Kemajuan suatu negara juga tidak tergantung dari umur negara tersebut. Dengan demikian Indonesia yang berumur 65 tahun akan bisa meraih kemajuan besok, lusa, tahun depan, abad depan, atau tidak maju sama sekali. Sebab umur bukan faktor penting melainkan produktivitas yang akhirnya mendongkrak daya saing negara tersebut.
Mesir dan India bisa menjadi contoh aktual. Kedua negara berumur lebih dari 2000 tahun. Namun, mereka tetap terbelakang jika dibandingkan dengan Australia, Singapura, New Zealand, maupun Kanada. Negara-negara ini baru berumur kurang dari 150 tahun. Dalam kurun waktu yang singkat itu pembangunan yang mereka jalankan mampu membebaskan rakyatnya dari kemiskinan.
Ras dan suku bangsa pun demikian. Bukan faktor utama maju tidaknya suatu bangsa. Di kawasan Afrika dan Asia yang tertinggal, dihuni oleh ras yang berbeda dengan orang-orang di Eropa. Namun, jika kita melihat para imigran, kontribusi mereka bagi negara tujuan sangat tinggi.
Para pakar ekonomi cenderung sepakat bahwa imigran dari Afrika dan Asia turut menyumbang pencapaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi di negara-negara Eropa dan Amerika Utara. Jika demikian, di mana persoalannya? Ujung masalahnya terletak pada sikap dan perilaku masyarakat suatu negara yang telah dibentuk puluhan tahun melalui kebudayaan dan pendidikan.
Di negara maju penduduk negara tersebut paling tidak mematuhi hal-hal berikut, yaitu etika, kejujuran dan integritas, bertanggung jawab, hormat pada aturan, menghormati hak orang lain, cinta pekerjaan, gemar menabung, bekerja keras dan tepat waktu. Kelihatannya hal di atas sederhana. Tetapi, faktanya kita selama ini sulit melakukannya. Selamat berpuasa dan merayakan kemerdekaan.
Zaenal A Budiyono
Senior Research Fellow/ Political Strategist di The Ary Suta Center Jakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H