Mohon tunggu...
Zahid Paningrome
Zahid Paningrome Mohon Tunggu... -

Creative Writer zahidpaningrome.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

The Afternoon Coffee

29 Agustus 2016   09:27 Diperbarui: 29 Agustus 2016   09:35 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

------

Seminggu setelah kasus Rina ditutup, salah satu stasiun televisi mendapatkan rekaman CCTV pusat perbelanjaan, rekaman CCTV yang berbeda—tidak dimilikki oleh penyidik kepolisian. Rekaman ini ramai diperbincangkan, karena diduga Rina bunuh diri dengan meracuni kopinya sendiri. Mahasisiwi semester lima Ilmu Kimia ini, merogoh tasnya, mengambil cairan yang diduga Zat Sianida dalam tabung kecil saat duduk sendiri, lalu menuangkannya pada kopinya.

Spekulasi-pun mencuat. Rina bunuh diri karena sedih melihat ibunya jatuh miskin, menjadi gila karena hubungannya dengan Panji yang meregang, dan mengetahui bahwa Panji menjalin hubungan terlarang dengan Siska. Ditambah kenyataan bahwa Ayah Rina menceraikan ibunya dan menikah lagi dengan wanita berkebangsaan Inggris. Spekulasi itu menjadi kuat karena asuransi kematian Mirna sejumlah satu tirliyun rupiah telah diterima oleh Ibu Rina dua minggu setelah kasusnya ditutup.

------

Mengetahui kabar tersebut, seminggu kemudian kepolisan kembali membuka kasus Rina, membebaskan Siska dan Fina seminggu setelah kasus dibuka kembali. Menyatakan bahwa kasus Rina adalah kasus murni bunuh diri. Setelah itu, kasus benar-benar ditutup.

------

Sabtu malam, pukul tujuh. Tiga bulan sejak kematian Rina. Mercedez hitam milik Panji meluncur dari rumah Siska, menuju apartemen Panji di Jakarta Pusat. Ada janji yang belum ditepati Siska, bercinta dengan Panji. Di dalam mobil Senyum mereka merekah, saling tatap penuh nafsu, saling menggoda. Sampai basement apartemen, Panji dan Siska buru-buru menuju lift, masuk, menekan tombol 14—lantai empat belas. Siska menyambar bibir Panji—Panji membalasnya dengan ganas.

Bunyi lift menghentikan ciuman mereka, Panji dan Siska merapikan baju lalu keluar dengan santai, Panji menggandeng Siska menuju apartemennya. Membuka pintu dengan kunci khusus apartemen, kartu bertuliskan nomor kamar. Buru-buru Panji menutup pintu, melumat bibir Siska. Siska meloncat merangkulkan kakinya pada pinggang Panji. Panji membawa Siska ke kamarnya, lalu merebahkannya di kasur ber-sprai putih. Panji menciumi leher Siska, bersamaan dengan itu, Siska mulai melepas kacamata dan membuka kancing blus putihnya. Ciuman Panji menjalar sampai dada Siska, menggigit puting Siska setelah melepas Branya dengan gigi. Ciuman Panji semakin ganas, melewati dada Siska hingga pusar. Siska menahan Panji ketika Panji hendak membuka rok hitamnya.

“Kenapa?” Tanya Panji.

“Makasii,” Jawab Siska

“Untuk?” Kata Panji, membelai rambut Siska

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun