“Iya nih didengerin,” Senyum Ratih melihat tingkah laku Rama.
“Aku cinta kamu, Tih,” Kata Rama dengan suara pelan, mengubah senyum Ratih.
“Ha??” Tanya Ratih, kaget. Jantungnya berdegup kencang mendengar kalimat Rama.
“Bercanda, Tih,” Rama mengangkat alisnya, membuat Ratih sebal dan memukul pundak Rama.
“Kamu yaaa… Sumpah nyebelin,” Ratih memalingkan muka, melipat tangannya di dada.
Mendengar candaan Rama, Ratih merasakan keanehan di pikirannya. Seperti ada yang menghalangi, seperti tembok yang menutup sesuatu—entah apa. Hatinya seperti tertusuk jarum yang berlangsung sesaat. Rama bercerita tentang seorang wanita yang telah lama dekat denganya. Rama mencintai wanita itu sejak lama. Dia merahasiakannya pada setiap orang termasuk Ratih.
Seperti cerita kebanyakan orang. Soal cinta, manusia hanya terbagi menjadi dua kubu. Kubu yang mencintai diam-diam—menyimpan seorang di dalam hati dan kubu yang menunggu kepastian padahal belum tentu seorang itu yang akan mengisi hati dan pikiran mereka. Manusia memang lemah urusan cinta, ada yang menggenggam sangat kuat, membuatnya kehilangan rasa nyaman dan akhirnya pergi perlahan. Ada yang memilih untuk saling percaya sampai akhirnya salah satu dari mereka melanggar kepercayaan yang telah dibuat.
Ratih dan Rama adalah dua orang yang punya cerita serupa. Ratih pernah menjalin kasih selama lima tahun dengan orang yang salah. Rama merasakan tiga tahun lamanya menyendiri setelah terkahir seorang wanita menyelingkuhinya bahkan saat cincin pertunangan sudah menghiasi jari manis. Rama kehilangan kepercayaan atas cinta.
Satu jam Rama bercerita, Ratih merasakan hal yang aneh dari cerita Rama. Ratih merasa mengenali wanita yang diceritakan Rama. Sosok itu terasa begitu dekat dengan dirinya. Ratih mengenali sosok yang Rama maksud.
“Kamu ngomongin aku yaa??” Tanya Ratih, memotong pembicaraan. Rama berhenti bicara, bibirnya terkatup, Rama merunduk pelan. Bibir Ratih melengkung manis, raut mukanya berubah—terasa teduh dan meneduhkan, melihat sahabatnya mati kutu atas kejujuran dari perasaan yang telah lama dipendam.
“Hey… It’s okee,” Ratih memegang pundak Rama—menatap muka Rama yang merunduk.