim). Syariat mereka berbeda, namun agama para nabi sama.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dakwah meliputi banyak aspek. Seperti penggunaan teknologi dan keakuratan memilih pendekatan, strategi dan metode dakwah. Akan tetapi, dalam konteks praksis, yang tak kalah pentingnya adalah pengembangan bahasa retorika dakwah. Untuk itu, dalam mengembangkan retorika dakwah verbal, baik lisan dan tulisan,.minimal harus diperhatikan tiga hal, yakni menggunakan bahasa baku, berbasis data, dan berbasis riset.

Cakupan atau ruang lingkup dakwah juga mencakup relasi dakwah dengan ilmu-ilmu lain yang serumpun. Seperti sosiologi, antropologi, psikologi, politik, dan pastinya ilmu retorika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun