Kejadian ini, saat SMA kelas 3. Aku kelas 3IPA-1 SMAN 1 Gambiran, Banyuwangi. Ruang kelas paling ujung barat, deretan kelas paling utara, menghadap ke selatan.
Tiba-tiba, seorang gadis menghampiri aku. Marah-marah,
"Awakmu omong opo neng Mbakku?!" Sri Utami yang tak lain temanku, datang-datang menunjuk diriku. Bersuara tinggi, marah. Seakan tidak terima akan sesuatu.
Aku yang tidak tahu duduk permasalahannya tolah-toleh, kebingungan.
Kebetulan sedang tidak banyak anak di ruang kelas. Maklum jam istirahat. Maklum pula, aku jarang bahkan tidak pernah bawa uang saku.
"Opo tho, Sri. Aku kok gak ngerti maksudmu?" Tanyaku.
"Hallah! Isin aku Nal. Isin! Dikiro arek opo aku. Pokoke aku gak terimo Nal?!" Sri tetap bersuara tinggi. Suaranya mulai serak, tanda sedih, menangis.
"Kapan aku omong-omongan karo Mbakmu?"Â Tanyaku mulai menyelidik.
"Wingi sore. Mbakku ngomong macem-macem." Jawab Sri, tanpa menjelaskan detail, dan semakin kelihatan merah bola matanya. Seakan semakin sedih.
Sri Ut, biasa kami memanggilnya begitu. Berdomisili di rumah neneknya, Mbah Temi. Sekaligus serumah dengan kakak perempuannya.