Mohon tunggu...
zahda zera04
zahda zera04 Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa Universitas Islam Negeri Kh Ahmad Siddiq Jember

Haiii..... kenalin aku Zahda Zera Elmadiana terserah kalian mau manggil namaku dari depan atau belakang. saat ini usiaku 20 tahun dan masih kuliahhhhhh yaaaaaaa.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Teori Belajar Sibernetik dan Penerapannya dalam Pembelajarannya

3 Juni 2024   17:46 Diperbarui: 3 Juni 2024   18:21 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 "Cybernetic" adalah sistem kontrol dan komunikasi yang memungkinkan umpan balik (feedback). Kata "cybernetic" berasal dari kata "pilot", yang berarti pengendali. Bidang ini berkembang menjadi bidang ilmu komunikasi yang mencakup pengendalian mesin komputer. Tahun 1958 adalah tahun Louis Couffignal pertama kali menggunakan istilah ini. Istilah "sibernetik" kemudian mengacu pada internet, kecerdasan buatan, dan jaringan komputer.

Nobert Wiener, seorang ilmuwan dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), adalah orang pertama yang menggunakan istilah "cybernetic" untuk menggambarkan kecerdasan buatan (artificial intellidence). Umpan balik memfasilitasi proses komunikasi.Dari semua teori belajar yang ada, teori belajar sibernetik adalah yang paling baru. Teori ini tumbuh seiring dengan kemajuan ilmu informasi. [1]

Teori ini mengacu pada teori kognitif yang memperhatikan proses dan menganggap belajar sebagai pengolahan informasi. Dalam teori sibernetik, proses adalah penting, tetapi sistem informasi yang diproses adalah yang paling penting karena informasi akan mengarah pada proses. Sani berpendapat bahwa teori sibernetik relatif baru dibandingkan dengan teori belajar seperti behavioristik, konstruktivistik, humanistik, dan kognitif. Teori ini berkembang seiring dengan kemajuan teknologi dan ilmu informasi.

Teori ini berfokus pada proses belajar daripada hasil belajar, seperti teori kognitif. Salah satu perbedaan antara teori ini dan teori belajar kognitif adalah bahwa sistem informai yang dipelajari memiliki pengaruh yang signifikan terhadap proses belajar.Peserta diklat mengolah data, melacak, dan menyusun strategi berdasarkan data ini, yang mengarah pada cara belajar sibernetik. Dalam teori ini, "Sistem Informasi" adalah komponen yang akan menentukan proses belajar. Teori ini menyatakan bahwa tidak ada satu cara belajar yang ideal untuk setiap keadaan.

Seorang peserta diklat mungkin menggunakan satu macam proses belajar untuk mempelajari informasi tertentu, tetapi peserta diklat lain mungkin menggunakan proses belajar yang berbeda untuk mempelajari informasi yang sama. Menurut Hamid, teori belajar sibernetik yang paling penting adalah "Sistem Informasi" yang menentukan apa yang akan dipelajari siswa, dan bagaimana proses belajar berlangsung sangat ditentukan oleh sistem informasi tersebut. Oleh karena itu, teori ini berasumsi bahwa tidak ada satu jenis cara belajar yang ideal untuk setiap situasi, karena sistem informasi sangat menentukan bagaimana proses belajar berlangsung. [2]

Dibandingkan dengan teori belajar yang lebih tua, seperti teori belajar behavioristik, konstruktivistik, humanistik, dan kognitif, teori sibernetik berkembang seiring dengan kemajuan teknologi dan ilmu informasi. Teori ini serupa dengan teori kognitif, karena mementingkan proses daripada hasil belajar. Salah satu perbedaan antara teori ini dan teori belajar kognitif adalah bahwa sistem informai yang dipelajari memiliki pengaruh yang signifikan terhadap proses belajar. Jika siswa mengolah data, melacak, dan menyusun strategi berdasarkan data tersebut, ini dikenal sebagai belajar sibernetik. Dalam teori ini, "Sistem Informasi" adalah komponen yang akan menentukan proses belajar.[3] 

Teori ini menyatakan bahwa tidak ada satu cara belajar yang benar-benar cocok untuk setiap situasi. Seorang siswa mungkin mempelajari informasi melalui satu macam proses belajar, tetapi siswa lain mungkin mempelajari informasi yang sama melalui proses belajar yang berbeda. Abdul Hamid menyatakan bahwa teori belajar sibernetik yang paling penting adalah "Sistem Informasi" yang menentukan apa yang akan dipelajari siswa dan bagaimana proses belajar berlangsung. Oleh karena itu, teori ini berasumsi bahwa tidak ada satu jenis cara belajar yang ideal untuk setiap situasi, karena sistem informasi sangat menentukan bagaimana proses belajar berlangsung.

Dibandingkan dengan teori belajar yang sudah dibahas sebelumnya, teori belajar sibernetik berkembang seiring dengan kemajuan dalam ilmu informasi dan teknologi. Teori ini mengklaim bahwa belajar adalah proses yang melibatkan proses kognitif dan kognitif.

 Dalam teori sibernetik, proses belajar sangat penting, tetapi sistem informasi yang akan dipelajari siswa lebih penting daripada prosesnya sendiri. Informasi ini akan menentukan langkah-langkah. Sistem informasi yang dipelajari sangat memengaruhi bagaimana proses belajar akan berlangsung.

Salah satu asumsi dari teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu proses belajar yang ideal untuk setiap situasi dan untuk setiap siswa. karena sistem informasi sangat memengaruhi cara belajar. Salah satu siswa mungkin menggunakan satu macam proses belajar untuk mempelajari informasi tertentu, dan siswa lain mungkin menggunakan metode belajar yang berbeda untuk mempelajari informasi yang sama. Berdasarkan teori belajar sibernetik, dasar manajemen pembelajaran adalah upaya guru untuk membantu siswa mencapai tujuan belajarnya dengan memanfaatkan komponen kognisi siswa, terutama komponen pikiran, untuk memproses stimulus dari luar.

Dalam belajar, proses pengolahan informasi mengutamakan bagaimana memori berfungsi. Modelnya menggambarkan memori manusia seperti komputer, yang mengambil atau mendapatkan data, mengelola dan mengubah bentuk dan isi data, dan kemudian menyimpan dan menampilkan kembali data saat dibutuhkan. [4]

 

  • Tujuan Belajar Menurut Aliran Belajar Sibernetik
  • Tujuan teori pembelajaran sibernetik berbeda dari pendekatan sibernetik yang digunakan dalam pembelajaran. Beberapa tujuan spesifik dari teori ini adalah:
  • Meningkatkan Keterlibatan Siswa
  • Salah satu tujuan utama pembelajaran sibernetik adalah untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses belajar. Pendidik dapat membuat lingkungan belajar yang dinamis dan interaktif dengan menggunakan prinsip-prinsipnya. Ini akan memungkinkan siswa untuk lebih terlibat dalam proses belajar mereka.
  • Meningkatkan Keterampilan Berpikir Sistemik
  • Pembelajaran sibernetik bertujuan untuk membantu siswa memperoleh keterampilan berpikir sistemik. Siswa diajarkan untuk memahami bagaimana berbagai komponen dalam suatu sistem berinteraksi satu sama lain dan bagaimana hubungan ini memengaruhi hasil keseluruhan.
  • Mendorong Pemecahan Masalah Kompleks
  • Mendorong kemampuan siswa untuk memecahkan masalah kompleks adalah salah satu tujuan pembelajaran sibernetik. Dengan menggunakan metode yang melibatkan pemikiran sistemik dan analisis yang menyeluruh, siswa dididik untuk menggunakan pendekatan yang terintegrasi untuk memecahkan masalah yang kompleks.
  • Mengembangkan Kemampuan Adaptasi
  • Selain itu, tujuan pembelajaran sibernetik adalah untuk membantu siswa memperoleh kemampuan adaptasi terhadap perubahan lingkungan mereka. Pembelajaran sibernetik mengajarkan siswa bagaimana menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah saat sistem pembelajaran mereka berubah.
  • Meningkatkan Kreativitas dan Inovasi
  • Meningkatkan kreativitas dan inovasi siswa adalah tujuan tambahan dari pembelajaran sibernetik. Dengan mempelajari prinsip-prinsipnya, siswa dapat menemukan cara baru untuk menyelesaikan masalah dan membuat solusi inovatif. [5]
  •  
  • Dengan memahami tujuan pembelajaran sibernetik, guru dapat merancang strategi pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan sibernetik dan memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa. Ini karena elemen lain dalam pembelajaran harus bertolak dari tujuan belajar yang akan dicapai dalam proses belajar. Tujuan belajar yang dinyatakan secara spesifik dapat mengarahkan proses belajar dan mengukur tingkat ketercapaian tujuan belajar.
  •  
  • Kelebihan dan Kekurangan Tori Belajar Sibernetik

Kelebihan Teori Belajar Sibernetik

  • Pendekatan Sistemik: Salah satu kelebihan utama dari teori belajar sibernetik adalah pendekatannya yang sistemik. Teori ini memungkinkan pemahaman yang holistik tentang proses pembelajaran, mengakui interaksi yang kompleks antara individu, lingkungan, dan proses pembelajaran itu sendiri.
  • Fleksibilitas dalam Pembelajaran: Teori belajar sibernetik mendorong fleksibilitas dalam pembelajaran dengan menekankan adaptasi terhadap perubahan lingkungan. Ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan beradaptasi yang kuat, yang merupakan keterampilan yang sangat berharga dalam menghadapi tantangan nyata di dunia.
  • Peningkatan Kreativitas: Dengan memberikan ruang untuk eksplorasi dan inovasi, teori belajar sibernetik dapat meningkatkan kreativitas siswa. Ini karena siswa didorong untuk menemukan solusi baru dan berpikir di luar batas-batas konvensional.
  • Pembelajaran Mandiri: Pendekatan sibernetik mendorong pembelajaran mandiri dan self-regulated learning, yang dapat membantu siswa mengembangkan kemandirian dan tanggung jawab dalam proses pembelajaran.[6] 

 

 Kekurangan Teori Belajar Sibernetik

 

  • Kompleksitas Implementasi: Implementasi teori belajar sibernetik dapat menjadi kompleks karena melibatkan berbagai aspek interaksi antara individu, lingkungan, dan proses pembelajaran. Hal ini bisa menjadi tantangan bagi guru dan siswa dalam menerapkannya secara efektif di dalam kelas.
  •  
  • Keterbatasan Konsep: Beberapa kritikus menyoroti keterbatasan konsep teori belajar sibernetik dalam mengatasi aspek-aspek emosional dan sosial dari pembelajaran. Teori ini cenderung fokus pada aspek-aspek kognitif dan struktural dari pembelajaran, dan mungkin kurang memperhatikan faktor-faktor psikologis yang juga penting dalam pengalaman belajar.
  •  
  • Kesulitan dalam Pengukuran: Mengukur efektivitas pembelajaran dalam konteks teori sibernetik bisa menjadi tantangan karena fokus pada aspek-aspek yang kompleks dan sulit diukur, seperti adaptasi terhadap perubahan lingkungan atau kreativitas dalam pemecahan masalah.[7] 

 

Meskipun memiliki kelebihan dan kekurangan, teori belajar sibernetik tetap menjadi konsep yang menarik dan relevan dalam konteks pendidikan modern. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang keduanya, pendidik dapat memanfaatkan kelebihan teori ini sambil memperhatikan tantangan yang mungkin muncul dalam penerapannya

 

  • Prinsip-Prinsip Belajar Menurut Aliran Sibernetik
  • Dalam bidang belajar dan pembelajaran, teori sibernetik berfokus pada cara yang efektif dan efisien untuk menggunakan teknologi informasi. Berikut adalah beberapa prinsip teori sibernetik yang berkaitan dengan belajar dan pembelajaran.:
  • Pengolahan Informasi:
  • Menurut teori sibernetik, siswa harus memiliki kemampuan untuk mengolah informasi agar mereka dapat memahami dan menerapkan apa yang mereka ketahui.
  • Sistem Informasi:
  • Teori sibernetik juga memperhatikan sistem informasi yang diproses, yang berarti siswa harus mampu mengintegrasikan informasi yang mereka pelajari dengan sistem pengetahuan mereka sendiri agar mereka dapat memperoleh pengetahuan yang lebih luas.
  • Penggunaan Teknologi:
  • Teori sibernetik memfokuskan pada penggunaan teknologi informasi dalam proses pembelajaran, seperti komputasi, laboratorium, dan aplikasi lainnya. Teknologi informasi dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran.
  • Pengembangan Kemampuan:
  • Teori sibernetik juga memperhatikan kreativitas guru dan kemampuan siswa untuk menerima informasi. Dengan demikian, siswa dapat belajar dengan lebih efisien dan efektif.
  • Penggunaan Cara Berpikir:
  • Teori sibernetik juga melihat penggunaan berbagai cara berpikir, seperti algoritmik, heuristik, wholist, dan serialis, untuk membantu siswa mendapatkan dan mengaplikasikan pengetahuan mereka.
  • Penggunaan Monitor dan Aplikasi:
  • Selain itu, teori sibernetik memperhatikan penggunaan monitor dan aplikasi seperti webcam, videocall, quipper, dan lainnya untuk membantu siswa memperoleh informasi dan membuat guru kreatif dalam pembelajaran.
  • Pengembangan Sistem Pembelajaran:

Selain itu, teori sibernetik berfokus pada pembuatan sistem pembelajaran yang efektif yang memanfaatkan teknologi informasi agar siswa dapat belajar dengan lebih baik.

  • Penggunaan IT:
  • Teori sibernetik juga memperhatikan penggunaan teknologi informasi dalam proses pembelajaran, seperti internet, komputer, dan aplikasi lainnya, untuk membantu siswa menerima dan mengaplikasikan informasi yang mereka pelajari.
  • Penggunaan Aplikasi Pembelajaran:
  • Teori sibernetik juga memperhatikan bagaimana aplikasi pembelajaran, seperti aplikasi pembelajaran online dan berbasis gamifikasi, dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menerima dan mengaplikasikan informasi.
  • Penggunaan Evaluasi:
  •  Teori sibernetik juga memperhatikan penggunaan evaluasi yang efektif dan efisien, seperti evaluasi formatif, evaluasi sumatif, dan lainnya, untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menerima informasi dan mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh.[8]

 

Dengan demikian, teori sibernetik dalam belajar dan pembelajaran sangat memperhatikan penggunaan teknologi informasi dan cara berpikir yang efektif dan efisien untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menerima informasi dan mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh.

 

Implikasi dari Teori Belajar Sibernetik: Berdasarkan diskusi tersebut, teori ini memperkuat teori belajar sibernetik secara teoritik dan praktis. Meskipun teori ini masih sangat baru dibandingkan dengan teori belajar sebelumnya, Namun, teori ini berkembang bersamaan dengan kemajuan dalam ilmu informasi dan teknologi. Jadi, ketika siswa mengolah data, mengawasinya, dan menyusun strategi berdasarkan data tersebut, ini berdampak pada cara belajar sibernetik mereka.

 

Dalam teori ini, "Sistem Informasi" adalah komponen yang akan menentukan proses belajar. Tidak ada satu pun metode belajar yang cocok untuk semua situasi, seperti yang dibahas dalam diskusi. Jika seorang siswa menggunakan satu macam proses belajar untuk mempelajari informasi tertentu, informasi yang sama mungkin juga dipelajari oleh siswa lain dengan cara yang berbeda. Hasil diskusi ini menunjukkan bahwa teori sibernetik mencakup berbagai cara berpikir, seperti algoritmik, heuristik, wholist, dan serialis. Dengan demikian, pendidik dan siswa dapat menggunakan cara berpikir ini dalam proses pembelajaran.[9]

 

  • Pembelajaran Menurut L Nev Landa
  • Landa adalah ahli psikologi sibernetik. Dua jenis proses berpikir, menurut Landa, adalah algoritmik: 1) Proses berpikir linier, konvergent, dan lurus menuju tujuan tertentu.

Contoh; kegiatan menelpon, menjalankan mesin mobil dan lain-lain. Cara berpikir heuristik, yaitu cara berpikir divergent menuju ke beberapa target sekaligus. Contoh: operasi pemilihan atribut geometri, penemuan cara-cara pemecahan masalah dan lain-lain. Sani  berpendapat sama, penganut aliran sibernetik Landa menggunakan model pendekatan berpikir algoritmik dan heuristic.

Proses berpikir algoritmik adalah proses berpikir yang sistematis, secara bertahap, konvergen, dan linier menuju satu sasaran/tujuan tertentu. Contoh anologi model algoritmik adalah kegiatan menjalankan mesin mobil, dimana dalam menjalankan mesin mobil kegiatan yang dilakukan dijalankan secara berurutan. Proses berpikir heuristik adalah cara berpikir divergen, menuju beberapa sasaran atau tujuan sekaligus. Contoh berpikir heuristikadalah memahami suatu konsep yang mengandung arti ganda atau multitafsir. Contoh penerapan pembelajaran yang melibatkan proses berpikir heuristik misalnya penemuan cara memecahkan masalah menggunaka metode problem solving.

Menurut Hamid, pemikiran Landa sebagai tokoh teori sibernetik tetap didasarkan pada gagasan bahwa sistem informasi dari subjek yang dipelajari merupakan proses belajar yang penting. Belajar adalah pengolahan informasi. Instruktur yang baik tahu tentang sistem berpikir siswa, tentang materi yang akan dibahas, dan bagaimana "mengklopkan" sistem informasi materi dengan sistem siswa. Dua jenis berpikir adalah algoritmik: berpikir linier, konvergen, dan lurus menuju satu target; dan heuristik: berpikir divergent, menuju beberapa target sekaligus.[10]

 

Proses belajar akan berhasil jika pengetahuan tentang materi pelajaran atau masalah yang akan diselesaikan (atau, dengan kata lain, sistem informasi yang akan dipelajari) tersedia. Jika sesuatu disajikan dalam urutan teratur, linier, dan sekunsi, itu lebih tepat; namun, jika diberikan dalam bentuk "terbuka", itu memungkinkan siswa untuk beriminasi dan berpikir secara bebas.

 

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, teori ini lebih menekankan sistem pemprosesan informasi dalam pendidikan siswa yang beragam karakter. Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi yang dipelajari atau masalah yang harus diselesaikan dikenal dengan karakteristik sistem informasinya. Untuk melakukannya, Anda harus tahu cara berpikir, yang secara umum dibagi oleh Landa menjadi dua kategori. Proses berpikir algoritmik yang konvergen dan linier menghasilkan satu hal, sedangkan cara berpikir heuristikyang divergen dan menghasilkan banyak hal sekaligusmembuat pemahaman siswa tidak tunggal, monoton, dogmatis, dan linier.[11]

 

Pendekatan pembelajaran menurut L. Nev Landa menekankan pada konsep sibernetik, yang mengacu pada interaksi dinamis antara individu dan lingkungan mereka dalam proses pembelajaran.[12] Berikut adalah beberapa poin kunci tentang pembelajaran menurut L. Nev Landa: 

 

  • Siklus Pembelajaran Sibernetik: L. Nev Landa menggambarkan proses pembelajaran sebagai siklus sibernetik yang melibatkan tiga tahap utama: input, proses, dan output. Input adalah informasi atau rangsangan yang diterima oleh individu dari lingkungan mereka. Proses melibatkan pengolahan informasi ini oleh individu melalui refleksi, interpretasi, dan pengorganisasian. Output adalah respons atau tindakan yang dihasilkan oleh individu sebagai hasil dari proses tersebut.
  • Belajar sebagai Proses Adaptif: Landa melihat pembelajaran sebagai proses adaptif di mana individu secara aktif berinteraksi dengan lingkungan mereka untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman baru. Proses adaptif ini melibatkan kemampuan individu untuk beradaptasi dengan perubahan dalam lingkungan mereka, mengeksplorasi alternatif, dan merespons secara fleksibel terhadap situasi yang kompleks.
  • Peran Umpan Balik: Dalam pendekatan pembelajaran sibernetik, umpan balik memainkan peran penting dalam membantu individu mengatur perilaku mereka dan meningkatkan kinerja mereka. Umpan balik memberikan informasi tentang efektivitas tindakan atau strategi belajar, yang memungkinkan individu untuk menyesuaikan perilaku mereka sesuai dengan tujuan pembelajaran mereka.
  • Kreativitas dan Inovasi: Landa menekankan pentingnya kreativitas dan inovasi dalam proses pembelajaran. Individu didorong untuk mengeksplorasi berbagai ide dan solusi, serta untuk mengembangkan gagasan-gagasan baru yang dapat memperkaya pemahaman mereka tentang suatu topik atau masalah. Ini mengarah pada pengembangan keterampilan berpikir kritis dan kreatif yang penting dalam menghadapi tantangan yang kompleks dalam lingkungan yang terus berubah.
  • Pembelajaran Mandiri: Landa juga mempromosikan pembelajaran mandiri atau self-regulated learning, di mana individu mengambil kontrol atas proses pembelajaran mereka sendiri. Ini mencakup mengatur waktu, merencanakan strategi belajar, dan mengevaluasi kemajuan mereka sendiri. Hal ini mendorong pengembangan kemandirian dan tanggung jawab dalam pembelajaran.

 

Pendekatan pembelajaran sibernetik menurut L. Nev Landa memberikan kerangka kerja yang dinamis dan adaptif untuk memahami dan mengelola proses pembelajaran individu dalam konteks sistem yang kompleks.[13] Dengan menekankan adaptasi, kreativitas, dan pembelajaran mandiri, pendekatan ini mengarah pada pengembangan individu yang mampu berpikir secara sistemik, kritis, dan inovatif.

 

  • Pembelajaran Menurut Pask dan Scott 
  • Pisk adalah ahli lain yang mengembangkan pemikiran beraliran sibernetik, dan Scott mengusulkan pendekatan serialis yang serupa dengan pendekatan algoritmik. Namun, cara berpikir menyeluruh berbeda dari heuristik karena berfokus pada gambaran lengkap sistem informasi, seperti melihat lukisan, bukan detail-detail yang kita perhatikan lebih dahulu, tetapi seluruh lukisan sekaligus.

Pendekatan yang berorientasi pada pengelolaan informasi menekankan beberapa hal, seperti ingatan jangka pendek, ingatan jangka panjang, dan ingatan lainnya, yang berkaitan dengan bagaimana otak kita bekerja saat memproses data. Namun, menurut teori sibernetik, agar proses belajar berjalan seoptimal mungkin bukan hanya cara kerja otak kita yang perlu dipahami, tetapi juga bagaimana otak kita berfungsi.[14]

 

Pask dan Scott adalah dua tokoh yang terkenal dalam dunia pendidikan dan psikologi, terutama dalam konteks teori belajar dan komunikasi. Mereka memberikan kontribusi penting dalam pengembangan pemikiran tentang pembelajaran, terutama melalui pendekatan sibernetik.[15] Berikut adalah beberapa poin kunci tentang pandangan mereka tentang pembelajaran: 

 

  • Konsep Pembelajaran Konversasional: Pask dan Scott mengembangkan konsep pembelajaran konversasional, yang menekankan pentingnya interaksi sosial dalam proses pembelajaran. Mereka melihat pembelajaran sebagai hasil dari interaksi dinamis antara individu dan lingkungan mereka, termasuk interaksi dengan orang lain, materi pembelajaran, dan teknologi.
  • Teori Representasi dan Rekayasa Conversational: Salah satu kontribusi utama Pask dan Scott adalah pengembangan teori representasi dan rekayasa conversational. Teori ini menyatakan bahwa pembelajaran terjadi melalui proses konversasi atau dialog antara individu dan sistem representasi, seperti komputer atau guru. Melalui interaksi ini, pengetahuan dan pemahaman dipertukarkan dan dikonstruksi.
  • Adaptasi Terhadap Konteks: Pask dan Scott menekankan pentingnya adaptasi terhadap konteks dalam pembelajaran. Mereka mengakui bahwa setiap individu memiliki kebutuhan dan preferensi yang unik, dan bahwa pembelajaran yang efektif harus disesuaikan dengan konteks spesifik individu tersebut. Hal ini mencakup penggunaan teknologi untuk menyediakan pengalaman pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan individu.
  • Pembelajaran Berbasis Pertanyaan: Pask dan Scott juga menekankan pentingnya pertanyaan dalam proses pembelajaran. Mereka berpendapat bahwa pertanyaan dapat memicu refleksi, diskusi, dan eksplorasi lebih lanjut, yang semuanya merupakan komponen penting dari pembelajaran yang berarti.
  • Penggunaan Teknologi dalam Pembelajaran: Salah satu area kepentingan utama Pask dan Scott adalah penerapan teknologi dalam pembelajaran. Mereka melihat teknologi sebagai alat yang dapat meningkatkan aksesibilitas, fleksibilitas, dan efektivitas pembelajaran, terutama dalam konteks pembelajaran jarak jauh atau pembelajaran berbasis komputer.

 

Pandangan Pask dan Scott tentang pembelajaran memberikan kontribusi penting terhadap pemahaman kita tentang bagaimana pembelajaran terjadi, terutama dalam konteks interaksi sosial dan penggunaan teknologi.[16] Melalui pendekatan konversasional dan teori representasi dan rekayasa conversational, mereka telah membuka jalan bagi pengembangan pendekatan pembelajaran yang lebih adaptif, interaktif, dan efektif.

Daftar Pustaka

 Abdurakhman, Omon, and Radif Khotamir Rusli. "Teori Belajar dan Pembelajaran." Didaktika Tauhidi: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar 2.1 (2015).

Ahmadi, A. (2019). Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arifin, Muhammad, Ayu Puspita Sari, and Adriawan Maulana Tama. "Implikasi Teori Belajar Sibernetik dalam Proses Pembelajaran dan Penerapan IT di Era Modern." Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Berkemajuan dan Menggembirakan (The Progressive & Fun Education Seminar) ke-2, 2017.

Arifin, Muhammad, Ayu Puspita Sari, and Adriawan Maulana Tama. "Implikasi Teori Belajar Sibernetik dalam Proses Pembelajaran dan Penerapan IT di Era Modern." Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Berkemajuan dan Menggembirakan (The Progressive & Fun Education Seminar) ke-2, 2017.

Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. (2017). Panduan Pembelajaran Aktif: Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kemdikbud.

Landa, L. Nev. (2003). Sibernetika dan Pembelajaran: Pendekatan Sistem dalam Pendidikan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Maemonah, M. Ag. "Psikologi Belajar." (2017).

Rumaf, Nouval. "Implementasi Prinsip-Prinsip Pembelajaran Bahasa Indonesia Dan Pemerolehan Bahasa Melalui Metode Pembiasaan Di Sekolah." (2015).

Sadiman, A. S., Rahardjo, R., Haryono, Y., & Rahardjito. (2010). Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Sanjaya, W. (2018). Pembelajaran Aktif: Metode, Teknik, dan Strategi. Jakarta: Kencana. Hal 38.

Thoha, M. (2016). Psikologi Pendidikan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Uno, Hamzah B. Orientasi baru dalam psikologi pembelajaran. Bumi Aksara, 2023.

Yunus, Razali. "Teori belajar sibernetik dan implementasinya dalam pelaksanaan diklat." Journal of Education Science 4.2 (2018).

Yunus, Razali. "Teori belajar sibernetik dan implementasinya dalam pelaksanaan diklat." Journal of Education Science 4.2 (2018).

Yunus, Razali. "Teori belajar sibernetik dan implementasinya dalam pelaksanaan diklat." Journal of Education Science 4.2 (2018).

Zaini Muhammad,Manajemen Pembelajaran,(Jember : IAIN Jember Press,2021).

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun