Mohon tunggu...
Zahrotun Afiah
Zahrotun Afiah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Jember

Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena Dedolarisasi: Mengulik Perjalanan Dolar Amerika Serikat Sebagai Reserve Currency

14 Maret 2024   05:30 Diperbarui: 14 Maret 2024   05:31 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

            Sebagai contoh upaya yang dilakukan Rusia dalam dedolarisasi sistem keuangannya sejak 2013. Rusia telah memotong proporsi Dolar Amerika Serikat pada Bank sentralnya dari yang semula berjumlah 40% menjadi hanya 24%. Pemerintah Rusia juga telah berupaya menurunkan utang luar negeri mereka yang berupa Dolar Amerika dan menjajaki penjualan obligasi berdenominasi Yuan. Disamping itu, perusahaan energi juga menjadi pelaku dedolarisasi yang paling aktif di Rusia. Perusahaan – perusahaan minyak yang disokong oleh negara mulai menggunakan euro dalam kontrak penjualan mereka.

            Selain Rusia, contoh negara lain yang melakukan upaya Dedolarisasi adalah negara – negara yang tergabung dalam aliansi BRICS lain seperti Brazil, India, Tiongkok dan Afrika Selatan. Para pemimpin dari Iran, Malaysia, Turki, Qatar juga berpartisipasi aktif dalam mengajukan ide penggunaan jenis mata uang pengganti Dolar Amerika Serikat seperti Kripto, mata uang nasional, emas dan sistem barter dalam kegiatan perdagangan.

            Upaya Dedolarisasi ini secara langsung menjadi bukti adanya ketidaksukaan negara – negara lain akan adanya hegemoni Amerika Serikat di bidang ekonomi. Sehingga berbagai macam upaya pun dilakukan meskipun nantinya akan memiliki dampak buruk juga bagi perekonomian dunia. 

Misalnya, ketika ada upaya dedolarisasi dari negara lain, otomatis permintaan akan dolar akan menurun di pasar. Hal tersebut dapat berakibat pada penurunan nilai tukar Dolar yang bisa menyebabkan inflasi. Negara – negara yang telah menyimpan obligasi ataupun kekayaan mereka dalam bentuk dolar tentunya akan ikut dirugikan dengan adanya upaya ini. Namun di sisi lain, ketergantungan terhadap dolar juga berpotensi menjadi ancaman ekonomi. Oleh karenanya, penulis beranggapan bahwa kondisi ini terbilang kompleks dan dilematis. Negara yang siap untuk melepas ketergantungan juga harus siap mengalami kerugian di satu waktu.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun