Saya: Lalu apa manfaatnya, menjadi keturunan Si A, Si B, atau Si C?
Aku: Manfaat utama, 'status'.
Saya: Status?
Aku: Iya. Kurang lebih seperti identitas diri. Biar mudah kita memanggil, misalnya. Mempermudah urusan kependudukan.
Saya: Saya kok belum faham?
Aku: Kamu memanggil namaku biar mudah. Status kepemilikan tanah, biar jelas. Status istri atau suami siapa. Status anak dan sebagainya. Bisa difahami sebagai urusan 'administrasi' di dunia. Kira-kira seperti itu.
Saya: Apa tidak ada hubungannya dengan akhirat?
Aku: Tentu ada. Semua yang ada di dunia, selalu berkoneksi dengan akhirat. Dunia sebagai tempat bercocok tanam, akhirat tempat memanen. Nasib, takdir apapun, menjadi anak dari orang terjelek sekalipun adalah sarana ber-'cocok tanam'. Status di dunia, sebagai bahan ujian dari Tuhan. Sehingga akan terpilih, mana hamba Tuhan yang terbaik perilaku atau amal perbuatannya.Â
Saya: Ooo.... Saya faham. Manfaat yang lain apa?
Aku: Politis.
Saya: Politis? Ah ngacau.