Namun, seorang pemimpin yang baik tidak menciptakan peperangan yang tidak perlu dan mencoba untuk mengurangi kerusakan sebanyak mungkin -- dia tidak hanya peduli pada orang-orang di sisinya tetapi bahkan pada musuh. Seorang pemimpin yang baik juga harus memiliki sifat berbelas kasih dan empati.Â
Libatkan orang-orang dalam proses pengambilan keputusan
Nabi Muhammad (SAW) menanggapi umatnya dan mendengar rekomendasi atau saran mereka dengan serius. Pertempuran Khandaq adalah salah satu contoh bagaimana Nabi (SAW) menanggapi saran para sahabatnya dengan serius. Itu adalah keputusan Salman Al Farisi untuk menggali parit sebagai strategi melawan musuh dan meskipun Nabi (SAW) bisa saja tidak setuju, dia memutuskan untuk mempercayai Salman (RA) dan keputusan itu terbukti membuahkan hasil. Dalam Al-Qur'an Tuhan berfirman:
"Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal. " (Surat Ali 'Imran:159)
Nabi (SAW) adalah pemimpin yang sukses karena dia terpercaya, sabar, baik hati, adil dan jujur. Sifat-sifat ini tidak hanya memungkinkan beliau untuk memimpin dengan lebih baik, tetapi juga membuatnya menjadi seorang manusia yang baik, yang merupakan harapan terbaik dari seorang pemimpin yang baik. Tidak ada manusia yang lebih mulia dan agung dari Nabi Muhammad (SAW), dalam dirinya kita akan selalu menemukan sifat kepemimpinan yang hebat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H