Jember-- Polemik tentang resesi global kian memanas dikalangan masyarakat dunia.
Para pengamat ekonomi mulai memprediksi terjadinya resesi di tahun 2023 yang akan datang lebih parah dari pada resesi yang dialami pada tahun sebelumnya, yakni tahun 2020 yang disebabkan oleh pandemi covid 19. Para pelaku ekonomi jelas ketar-ketir dan bersiap siaga mendengar kabar ini.Â
Kepala eksekutif, JP Morgan Chase dan Co. Jamie Dimon mengungkapkan, Amerika Serikat (AS) dan ekonomi global dapat mengarah ke resesi pada pertengahan tahun depan.Â
Dia mengatakan, inflasi yang tidak terkendali, invasi Rusia ke Ukraina, dan efek yang tidak diketahui dari kebijakan pengetatan kuantitatif Federal Reserve adalah indikator resesi.Â
"Ini adalah hal yang sangat-sangat serius, yang menurut saya kemungkinan akan mendorong AS dan dunia, maksud saya Eropa, sudah dalam resesi, dan kemungkinan akan menempatkan AS resesi dalam enam hingga sembilan bulan dari sekarang". Ujar Dimon seperti dikutip dari Reuters. Rabu (12/102022)Â
Lantas, sebenernya apa pengertian resesi itu sendiri ? Mengapa banyak orang-orang yang takut akan hal ini ? Inikah ancaman global atau justru peluang indonesia berkembang ?Â
Pengertian resesi adalah menurunnya grafik ekonomi secara signifikan dari tiap quartal(dalam jangka waktu berbulan-bulan atau bahkan lebih lama). Seperti kondisi ekonomi Indonesia ditahun 2020 awal mula resesinya, dan berakhir pada tahun 2021 akhir.Â
Yang mana pada waktu itu, resesi Indonesia disebabkan oleh pandemi covid 19 yang berkepanjangan. Sehingga membuat pemerintah mengeluarkan kebijakan bekerja di rumah saja.
Pada akhirnya para pengusaha kualahan menangani perusahaannya karena tidak diperbolehkannya staff dan karyawan bekerja secara tatap muka. Kebijakan itu kemudian berdampak pada pengurangan kinerja dan hasil dari ekspor, impor atau biasa disebut dengan Produk Domestik Bruto (PDB)Â
Poduk Domestik Bruto (PDB) adalah nilai pasar semua barang dan jasa yang di produksi oleh suatu negara pada periode tertentu. Tercatat pada kuartal II 2022 ekonomi Indonesia tumbuh hingga 5,44% atau mencapai Rp 4919,9 triliun (data dilansir dari website BPS).Â
Baru tumbuh ditahun 2021 ada isu resesi lagi di tahun 2023. Resesi kali ini diakibatkan oleh meletusnya perang antara Rusia dan Ukraina yang membuat Rusia mengembargo pasokan minyak, batu bara, gas bumi, dan hasil-hasil tambang lainnya yang diekspor ke Eropa.Â
Akhirnya Eropa mengalami krisis energi karena mereka membutuhkan ekspor minyak Rusia.
Dari sini lah harga minyak yang dijual Eropa akhirnya melambung tinggi dari pada minyak hasil olahan Rusia yang lebih murah. Dampaknya pada Indonesia yaitu naiknya harga BBM karena Indonesia masih bergantung pada minyak hasil olahan Eropa.Â
Di lain sisi, perang antara Rusia dan Ukraina juga membuat negeri Paman Sam ini menaikkan suku bunganya hingga 4,7%. Hal ini berdampak pada setiap negara yang memiliki hutang ke negeri Paman Sam ini. Artinya inflasi sudah dimulai sejak the Fed menaikkan suku bunga.Â
Lalu apa itu the Fed ? the Fed adalah sebutan dari Federasi Reserve Sistem atau nama lain dari Bank Sentral Amerika Serikat.Â
The Fed mempunyai hak untuk mengeluarkan kebijakan finansial ekonomi nasional, namun dampaknya mencapai international yang disebabkan AS merupakan negara Adi Daya.Â
Jadi ada dua hal yang membuat resesi global semakin nyata, yaitu perang antara Rusia dan Ukraina, dan kenaikan suku bunga dari bank Sentral AS.Â
Dampak dari resesi global ini adalah ketika perusahaan sudah tidak mampu lagi atau terbenani oleh piutang dari bank. Maka akan ada banyak pekerja yang di PHK karena dianggap memberatkan pembiayaan perusahaan.Â
Maka hal ini yang dapat menyebabkan pengangguran massal. Jadi itulah yang membuat kepanikan massal masyarakat dunia.Â
Lalu, inikah ancaman atau justru peluang Indonesia berkembang ?Â
Melihat dari politik international Indonesia yang bersifat bebas aktif, Indonesia tidak terkena imbas yang cukup signifikan dari perang Rusia dan Ukraina. Hanya saja terkena sedikit percikan kenaikan suku bunga AS.Â
Itupun dapat ditangani dengan keakuratan pemerintah dalam mengambil keputusan atau kebijakan ekonomi, serta pengelolaan dan pengendalian UMKM yang lebih detail dan lebih rapih dalam memanajemen siklus keuangan negara untuk menambah PDB atau income negara lebih tinggi lagi (tidak stganan diangka 5% saja).Â
Penyadaran terhadap masyarakat untuk membuka peluang usaha dari masing-masing individu masyarakat sehingga terciptalah lapangan-lapangan kerja baru yang akan membantu pertumbuhan ekonomi negara. Toh, masih sangat banyak sekali sebenernya peluang-peluang dalam berbisnis yang belum masyarakat Indonesia temukan.Â
Di lain sisi, hendaknya para pelaku usaha mendapatkan sokongan dan support dari investor-investor dalam negeri. Maka terbentuklah susunan atau rangakaian siklus keuangan dalam negeri.Â
Pada saat ini dan di masa yang akan datang sinergi antara pemerintah dan masyarakat sangat dibutuhkan untuk mengahadapi setiap tantangan yang akan menghambat laju Reformasi Indonesia.Â
Untuk individu pembaca maupun penulis, alangakah baiknya dalam menyikapi resesi ini, dengan bertindak lebih hemat, membeli barang yang dibutuhkan, menabung, menjaga pemasukan dan pengeluaran finansial, serta membeli produk dalam negeri.Â
Setelah berbagai macam sinergi antara masyarakat dan pemerintah dalam menyikapi resesi ini, timbullah permasalahan yamg baru, yakni muncullah berbagai modus korupsi.Â
Maka tanamkan kesadaran dalam benak masing-masing individu pembaca maupun penulis bahwa korupsi yang berkelanjutan dan dalam jumlah yang banyak akan mengakibatkan lemahnya ekonomi negara.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H