“Kayanya nggak ada orang deh, makanya aku sms kamu.”
“Ah masa??” Ratih menuju pintu rumahnya. Lalu mendorong gagang pintu. Pintu terkunci—Rama benar, tak ada orang di rumah. Tak biasanya orang tua dan kedua adik Ratih pergi tanpa mengajaknya, apalagi saat hari Sabtu. Ratih meraba bagian bawah salah satu pot yang ada di teras rumahnya. Tempat biasa kunci rumahnya disembunyikan. Setelah pintu terbuka Ratih menyuruh Rama masuk.
“Duduk, Ma. Aku ke belakang dulu,”
“Siap bos!!” Senyum Rama.
Dirumah Ratih, Rama merasa berada di tempat paling nyaman. Suasana rumah Ratih yang bersahabat membuat dirinya merasa berada di rumah sendiri. Foto keluarga yang dipasang di ruang tamu itu terasa meneduhkan, senyuman dari satu keluarga yang bahagia. Tak pernah bosan Rama menatap foto itu, senyum-senyum sendiri membuat Ratih selalu bertanya saat Rama ketahuan.
“Kenapa lagi nih anak?? Senyum-senyum sendiri,” Ratih membawa satu air mineral dingin untuk Rama. Air dingin adalah minuman kesukaan Rama, dimana-mana saat Ratih dan Rama pergi makan, Rama selalu memesan air mineral dingin.
“Aha!!” Sontak Rama menanggapi.
“Aha-aha apa??” Senyum Ratih meletakkan air mineral dingin tepat di depan meja.
“Duduk sini, Tih. Aku mau cerita,” Rama menepuk sofa ruang tamu Ratih.
“Cerita apa nih?? Serius looh jangan bercanda lagi.”
“Iya ini serius, dengerin yaa.” Kata Rama antusias.